The Day We Meet

1.9K 153 7
                                    

_________________________
"When I look at hyung, i will feel my heart flutter."
- Sehun, December 2nd 2015
_________________________


Pagi ini Sehun harus melakukannya sendiri. Semalam, sang ibu berpesan bahwa dia akan berangkat pagi sekali karena ada urusan pekerjaan. Alhasil, Sehun harus mengambil alih apa yang selalu di kerjakan ibunya di pagi hari. Setelah bangun, tanpa berniat berleha-leha dia langsung bangkit dan beranjak ke kamar mandi. Selang 5 menit kemudian dia telah keluar. Sehun memutuskan untuk mandi nanti saja setelah semua selesai. Agar nanti dia tidak berkeringat lebih awal setelah mandi.

Tempat tidurnya sudah selesai dia rapikan. Tidak banyak yang harus dia bereskan karena memang kamarnya tidak terlalu berantakan. Tak lama kemudian kamarnya sudah bersih dan rapi. Sekarang tinggal kamar sang ibu. Bergegas dia melangkah ke kamar yang letaknya bersebelahan dengan kamarnya. Sehun memang tinggal berdua dengan ibunya. Ayah Sehun sendiri sudah meninggal 5 tahun lalu, membuat Oh Soo Ae -Ibu Sehun- harus merawat anaknya sendiri. Soo Ae menghidupi dirinya dan anaknya dengan bekerja di kantor swasta sebagai seorang sekretaris direktur. Meski janda tapi dia mapan, itu yang membuat Sehun bangga pada ibunya sendiri. Dan sebisa mungkin dia juga tidak boleh mengecewakan sang ibu.

Sehun terkesiap saat melihat kondisi kamar ibunya. Keadaannya sangat berantakan. Pakaian yang masih bersih berserakan di tempat tidur. Tampaknya sang ibu kesulitan menentukan pakaian yang pas untuk dia kenakan hari itu. Kasur itu sendiri belum di bereskan. Seprai, bantal dan selimut berantakan. Ada handuk tergeletak di lantai, dan meja kerja ibunya berserakan banyak berkas. Sehun menghela nafas panjang. Baiklah ini akan memakan banyak waktu. Yang pertama Sehun lakukan adalah merapikan pakaian bersih dan menaruhnya kembali di lemari. Semuanya dia kerjakan dengan cekatan. Selama melakukan kegiatan itu dia mencium aroma yang sangat dia kenali. Parfum dan shampoo milik ibunya memang memiliki aroma mawar yang segar. Dia suka aroma itu. Hingga saat dia melewati sofa di kamar itu, dia mencium aroma yang asing.

Penciuman Sehun memang sedikit lebih tajam ketimbang penciuman orang normal. Sehun selalu berpikir aroma dan wewangian memberi aura tersendiri pada setiap orang. Bahkan dia berpikir aroma bisa menyimpan kenangan dan memori. Terkadang saat kita mencium suatu aroma yang familiar maka kita akan teringat sebuah kejadian yang berlalu bersama aroma itu. Hal itu membuat Sehun sangat peka terhadap aroma sesuatu. Dan kini dia mencium aroma asing yang tidak pernah dia cium dari ibunya. Sehun menoleh ke arah sofa. Di sana dia melihat sebuah jas hitam garis garis tersampir di punggung kursi. Jas pria.

Dahi Sehun mengernyit. Jas siapa itu? Tidak mungkin milik mendiang ayahnya karena barang barang sang ayah sudah di simpan dengan baik. Dan jas itu, jas itu jelas habis di pakai. Dengan pelan Sehun meraih jas itu. Seolah akan ada yang menangkapnya jika dia ceroboh menyentuhnya. Jas itu sudah berpindah ke tangannya. Dia menatap jas itu lekat. Bukan sembarang jas biasa. Ini jas yang di desain oleh desainer ternama. Sehun mengendus aroma jas itu. Aroma yang sama yang dia cium barusan. Wangi dan jantan. Sehun suka aroma itu. Dia tidak pernah mencium wangi ini dari pria manapun yang dia temui sebelumnya. Kira kira siapa pemiliknya. Di tengah kegiatan berpikirnya, Sehun kembali menghirup wangi jas itu. Sangat memabukan.

"Mungkin empunya jas ini akan datang lagi nanti untuk mengambilnya." duga Sehun. Dia mengangguk yakin. Ya, orang itu akan datang kembali untuk mengambilnya. Sehun melipat jas itu dan menaruhnya di sofa. Dia kembali melanjutkan aktifitas beres-beresnya. Sembari sesekali berpikir. Dan terlintas sebuah pertanyaan di benaknya.

Kenapa jas itu ada di kamar ibunya? Apa ibunya punya pacar yang tidak dia ketahui?

____________________________


Sehun dengan wajah merenggut memandangi cangkir cappucinonya. Asap yang mengepul dari cappucinonya kini telah menipis. Pertanda suhunya mulai turun. Sehun sudah menunggu cukup lama hingga pesanannya sendiri nyaris menjadi dingin. Agar kopi hangatnya tidak sia-sia, akhirnya dia menyesap cappucino pesanannya. Lalu onix hitamnya dia alihkan ke jendela caffe tempatnya berada kini. Dia kembali menggerutu pelan karena sang sahabat tak kunjung tiba. Astaga, gerutu Sehun. Sahabatnya memang selalu ngaret jika ada janji seperti ini. Menjengkelkan tapi mau bagaimana lagi. Kebiasaan orang lain bukan sesuatu yang bisa di ubah dengan mudah, meski kita sangat tidak menyukainya. Sehun kembali menyesap kopinya lebih banyak. Baiklah, menunggu beberapa menit lagi tidak apa apa.

Love Your Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang