“ILHAM TUNGGUIN KENAPA SIH!!” teriak seorang perempuan yang menggendong tas berwarna biru muda kepada laki-laki yang berjalan dengan cepat didepannya.
“Makanya kalo jalan itu yang cepat. Lambat banget sih kayak siput.” kata laki-laki itu yang berhenti sejenak untuk menunggu sahabatnya.
“Mentang-mentang kakinya panjang, main jalan seenaknya. Ninggalin gitu aja dikira gak capek apa!” omel perempuan mungil yang memiliki poni itu.
“Iya deh. Kiara selalu benar, Ilham yang salah.” kata kunci yang seringkali Ilham ucapkan ketika merasa jengah untuk berdebat dengan Kiara.
“Nah gitu dong. Ayo buruan berangkat tinggal 20 menit lagi bel masuk. Kenapa juga hari ini ngajakin jalan kaki coba.”
“Daripada kebanyakan ngomel mending buruan jalannya kalo gak mau dihukum Pak Imam.” ucap Ilham.
“Gak pa-papa deh dihukum Pak Imam. Rela gue, soalnya Pak Imam ganteng.” Kiara tercengir menatap Ilham.
“Ya Allah sadar Ki, Pak Imam udah punya 2 anak. Emang lo mau jadi istri mudanya?” tanya Ilham yang kesal dengan sikap Kiara yang tidak waras.
“Ya enggak mau lah. Kok daritadi debat mulu sih kapan berangkatnya!”
“Bodo amat gue mau lari. Bye.” Setelah menyelesaikan ucapannya Ilham benar-benar berlari meninggalkan Kiara.
“AWAS AJA YA LO NANTI GUE TABOK.”
Kiara dengan tergesa-gesa mencoba untuk mengejar Ilham yang sudah cukup jauh didepannya.
ΔΔΔ
Kiara menghembuskan nafas dengan lega. Masih tersisa 5 menit sebelum bel masuk berbunyi, dia sudah sampai di kelas.“Keringetan banget Ki, abis lari pagi ya?” tanya Marsya—teman sebangkunya.
“Iya nih. Parah emang si Ilham masa berangkat sekolah ngajakin jalan kaki. Yakin banget gue nanti malem gak bisa tidur gara-gara kaki gue sakit.” ucap Kiara sambil menyeka keringat dipelipisnya.
“Makanya banyakin olahraga. Jangan cuma ngedekem di kamar.”
“Lo kayak gak tau gue aja, Sya. Kalo udah rebahan rasanya tuh kasur kayak posesif banget sama gue, apalagi pake gaya gravitasi. Jadinya kan gue males mau kemana-mana.” alibi Kiara.
“Iyain aja deh biar cepet.” ucap Marsya sembari mengeluarkan buku Biologi.
Belum sempat Kiara kembali untuk beralibi, Bu Bekti—guru biologi memasuki kelas Kiara.
Ketika Bu Bekti sedang menjelaskan materi tentang peredaran darah, Kiara merasa ponselnya bergetar. Ternyata ada notifikasi dari salah satu cerita favoritnya di wattpad.
“Duh... gemes banget pengen baca, kemarin kan ceritanya rada ngegantung. Gue kan kepo gimana kelanjutannya.”
“Ngintip baca dikit ah. Semoga Bu Bekti gak tau gue lagi main handphone. Bisa gawat kalo ketahuan.”
Kiara bermonolog dalam hati sambil mengawasi gerak-gerik Bu Bekti.
Saking asiknya Kiara tenggelam dalam dunianya sendiri, Kiara tidak menyadari bahwa Bu Bekti sudah berdiri disamping Kiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Ending
Teen FictionBertahun-tahun bersama hingga tumbuh sebuah rasa yang Kiara Aurelia Dewi takutkan dapat mengubah segala hal tentang kebersamaannya dengan Ilham Arya Pradika. Start : Januari 2020 End : - Copyright © 2020