Pada hari itu, Aku tengah duduk di bawah atap rumah tua, dirumah nenek temanku tepatnya di daerah Muntilan Kota Magelang. Aku mulai menulis cerita ini, di temani oleh dua orang sahabat terbaikku yang sedang tertidur pulas sambil mendengkur. Perasaanku saat itu sedang memberontak. Entah, ini sebuah rasa cinta yang belum lama aku bangun, kurang lebih baru satu bulan aku ciptakan, setelah dua bulan kemarin aku sempat merasa jatuh – sejatuh – jatuhnya. Namun saat itu dirimu datang dengan membawa sejuta pesona yang bisa dengan mudahnya menghipnotis rasa sakitku ke arah yang lebih baik. Tak perlu waktu lama untukku pikirkan, membangun rasa cinta yang begitu kuat kembali, dan memilih untuk mendokumenkan masa laluku dalam sebuah album pembelajaran kala itu.
Sejujurnya aku tidak tahu pasti, perasaan ini nyata atau tidak, rasanya seperti keluar jauh dari akal sehatku, mengapa perasaan ini bisa muncul begitu cepat. Padahal sebelumnya aku tidak pernah jatuh cinta secepat ini. Pikirku saat itu, Tuhan memang sangat baik padaku, ia benar-benar tak ingin melihat diriku berlarut-larut tersesat sebagaimana sebuah raja pada papan catur ketika sudah di skak mat, ia akan buntu, berkali – kali mencari jalan keluar, ia akan tetap kalah dan mati. Saat itu aku memang tak punya tujuan, pikiranku sempat terhasut oleh setan, akal sehatku sedang buta arah, berujung pada sebuah arah yang bercabang, namun setiap ujungnya terhalang jurang yang amat dalam, rasaku saat itu kacau, aku tak berani untuk mencoba - coba langkah, aku sangat takut salah pada hari itu, salah dalam memilih sebuah perjalanan, salah dalam memilih perjuangan, salah pula dalam memilih orang yang harus aku cintai kembali.
Pada suatu saat, muncul sebuah pemikiranku yang mengharuskan diriku mencari sosok wanita yang bisa mempercayaiku sebagai sebuah suaka untuknya, yang dimana aku bisa menjadi sebuah fondasi ketika ia ingin berteduh dari hujan air mata yang ia ciptakan saat berada dalam suatu kelaraan, aku punya bahu yang sederhana, namun cukup nyaman sebagai tempat bersandar sejenak, akupun punya telinga yang selalu siap mendengarkan dongengnya, begitupun mataku yang selalu siap memandangi dirinya lebih dari 24 jam dalam seharinya.
Baiklah, anggap saja ini sebuah lelucon yang pernah aku pikirkan, namun siapa yang tahu? Mungkin suatu saat yang disebut lelucon ini dapat terealisasikan dengan baik dalam diri seseorang yang tepat, dan aku harap orang itu adalah dirinya yang baru saja aku ceritakan. Wanita itu punya nama belakang yang sangat baik. Maheswari menjadi nama belakang yang sangat indah untuk sosok wanita yang bisa membuat imajinasiku menari-nari layaknya sebuah ombak di lautan yang luas. Harapku wanita ini dapat tinggal selama-lamanya dalam kehidupanku.
Kata- kata dalam novel yang aku ciptakan ini mungkin akan membuat dirimu sedikit terhanyut dalam realita yang pernah terjadi dalam kehidupanmu sendiri, jangan salahkan aku jika tak sedikit dari air matamu tumpah ke dalam titik terendah pada bumi, setidaknya dirimu dapat ber-terima kasih pada dirimu sendiri yang sempat kuat dalam membenahi kesedihan terberat dalam sebuah dunia percintaan yang cukup menjadikan dirimu letih. Apakah kau tahu? Seberapa kuat batin kita untuk menampung sebuah perih? Aku rasa cukup besar ruangnya, jika nantinya kau tak kuat menahan rasa perih yang menguasai batinmu, silakan berdo'a untuk menghadirkan sebuah kata tegar yang kian mengantarkanmu pada titik ikhlas paling dalam.
Setelah tegar itu menyerupai waktu yang setiap saat hadir dalam kehidupan sehari-harimu, saat itu pula dirimu akan terhanyut pada sebuah rasa yang serba tulus, apapun yang menerpa dirimu, sepait apapun itu, kamu akan tahu bagaimana cara mengatasinya, sehingga dirimu tidak akan pernah takut lagi dalam mengambil keputusan terbesar dari masalahmu. Yang perlu kamu tahu, setiap sakit yang kamu rasakan, bukan untuk menuntunmu masuk ke dalam zona terburuk, seharusnya dengan adanya rasa sakit itu sendiri bisa mejadikan ke independensian dirimu untuk belajar menjadi orang yang lebih dewasa.
Jujur saja, semua yang aku lakukan dahulu kala, sama seperti apa yang dirimu lakukan saat ini, yang dimana setiap ada rasa sakit yang menyerang diriku, aku di haruskan menangis, melemah, bahkan mengarahkanku pada akal paling buruk. Seiring berjalannya waktu, karena terlalu sering merasakan jatuh, sakit itu pula yang menjadikan diriku pria yang lebih dewasa lewat ke-independensianku, diriku tak butuh banyak mencari nasihat dari orang lain, tak perlu juga diriku mencari orang yang bisa menenangkan sejenak pikiranku. Sejak saat itu, diriku berikrar untuk tidak kembali menjadi pria lemah yang dimana aku harus larut akan kesedihan yang teramat dalam, karena dengan begitu, aku akan terbunuh perlahan karena dunia percintaan yang begitu pahit dan rumit.
"
Seberapa kuatkah batinmu tergores?
Merelakan tak sedikit air mata yang tumpah ke titik terendah pada bumi.
Yang kian menghantarkanmu pada titik kehancuran paling dalam.
Lalu, perlahan hadirmu hilang dari sebuah mimpi yang ia idam-idamkan.
Peranmu digantikan oleh sosok yang masuk dalam imajinasinya.
Kini, apa lagi yang kau harapkan?
Seseorang akan datang?
Menangkapmu dengan lembut?
Hei ingat, dirimu jatuh jauh dari cakrawala tertinggi.
"
KAMU SEDANG MEMBACA
Relawan Hati
RomanceSudikah batinmu berperang dengan ego? yang kian menghantarkan air matamu ke titik terendah pada bumi? Lalu, apa yang akan kau harapkan lagi? seseorang akan menangkapmu? Haha, Jauh sekali dari Eskpektasi. Mau tahu bagaimana kisah seorang Ersya Arka...