1. Di Mulai Dari Kamu

31 2 0
                                    


Pagi itu pukul 04.00 WIB, lelaki itu sedang kumal-kumalnya karena kegiatan yang setiap hari begadang bermain game online, saat itu ia tengah jatuh - sejatuh–jatuhnya. Putus cinta baginya adalah makanan sehari-hari, namun tak bisa dipungkiri, dirinya sedang berada dalam keresahan yang amat dalam, siapa yang menyangka? Di balik rupanya yang selalu tersenyum manis, menunjukan bahwa dirinya adalah orang yang paling bahagia dalam bumi, ternyata ia sedang menyimpan cerita yang sangat menyedihkan. Namun ia tidak pernah ada keinginan untuk membagikan kesedihan itu kepada orang lain, cukup dirinya saja yang menampung, yang ia harapkan dirinya cukup kuat untuk menopang masalah demi masalah yang sedang dihadapi, seolah tidak ingin nama yang diberikan oleh Ayah dan Ibunya menjadi tak berarti.

Ya, nama indah itu adalah Ersya Arkanajingga, yang pada artinya adalah sosok anak laki-laki yang selalu bersemangat, cerdas, dan berhati terang layaknya cakrawala yang merona merah. Ersya sosok laki-laki dengan tingkat humor yang sangat tinggi, hobinya adalah melihat teman-temannya tertawa meski dengan cara membuat dirinya sendiri malu karena harus berbuat konyol di depan orang banyak, entah apa yang menjadikan dirinya menyukai hal itu, yang pasti dia punya masa lalu yang cukup pahit, sampai detik ini, tidak banyak orang yang tahu apa yang menjadi rahasia besar dari kehidupannya. Menurutnya, tak semua masalah harus di ceritakan kepada orang lain, coba bayangkan, bagaimana caranya kita bias mengambil sebuah keputusan ketika semua masalah yang dirasa berat harus selalu menghadirkan banyak ucap dari mulut orang-orang banyak? Pastinya hal itu akan memaksa kita untuk mengadu dombakan sebuah pemikiran, yang kelak akan menjadikan sebuah pemikiran itu sendiri menjadi argumentasi dalam pikiran yang kian lama di pikirkan akan merusak saraf-saraf otak.

Sewaktu mentari mulai terlelap, seorang Ersya yang terkenal dengan pribadinya sekuat batu karang di tengah samudera, kini kian melemah, ia tak kuat lagi menahan rasa sakit hatinya, akhirnya Ersya memutuskan untuk menceritakan kisah sedihnya kepada sahabat terbaiknya yaitu Yanuar. Akhirnya mereka berdua pergi untuk membeli makan terlebih dahulu, teringat makanan favorit Ersya dan Yanuar adalah sate ayam madura. Setelah keduanya selesai makan, Yanuar mulai mendengarkan part demi part kisah yang sedang Ersya tangisi, Yanuar terdengar kaget.

“Hah? Bukannya kamu baru aja putus tiga hari yang lalu?” Tanya Yanuar dengan begitu kagetnya.
“Ya begitulah, Yan,” jawab Ersya sembari menghela napas.

Harus secepat itu dia mutusin untuk langsung menikah sama laki-laki lain?” Sahut Yanuar dengan nada agak meninggi dan terlihat naik pitam.

“Ya ampun kasian banget sih  kamu, Jing.” Teringat panggilan dekat Ersya adalah Jingga.

“Ya, saya bisa apa lagi, Yan? Tuhan udah nentuin jalannya hubungan saya dengan Naura akan seperti ini.” Naura adalah nama orang yang pernah Ersya cintai di masa lampau.

“Saya punya teman nih, Jing. Dia sih teman kekasih saya, orangnya baik, cantik, gak macem-macem. Tapi dia juga baru aja putus,” ucapannya terhenti sejenak, lalu bersama dengan helaan nafas ia melanjutkan, “Dia sama jatuhnya kayak kamu, barangkali kamu cocok sama dia.” Ucap Yanuar dengan nada pelan dan cukup yakin.

“Oh ya? Siapa namanya, Yan?”

“Namanya Gayatri.”

Nama yang sangat indah menurut Ersya, sampai-sampai baru mendengar namanya saja hati Ersya cukup bergetar. Tiba-tiba muncul rasa ingin tahu sosok wanita yang baru saja ia dengar dari mulut sahabatnya.

“Eh Yan, saya boleh tau nama panjangnya siapa?” Tanya Ersya dengan tatapan tajam tertuju menatap mata Yanuar.

Yanuar terlihat berpikir, begitu tak kunjung menemukan jawaban lantas ia pun meraih ponselnya, “Bentar deh,” setelah mengotak-atik ponselnya ia menyebutkan nama wanita itu, “Gayatri Kaila Maheswari.”

Ersya kembali terdiam seribu bahasa, terlihat jelas gesture tubuhnya menunjukan bahwa dirinya sedang berusaha mengingat sesuatu yang mungkin pernah ia tahu.

Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya terpecahkan juga apa yang menjadi ingatan Ersya, ternyata wanita itu pernah ia kenal, tepatnya waktu Ersya sedang duduk di kelas dua sekolah menengah atas, saat itu dirinya mengenal Gayatri dari Blackberry Messenger, lewat ajang promote kala itu karena sedang marak-maraknya. Beberapa saat Ersya dan Gayatri sempat dekat, memang kala itu Ersya mempunyai perasaan yang kuat dengan Gayatri. Lalu kembali  kepada perbincangan Ersya dan Yanuar yang semakin pagi semakin membakar kesedihan pria humoris itu.

“Yan, Gayatri itu rambutnya keriting ya? Dia dulu sekolah di Lazuardi, bukan?”

“Kata Via sih rambutnya keriting, Jing, tapi saya kurang tahu juga, karena sekarang kan dia pakai hijab.
Nah iya bener dia dulu sekolah di Lazuardi,” jawab Yanuar menyebutkan Via; nama kekasihnya.

Ersya kembali terdiam, dalam pikirannya menari-nari wujud Gayatri yang ia terka dengan baik, ingatan demi ingatan yang sudah memudar itu ia coba rangkai kembali, perlahan-lahan sampai akhirnya terbentuklah gambaran utuh sosok wanita yang pernah ia cintai dahulu kala. Dengan penuh penasaran lelaki dengan selera humor yang tinggi itu meminta sahabat terbaiknya, Yanuar untuk menyatukan kembali dirinya dengan Gayatri.

“Yan, boleh minta tolong?”

“Minta tolong apa tuh, Jing?” Jawab Yanuar, terlihat tak sedikit penasaran.

“Saya dulu sempat dekat dengan, Gayatri, sudah lama sih, kira-kira waktu saya duduk di kelas dua SMA.”

“Wah, serius, Jing?” Yanuar terdengar kaget.

“Iya, dulu saya sempat sayang sama dia, Yan” Tatkala lelaki kumal itu menghela napas sambil membayangkan raut wajah wanita yang sempat hilang dahulu.

“Waduh, saya gak menyangka dunia se-sempit ini, Jing. Berarti gak salah dong nih kalau saya ngenalin kamu dengan Gayatri?” Yanuar semakin yakin dengan niat baiknya.

“Ya, semoga aja ini jadi langkah yang baik buat saya, Yan.” Ersya menyauti dengan nada lembut, terlihat menghelus hati, terdengar pasrah akan segala keputusan yang akan Tuhan kehendaki nantinya.

“Yaudah nanti saya bicara dulu sama, Via, ya, setelah itu biar Via yang ngurus semuanya biar kamu bisa deket lagi sama Gayatri.”

“oke deh kalo gitu, saya tunggu kabar baiknya ya, Yan.”

Adzan subuh akhirnya berkumandang, mereka berduapun membuang puntungan rokok yang sempat menjadi teman mengobrol malam itu, tak disangka waktu mereka berdiskusi mengenai Gayatri terbuang begitu saja.

*
"
Bayang-bayangmu kini melekat

Pada pola pikir yang tak pernah aku minta

Berputar, menari, lalu berlari

Jatuh dan bangun kembali,

Seolah menarik ulur jiwaku yang sedang lelah mengarah

Tolong, jangan hanya jadi bayangan

Aku ingin kau menjadi seutuhnya dari seutuh-utuhnya.

"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Relawan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang