[sketcher styles: 5]

1.4K 102 16
                                    

“Hey?”

Klep nyaris terkejut saat Harry berdiri di hadapannya. Bukan, ia bukan terkejut karena takut tetapi karena terpukau oleh ketampanan Harry. Rasanya bertemu dengan Harry membuatnya berpikir, ternyata masih ada lelaki tampan sepertinya.

Dengan agak canggung Klepper menjawab. Kakinya tak henti-hentinya bergerak maju mundur. “H-hey?”

Dalam hati Harry mengerang kuat berusaha menahan nafsu seksnya sekarang juga, entah karena apa namun rasa sensual terhadap Klep datang begitu saja saat Harry menatap kedua mata Klep. Pun Harry tersenyum mati-matian sebisa mungkin terlihat ramah. Sebelumnya Harry tak pernah melakukan hal macam tersebut.

“Aku Harry, what's your name? Tanya Harry. Kedua tangannya ia bawa ke belakang. Matanya memandang lurus pada Klep.

It's Klepper.” Klepper mengulurkan tangannya terlebih dahulu karena ia merasa heran mengapa Harry tak mengajaknya bersalaman. Sesaat Harry melihat tangan mulus dan putih milik Klep, Harry mengerjapkan matanya beberapa kali.

“Kllepah? What a good name. Maaf aku mengejutkanmu.” Ujar Harry.

You don't have to say anything. You're sorry, I know.Klep tersenyum. Kemudian Klep mendengus kecil seakan tak kuasa menatap wajah Harry. Dalam hati ia ingin pergi sekarang juga, karena hal pertama ia tak ingin mendengar Louis mengomel, dan hal kedua ia paling malas mengobrol dengan lelaki asing apalagi jika tampan seperti Harry. “Ada apa?”

Yang ditanya terdiam beberapa saat, membuat Klep sedikit bingung. Pasalnya kedua mata Harry menatap tajam ke arah kertas yang Klep pegang, mau tak mau Klep berdehem. Refleks Harry sedikit terkejut dan menggeleng-geleng. “Tidak. Kertas yang kau pegang sepertinya familiar dimataku. Bukankah isinya sama persis dengan kejadian di depan sana?” Tanya Harry seraya kepalanya bergerak ke arah yang ia maksud.

“Y-ya. Kupikir begitu, tetapi mungkin saja ini hanya gambaran bocah umur 5 tahun yang sedang melatih dirinya menjadi pembuat skets terkenal, kemudian terjatuh di jalan. Masuk akal, tidak?” Klep terkekeh kecil diakhir kalimatnya.

Memaksakan dirinya tertawa memang terbilang sukar, Harry tak pernah tertawa—kecuali ia merasa puas terhadap korbannya. Dengan sekuat tenaga, Harry tersenyum memperlihatkan deregan gigi-giginya yang rapi. Disitu pula Klepper merasa dirinya sebentar lagi akan pingsan. “Bolehkah aku meminta kertas tersebut?” Tanya Harry.

“Kertas ini? Ha, ha! Ini akan aku buang dan kau ingin mengambilnya?”

Dalam hati Harry menggerutu sial terhadap Klep. Ingin rasanya Harry meniduri Klep sekarang juga. “Tak apa, yah...”

Belum sempat Harry melanjutkan perkataannya, Klep dengan canggung memotong pembicaraannya. Semakin lama ia berbicara dengan Harry, seperti ada firasat buruknya jika ia masih melanjutkan perbincangannya. “...Ah, Harry? Aku harus pergi sekarang, saudaraku pasti akan marah jika aku telat. Senang bertemu denganmu.” Dengan itu Klep melangkahkan kakinya menjauhi Harry.

Sementara Harry terdiam dengan tangan yang saling mengepal, jika bukan karena ini tempat umum, siapa tahu dia akan menculik Klep sekarang juga? Namun berhubung dia berada di keramaian-yang tentu dapat memancing masalah besar jika ia berani melakukan hal tersebut—jadi sebelum itu terjadi, maka alangkah baiknya jika tidak melakukan apapun.

Juga, seandainya Harry tak membicarakan tentang sketsa menjijikan tersebut, mungkin saja Klep saat ini sedang berusaha mengajak Harry mampir ke rumahnya, pikirnya.

Klep menoleh sekira langkah kakinya telah melangkah beberapa jarak, dilihatnya Harry melambaikan tangannya seraya tersenyum, pun Klep membalas senyumannya.

sketcher styles  | auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang