Peron 9 ¾

6K 589 2
                                    

Seorang gadis berpenampilan lusuh bersender acuh, fokus pada buku bacaannya. Lalu lalang orang yang sempat melirik nya aneh tak membuatnya risih. Ia bahkan tak sadar sudah satu jam berdiri di sana saking asiknya membaca.

Tutt Tutt

Kesadaran nya akhirnya kembali. Ia taruh buku bersampul hitam itu kedalam tote bag murah nya. Menegakkan badan, celingak-celinguk mencari sosok yang sebenarnya tak ingin ia temui.

"Heh! Sini!" teriak gadis yang baru saja turun dari kereta api dengan amat cempreng.

Anna, gadis yang di panggil itu menoleh malas. Di seretnya kedua kaki yang tak ingin beranjak itu ke depan gadis berpenampilan menor.

"Lelet banget sih, Lo! Nih bawa!"

Dilempar nya tas gendong yang beratnya bagai karung beras itu ke pelukan Anna. Membuat gadis bertubuh kurus itu terhuyung-huyung sejenak.

"Bawa juga koper nya," titah Dia, gadis menor itu dengan angkuh. Meninggalkan Anna yang merenggut masam.

Setelah mengumpat sebentar, barulah Anna menyeret koper dan menggendong tas dengan susah payah. Menghindari tabrakan orang orang yang tak peduli dengan kesusahannya.

Brukk

Bahunya ditubruk keras membuatnya jatuh terduduk. Mulutnya meringis merasakan lututnya bersentuhan langsung dengan lantai stasiun kereta. Wajahnya tambah masam saat melihat tas Fia serta novel kesayangannya jatuh dan sempat beberapa kali terinjak oleh para penumpang.

Anna mendongak memeriksa siapa gerangan orang yang menabraknya dengan keras itu. Dia hampir mengumpat saat dilihatnya orang berjubah itu malah buru-buru berdiri dan langsung pergi meninggalkan nya.

Gadis itu mengambil tas dan bukunya dengan kasar. Diperiksanya buku itu dengan teliti, takut-takut salah satu halamannya robek karena terinjak.

Tak ada yang berbeda kecuali satu hal. Namanya tak tertera di halaman depan. Dilihatnya sekali lagi, jelas buku ini bukan miliknya. Walaupun berjudul sama, tetap saja ia tak mau bukunya ditukar. Dia sangat mencintai buku itu setengah mati.

Dikejarnya orang berjubah itu, mulutnya kembali meringis saat bahunya bertabrakan dengan tubuh orang lain. Kakinya terus melangkah tak peduli sudah berapa kakinya diinjak atau menginjak.

Semangat dan amarahnya semakin berkobar saat dirasa tangannya hampir mencapai jubah orang itu.

Namun naas tubuhnya malah terhempas karena dorongan dari gerombolan orang-orang yang mendadak berdesakan di belakangnya.

Tubuhnya kembali terjatuh. Rasanya kali ini lebih sakit karena kepalanya ikut menyentuh lantai. Anna mendongak, ditatapnya tanda peron 9 sebelum matanya memutuskan untuk tertutup.

Anna perlahan membuka matanya yang terasa berat. Tubuhnya ia paksakan untuk berdiri karena sadar ia masih telungkup dengan tidak etis di hadapan beberapa orang yang berlalu lalang sambil meliriknya aneh.

Anna menyelingar, berdiri terbengong menatap orang-orang. Ia merasa aneh, namun tidak tau pasti apa anehnya itu.

"Anna! "

Anna menolehkan kepalanya menatap gadis muda berambut merah yang tengah berlari mendekatinya.

"Sedang apa kau? Ayo cepatlah! Kereta akan segera berangkat!"

"Huh?" Anna merespon dengan kebingungan.

"Ck, ayolah! Kakakmu juga akan segera naik. Tak perlu menunggunya," decak gadis itu malas.

"Tapi- tapi aku tidak-," Anna menatap heran ke arah gadis di hadapannya, "kau mengenal ku?"

Dahi gadis itu mengkerut dalam menatap seolah Anna berkata bahwa Crookshanks baru saja menjuarai lomba kucing tercantik abad ini.

ANNA POTTER : THE LOST SISTER ( HIATUS ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang