04. KEMENANGAN YANG MENJADI MILIKMU ADALAH MILIKKU

7.2K 544 30
                                    

Sore, Dears! ^^

Kali ini Hara update ceritanya Aira. Di bab ini masih hot-hot sweet, ya! Ardi sama Aira ini bucin sejati titisan Mbak Kissy sama suaminya. Apalagi mereka mau menikah. Godaan setan memang dahsyat. Wkwkwk

Pemunculan konflik akan ada saat mereka balik ke Indonesia. Itu terjadi di bab 6 nanti. Sabar ... Sudah tahu kan RATE cerita ini apa? Jadi, yang enggak terlalu suka tolong minggir saja enggak apa-apa.

Cerita ini memang sengaja Hara tulis buat menjawab tantangan seseorang kalau Hara enggak berani nulis genre Adult yang benar-benar Adult, katanya. Ingat, Adult bukan berarti porno lho, ya! Selama ini Hara main aman nulis genre Adult lewat konflik saja enggak sampai terlalu menyentuh adegan adultnya. But, kalau kalian punya masukan bagaimana seharusnya menyastrakan sebuah adegan, monggo ... Hara terima krisan asal disampaikan dengan baik dan sopan.

So, here we are ...

Happy reading! ^^


***

Aira Diva Khairani harusnya lebih banyak belajar bahwa kemenangan sebelum akhir pertandingan hanyalah kemenangan semu dan sesaat semata. Terlalu tenggelam dalam euforia yang sengaja dia cipta, membuat Aira lupa bahwa ada bagian dalam diri Ardi yang sejak lama telah terlatih. Bukan tentang pertahan diri lagi, melainkan tentang bagaimana melakukan serangan balasan bahkan saat pria itu berada dalam posisi yang tidak memungkinkan. Dan itu satu-satunya hal yang luput dari prediksi Aira selama membangun gairah keduanya.

Dalam satu gerakan gesit, kedua tungkai Ardi mengunci pinggul Aira, lantas menggulingkan wanita berbobot tak seberapa itu ke sisi kiri ranjang yang kosong. Hanya dalam hitungan detik yang sangat singkat, kini Ardi sudah berhasil membalikkan posisi, membuat Aira memekik kaget.

Ardi mengecup sekilas bibir merah Aira yang sedikit membengkak sebelum menatap lekat wajah Aira yang berubah tak berdaya di bawahnya. "Sebelum menyerangku, harusnya kamu ingat benar-benar siapa lawan yang akan kamu hadapi, Sayang. Tidak seharusnya kamu lupa olahraga apa yang sudah lama aku geluti selain boxing," bisiknya tepat di atas bibir Aira, mengembuskan desah .

Aira mengerjap beberapa kali dan memandang Ardi dengan manik mata beningnya yang sayu akibat percikan gairah yang telanjur membumbung. Tak ingin mengaku kalah, dia mulai menguasai diri secepat mungkin. Ardi boleh saja bangga akan keahlian karate dan taekwondo yang pria itu punya. Namun, Ardi melupakan satu hal tentang tangan pria itu yang masih terikat dan bertumpu tepat di atas kepalanya.

Lewat gerakan menggoda, Aira melarikan kedua telapak tangannya ke dada bidang Ardi yang terekspos. Ekor mata Aira menangkap betapa liat otot-otot lengan Ardi yang sedang menumpu berat badan pria itu agar tak lebih menindihnya. "Aku tahu," aku Aira di sela-sela embusan napasnya yang mulai memburu mengikuti titik-titik tertentu tubuhnya yang juga memanas. Kemudian, dia menantang manik serupa biji kopi milik Ardi saat berkata, "Tapi kali ini saja. Aku mohon ... jangan tinggalkan aku di tengah permainan." Aira sedikit mengangkat kepalanya untuk mengecup dada kanan Ardi. "Kamu mau kan membahagiakan aku malam ini, Mas?" tanyanya penuh permohonan tanpa menghentikan kecupannya pada dada Ardi yang lain.

Ardi memejamkan mata sembari menggeram, tak ingin jatuh dalam godaan gairah yang menyesatkan. Namun, membuat negosiasi dengan Aira sepertinya memberinya peluang untuk bebas. Setelah itu, dia berjanji tidak akan mempermainkan Aira lagi dalam hal ini seperti sebelum-sebelumnya. Meskipun bisa melihat wajah lucu nan menggemaskan Aira adalah sebuah kesenangan, tetapi tidak sebanding dengan kesakitan yang saat ini susah payah dia tahan. Dia harus segera bertindak sebelum dirinya ikut lebur dan merusak semua hal yang sudah dia bangun dengan sangat indah bersama Aira di masa depan.

"Lepaskan dulu tanganku, Aira Sayang. Baru akan aku berikan apa yang kamu inginkan. Aku janji akan menyenangkanmu malam ini," bujuk Ardi dengan suara yang sudah memberat dan serak.

Aira mendongak, mencari kebenaran atas ucapan Ardi lewat sorot mata pria itu. Yakin bahwa dirinya tak akan ditipu, Aira pun mengangguk.

"Baiklah."

Ardi beringsut duduk diikuti oleh Aira. Dia tak bisa menyembunyikan senyumnya melihat Aira seolah-olah sudah lama menanti malam ini sehingga wanita itu melepaskan ikatan yang dibuatnya dengan tergesa. Setelah ikatan tangan Ardi terlepas, Aira bahkan langsung menarik tengkuk pria itu dan menyatukan kembali bibir mereka.

Diikutinya irama yang Aira mainkan, meskipun Ardi tetap bersikeras memegang kendali. Tak lupa dia lempar jauh-jauh dasi yang tadi sempat membuatnya menjadi tahanan. Tangannya bergerak cepat menahan tangan Aira yang mulai turun pada zipper celananya.

"No! Aku sudah berjanji akan menyenangkanmu malam ini. Jadi, kamu dilarang keras berusaha, Sayang," bisiknya tak ingin dibantah. Dengan hati-hati, dia merebahkan kembali kekasihnya tanpa memutuskan kecupan-kecupan yang dia hunjamkan pada wajah ayu Aira. "Aku akan menyenangkanmu dengan caraku, bukan caramu. Tapi aku pastikan rasanya akan sama, Aira."

Itu adalah kalimat terakhir yang bisa Aira dengar di sisa kewarasannya. Setelah itu, Ardi benar-benar membuatnya tidak ingat di mana dia tengah berpijak. Dia tersapu amukan badai bernama gairah. Tenggelam, menyisakan napas satu dua. Bisa dia rasakan bagaimana sentuhan lembut Ardi menyeretnya semakin dalam dan mengajaknya melihat pantulan langit biru yang jernih disertai arakan awan putih yang melayang-layang ringan laksana permen kapas. Manis dan memabukkan.

Ardi tersenyum menatap Aira yang tengah menggeliat dan berteriak keras. Dalam balutan gaun tidurnya, kekasihnya itu basah kuyup. Dia tidak menyangka bisa menyenangkan Aira tanpa membuat wanita itu menanggalkan busana. Dia cukup bangga mendapati sorot kepuasan dalam manik mata Aira yang tengah memandangnya lekat.

"Mas ...," panggil Aira lirih di saat kewarasannya perlahan kembali.

Ardi mengusap kening Aira yang berkeringat dan menyingkirkan sulur-sulur rambut yang basah sebelum nengecup kening kekasihnya lama. "Kalau kamu belajar dari Kissy hingga bisa senakal ini, maka aku sudah lebih dulu belajar dari suaminya untuk mengimbangimu. Bagaimana? Kamu suka hidangan pembukanya?" tanya Ardi seraya mengedipkan sebelah mata menggoda.

Aira melongo, menampilkan mimik muka yang lucu. Dia tak mengira bahwa Ardi tahu tentang rencananya. Terlebih, pria itu tahu dari siapa dia berguru. Ah, sial! Pantas saja malam ini dia lagi-lagi kalah telak.

Ardi terkekeh seraya menyentil dahi Aira. "Kamu tidak kalah, Sayang. Kamu menang, aku juga menang. Kamu mendapatkan apa yang kamu mau, begitu pun aku mempertahankan apa yang aku mau." Dikecupnya sebelah pipi Aira sebelum dia beranjak bangun. "Istirahatlah. Aku mandi dulu," ujarnya sambil melepas kemeja dan menyambar handuk, lalu menghilang di balik pintu kamar mandi.




Tbc



Nah, lho! Suaminya Mbak Kissy lebih master ternyata. Wkwkwkk

Sila vote dan komentar bagi yang berkenan.

Sampai jumpa di lain kesempatan. ❤






Big hug,
Vanilla Hara
18/01/20

TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang