Tampak sebuah bangunan besar dan mewah berdiri kokoh di bawah cahaya bulan yang bersinar terang di malam hari itu. Dan di depan bangunan atau sebut saja mansion itu, berdirilah seorang pemuda yang menatapnya dengan datar dan kosong.
"Tuan Muda, ayo kita masuk. Aku sudah tidak sabar lagi, nih!" Ajak Chris atau lebih tepatnya rengeknya di samping Lucas tidak sabaran.
Lucas menghela napas dan mengangguk. Langsung saja Lucas berjalan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kediaman Keluarga Duke Trafilson diikuti Chris yang sangat antusias di belakangnya.
Begitu masuk dapat Lucas lihat suasana pestanya yang ramai dan mewah. Lucas tidak heran mengingat pesta ini diselenggarakan oleh keluarga bangsawan yang sangat kaya dan mengundang semua orang baik bangsawan dan rakyat jelata. Jadi jelas-jelas semua orang yang diundang tidak akan melewatkan kesempatan ini karna--
Kapan lagi bisa punya kesempatan berkunjung dan berbaur dengan Keluarga Trafilson? Lucas yakin itu yang dipikirkan semua orang selain dirinya saat mendapatkan surat undangannya.
Saat berjalan sambil melihat-lihat sekeliling dengan harapan setidaknya ada satu orang yang menarik perhatiannya tapi hasilnya nihil. Bahkan setelah beberapa menit berkeliling mengintari mansion itu Lucas baru menyadari bahwa Chris yang tadi di sampingnya sudah menghilang entah kemana.
Langsung saja Lucas ingin mengumpat namun tertahan. Sekarang Lucas benar-benar kesal karna ternyata Chris benar-benar meninggalkan dirinya seorang diri mencari calon pasangan hidup sementara dirinya memanjakan diri dengan pesta.
Ingin sekali Lucas mengumpat dan memaki-maki tapi tidak bisa mengingat dirinya tidak mau menarik perhatian lebih lanjut mengingat hadirnya dirinya di pesta ini saja sudah membuat semua orang di sana-sini membicarakannya.
Sungguh Lucas ingin sekali mengatai orang-orang yang sedang membicarakannya. Pasalnya bagi Lucas mereka sangat bodoh. Jika mereka memang mau membicarakannya setidaknya cobalah bisik-bisik karna di mata Lucas itu--
Gayanya doang yang sedang bisik-bisik, tapi suaranya sudah kayak ngomong tepat di telinga. Batin Lucas berusaha menahan emosi yang semakin meningkat kala banyak orang di sekelilingnya yang membicarakannya dengan suara seperti tepat di telinganya sendiri jadi membuat Lucas dapat mendengar jelas apa yang mereka bicarakan.
Dari dulu Lucas memang seperti itu. Dirinya yang sejak kecil mempunyai pendengaran yang tajam bisa dengan mudah menangkap suara terkecil sekalipun. Bahkan saat tidur Lucas bisa mendengar suara-suara juga yang membuatnya kadang kesulitan tidur sehingga harus dipaksakan dengan obat.
Sambil berusaha mengabaikan tatapan dan perkataan orang-orang di sekelilingnya Lucas masih sibuk mengintari tapi hasilnya tetap sama tidak berubah sama sekali.
Bruk!
Tiba-tiba dari arah berlawanan Lucas menabrak seorang gadis sehingga gadis itu terjungkal dan jatuh dengan posisi terduduk.
Lucas yang terkejut langsung segera mengulurkan tangan dan menatap gadis bersurai brunette yang terduduk di lantai itu cemas. "Ah! Maaf! Apa kau baik-baik saja?" Tanya Lucas.
"Aduh.." Gaduh gadis tersebut sambil perlahan mengangkat wajahnya menghadap wajah Lucas dan dapat Lucas lihat manik giok milik gadis itu.
Gadis itu tidak langsung menerima uluran tangan Lucas. Dia mengejapkan matanya berulang kali seolah sedang memahami apa yang sedang terjadi bersamaan dengan tangannya yang perlahan terangkat untuk menggapai tangan Lucas.
Begitu tangan gadis itu menggapai tangan Lucas, gadis itu tersenyum manis. Lucas yang melihat hal itu sontak terkejut karena melihat senyuman gadis itu yang terkesan manis di matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Apple
Romance"Cinta itu bagaikan Apel. Apel yang berwarna merah segar menandakan cinta yang tulus, murni dan juga manis, sementara yang berwarna merah gelap menandakan cinta yang palsu, kotor dan juga busuk." Setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Lucas Steinsfo...