03. | Seandainya

8 1 0
                                    

"Astaga"

Raya baru saja keluar dari bilik kamar mandi dan tiba-tiba di depannya sudah ada Angga yang entah sejak kapan ia berada disitu.

"Kamu buat aku kaget tau ga sih!?"

Angga terkekeh saat melihat ekspresi Raya yang menggemaskan. "lagian lama banget di kamar mandi untung nggak aku dobrak" lalu Angga mengeluarkan sesuatu dalam saku celana nya. "nih buat kamu" sambil memberikan bungkusan kecil berwarna ungu, permen karet favorite nya.

"Makasih kak Angga" Raya menerima bungkusan itu lalu memakan nya satu. Saat ini memang belum bel istirahat, jadi aman untuk mereka berdua berinteraksi lebih dekat seperti sekarang.

"Kak Angga cobain deh!" Sebenarnya Angga tidak mau,namun melihat Raya dengan puppy eyes seperti itu membuat Angga tidak bisa menolaknya.

Sambil berjalan, mereka terus saja berbincang. Seperti tak kehabisan topik pembicaraan, ada saja yang mereka bicarakan. Mulai dari obrolan yang serius hingga obrolan yang biasa saja. Hanya disamping Angga seperti ini saja membuat Raya bahagia,tertawa lepas seperti tanpa beban.

Tak terasa mereka sudah sampai di depan kelas Raya, sebelum pergi Angga menyempatkan untuk mengacak rambut Raya gemas.

"Ih jadi berantakan kan" seru Raya tak terima. Sedangkan Angga hanya tersenyum dan berkata "jendela nya jangan di kunci ya" setelah itu Angga pergi ke kelasnya menyisakan Raya yang merasakan degupan kencang pada jantungnya.

Ya Tuhan andai saja Angga miliknya.

....

"Salsha!"

Suara Raya terdengar memanggil gadis yang sedang bercanda bersama teman sekelasnya di koridor kelas mereka.

Dengan memakai sweater oversize warna merah maroon dan menenteng totebag kesayangan nya, gadis yang Raya panggil tadi berjalan menghampiri nya.

Raya dan Salsha memang cukup dekat. Mulai dari kelas sepuluh mereka berdua mengikuti ekskul yang sama--broadcasting.

"Langsung ke radio Ray?" tanya Salsha yang sekarang sudah berjalan di depan nya. Raya menanggapi dengan menganggukan kepalanya.

Saat ini jadwal Raya dan Salsha siaran radio. Bina Nusa memang memiliki radio yang dapat di dengarkan melalui aplikasi di ponsel pintar.

"Hai" itu suara Angga. Raya pikir laki-laki itu akan menuju ke arahnya, namun ternyata ia salah. Laki-laki itu berjalan menuju kepada Salsha. Raya melupakan sesuatu, disini ia hanya berperan sebagi juara kedua, hanya pengganti tak lebih.

Raya tersadar dari lamunannya saat merasakan sesuatu dingin menempel di pipinya.

"Apaan sih lo kak!" sorak Raya tak terima dengan Angga yang menempelkan minuman dingin di pipi kanannya.

Angga terkekeh "Lo sih ngelamun mulu dari tadi"

"Dih suka-suka gue dong!"

"Iya gue tau gue salah, sorry Ray" ucap Angga tulus.

Raya tidak meresponse nya.

Ia terlanjur kesal dengan Angga, Raya memilih masuk ke ruang radio serta meninggalkan pasangan itu berduaan.

Selang beberapa menit Salsha masuk ke ruangan radio dengan senyum sumringah.
"Jangan ngambek dong Ray" bujuk Salsha

"Enggak" balas Raya sekenanya

"Nih gue kasih" Salsha mengeluarkan susu kotak warna ungu kesukaan Raya.

"Maaci calcha" ucap Raya dengan gaya dibuat seimut mungkin.

....

"Toktok"

Raya mendengar suara ketukan dari jendelanya namun ia enggan membukakan jendela itu, lagi pula jendelanya tidak ia kunci.

"Ray" Angga memanggil Raya yang sedang mengerjakan sesuatu di meja belajar nya. Tapi Raya tetap saja diam tak berniat menyahuti panggilan Angga.

"Ray jangan cuekin aku gini dong" Angga mengatakan itu seraya berjalan mendekati Raya dan mengecup puncak kepalanya.

"Apaan sih kak!" dengan emosi dan mata membulat Raya berseru tepat di depan muka Angga.

Bukanya kesal Angga justru tertawa melihat Rayanya seperti itu dan langsung mengacak rambut Raya yang berefek degupan jantung tak karuan pada Raya. Merekapun sama-sama tertawa, rasa kesal yang tadi Raya tujukan pada Angga seakan menguap hilang begitu saja. Selalu seperti itu, seolah Angga adalah candunya yang selalu membuatnya tenang,bahagia,dan berharga.

Andai saja ia satu-satunya di hati Angga.

"Stts.... jangan keras-keras nanti kedengeran sama orang rumah" ujar Raya sembari membekap mulut Angga dengan kedua tangannya.

"Kamu sih gemesin"

"Dih gajelas" ucap Raya dengan pipi yang sudah merah seperti tomat

"Gajelas tapi blushing" Angga terkekeh pelan.

"Udah ah sana keluar aku mau tidur" Usir Raya

"Sini aku temenin, nanti kalo kamu udah tidur aku keluar"

Setelah menimang nimang akhirnya Raya setuju dengan usul Angga.

"Boleh pinjem tangannya?"Tanya kinan yang sekarang sudah berbaring diranjangnya.

Angga pun memberikan tangannya pada Raya dan dibawanya dalam dekapannya.
Raya mulai memejamkan mata itu yang terakhir Angga lihat,setelah itu mereka sama-sama terlelap.

....

CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang