Guna meraih hoodie hitam miliknya di atas kursi, lalu memakaikannya di tubuh. Sebenarnya ia ingin menghabiskan waktu dengan tidur, tetapi Laskar tiba-tiba meneleponnya mengajak mereka semua berkumpul.
"Mager." Guna melangkah keluar dari kamarnya. Namun, langkahnya langsung terhenti ketika berpapasan dengan seseorang yang sangat tak ingin dia lihat hari ini.
"Kamu mau ke mana?" Guna mengedikkan bahu.
"Setiap hari kerjaan kamu cuma keluyuran enggak jelas." Mendengar ucapan ayahnya Guna menaikkan sebelah alisnya, menatap seorang yang dia sebut Papa itu dengan tak habis pikir.
"Itu bukan urusan Papa." Adi menghela napas, menatap anaknya dengan sorot sendu.
"Kenapa kamu selalu gini sama Papa, Guna?"
"Jangan tanya aku. Papa sama Mama lebih tau jawabannya." Adi menundukkan kepalanya. Mungkin dari awal memang inilah salahnya.
"Aku pergi." Guna melangkah keluar rumahnya, tak mempedulikan Adi yang semakin menatap punggungnya dengan sorot sendu.
"Papa juga enggak mau kayak gini," lirih Adi.
Jika punya pilihan Adi juga ingin memilih memiliki banyak waktu luang. Namun, tak mungkin dia lepas tanggung jawab dengan perusahaannya. Lagi pula Adi melakukan semua ini juga untuk Guna, untuk masa depan anaknya. Adi sangat tak mau jika Guna nanti merasakan kekurangan, seperti dirinya dulu.
"Maaf." Hanya itu yang bisa Adi ucapkan. Walau Adi tau jika luka anaknya tak semudah itu sembuh.
Dilain tempat Sheera tersenyum senang saat melihat Renata baru saja memasuki rumah. Sudah seminggu lebih ibunya itu tak bertemu dengan dia, dan sekarang Sheera bisa melihat wajah cantik ibunya lagi.
"Mama," sapanya sambil tersenyum lebar. Namun, bukannya menjawab Renata hanya menatap Sheera dengan sorot datar, tetapi hal itu tak membuat senyum di bibir Sheera pudar.
"Mama udah makan?" Renata menggeleng, lalu melangkah melewati Sheera begitu saja.
"Jangan lupa makan, Ma," ucap Sheera pelan. Hal itu membuat Renata menghentikan langkahnya, dan memutar tubuhnya menghadap ke arah Sheera.
"Jangan sok peduli." Perlahan senyum Sheera semakin pudar. Apakah salah seorang anak memberikan perhatian kepada orang tuanya? Jika salah maafkan Sheera.
"Jangan ganggu saya." Renata benar-benar pergi dari pandangan Sheera menuju kamarnya. Gadis yang hari ini tanpa bandana itu tersenyum tipis, tak masalah Renata belum menerimanya, yang terpenting Sheera masih bisa terus melihat wanita yang melahirkannya itu.
"Sheera sayang Mama, banget."
***
Guna melempar jaketnya tepat mengenai wajah Miko. Membuat Miko yang sedang bermain game menatapnya kesal. "Ngapain woi!" teriak Miko sambil kembali melempar jaket Guna kepada sang pemiliknya.
Guna sama sekali tak menghiraukan, ia lebih memilih mendaratkan bokongnya di sebelah Rafisqi yang sedang melihat-lihat instagram. Merasa ada pergerakan di sebelahnya, Rafisqi menoleh.
"Kenapa lo?" Rafisqi memasukkan ponselnya ke saku. Lebih memilih mengajak Guna mengobrol.
"Enggak," jawab Guna singkat.
"Ada masalah?" Rafisqi menyentuh bahu Guna. Menatap Guna dengan sorot lembut, ciri khas Rafisqi.
"Gue enggak apa-apa." Guna tersenyum tipis, berusaha terlihat baik-baik saja. Cowok berpipi chubby itu mengangguk, tapi tetap menatap Guna khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gunadhya
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! LENGKAP Baca sebelum dihapus!! Seseorang yang kau anggap pengganggu suatu saat nanti akan menjadi seseorang yang paling kamu rindukan kehadirannya.