Andaruni Rayi ... Nama perempuan yang Harsa ingat betul tidak membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Di antara teman-teman perempuannya zaman kuliah dulu ... Rayi tidak termasuk dalam kategori gadis popular. Rayi dalam ingatan Harsa selalu tampil sederhana dan manis.
Pertemuan-pertemuan antara Rayi dan Harsa diawali oleh kegiatan BEM di kampus mereka.
Salah satu momen yang Harsa ingat dengan baik adalah ketika mereka mengadakan bakti sosial memperbaiki jembatan yang rusak di Bayah karena banjir. Jatah makan malam panitia hari itu habis dan semua warung sudah tutup.
Rayi bergegas memeriksa logistik untuk melihat bahan makanan yang masih tersisa dan dapat dimasak cepat.
"Udah mateng belum?" Raka mengintip dapur umum.
"Lima menit lagi!" Jawab Andien.
"Jangan komentar soal rasa ya," kata Rayi saat menghidangkan capcay ala kadarnya dan tempe goreng. "Kan yang penting kenyang dan bisa tidur."
"Ada yang bisa dimakan, kita juga udah bahagia," balas Edo senang.
Harsa ikut dalam antrian untuk mengambil makan malamnya. Dari tempatnya berdiri, dia mengamati perempuan yang tengah mencuci perabotan bekas memasak.
"Yang pake hoodie marun namanya siapa?" Tanya Harsa pada Raka
"Rayi? Yang rambutnya diiket?" Jawab Raka dan dibalas anggukan oleh Harsa.
"Dia bagian konsumsi?" Harsa bertanya lagi.
"Hah? Bukan. Dia ketua panitia."
Harsa sesekali mencuri pandang lagi. Dia takjub melihat Rayi yang tak risih dengan apa yang dikerjakan.
"Boleh duduk di sini?" Tanya Harsa pada Rayi yang duduk di atas tikar.
Rayi mengangguk dan kembali melihat perlengkapan untuk besok pagi.
"Nggak makan?"
Rayi mendongak kaget. "Tadi sore udah duluan."
"Oh," gumam Harsa.
"Aku baru tahu lho kalau kamu anak BEM juga."
Harsa hampir saja tersedak saat mendengar kalimat sarkas dari Rayi. Ternyata hanya wajahnya yang manis.
"Walaupun jarang ikut rapat, kan yang penting kerja nyatanya," kilah Harsa.
Rayi berdehem sebelum melontarkan balasan untuk Harsa. "Tapi tetep aja pra kegiatan juga penting," keluh Rayi. Dia kesal setengah mati ketika harus memeriksa kesiapan perdivisi karena panitianya jarang mau berkumpul. Akhirnya saling mengandalkan yang lain.
"Harsa," kata Harsa mengulurkan tangan pada Rayi.
Rayi memandang tangan Harsa sekilas. "Siapa sih di kampus kita yang nggak tau nama kamu? Emang ada ya?"
"Suatu kehormatan dong buat aku, bisa dikenal sama kamu."
Rayi mencibir dalam hati. Harsa si putra mahkota Golden Town, siapa yang tidak kenal dengannya? Minimal tahu nama.
"Nama kamu Rayi kan?"
Rayi mengangguk.
"Jadi Rayi, terima kasih untuk masakannya," ucap Harsa diiringi senyum jahil di wajahnya.
***
Teman-temannya selalu mengatakan bahwa Harsa sudah terpikat pada pesona Rayi, namun Harsa selalu menampiknya. Selalu mengatakan hubungan mereka hanya teman dan tak lebih dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga puluh hari lalu, dia pergi.
RomanceTiga puluh hari lalu, dia mengatakan ... "Lebih baik kita berpisah. Aku nggak bisa hidup dengan perempuan yang selalu mementingkan ego-nya.": Pintu mobilnya tertutup rapat, beberapa kontainer berisikan barang-barangnya sudah tersusun rapi di bagian...