Lelaki itu gemetaran. Angin dingin yang mengembus dari luar menerpa kulitnya. Kenangan beserta cuaca buruk malam itu menjadi sangat mencekam. Air mata terus mengalir di pipi lelaki itu.

Sebuah jaket berwarna hitam berada di genggaman pemilik warung, yang kini tengah berdiri di ambang pintu. Di tangan kanannya, ia memegang sehelai kain lap putih dengan corak petak berwarna biru.

Kemudian ia beranjak, mendekat ke arah lelaki itu lalu menyeka genangan air di atas meja dengan kain lap.
"Tolong berikan aku setengah teko lagi," ucap lelaki itu seraya bersusah payah mengangkat kepalanya. Namun ia tak sanggup.
"Tuak sudah habis," ucap si pemilik warung seraya duduk di hadapan lelaki itu. Dengan setengah menunduk, ia memunguti serpihan kaca di atas lantai lalu meletakkannya ke sebuah piring kosong di atas meja.

Lelaki itu kemudian menangis tersedu-sedu.
"Maafkan aku."
"Tidak apa-apa," ucap si pemilik warung. Ia membentangkan jaket di atas badan lelaki itu.
"Apa yang terjadi? Kau tak pernah seperti ini?" Tanya si pemilik warung memberanikan diri.

Tangisan lelaki itu semakin tersedu-sedu. Si pemilik warung menepuk-nepuk pundak lelaki itu.
"Aku telah bersetubuh dengan seorang musuh." Jerit lelaki itu seraya terus menangis.
"Dan bodohnya, aku telah mencintainya!"

BERSAMBUNG

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang