3. MENUR - NGIDAM
Kenapa sih beberapa reader agak males kasih vote n komen? Ya, mungkin bagi mereka tidak terlalu berarti. Tapi bagi seorang author, vote dan komen adalah asupan semangat...
❤Happy Reading❤
Dayu menarik badan, sambil menatap Lian dengan mata yang terlihat memikat bagi lelaki itu seraya mengangkat satu alisnya. "Menurut, Koko?"
"Dayu, kamu jangan macam-macam!" Lian beringsut ke belakang sambil menarik bantal menutup dadanya.
Satu tangannya terulur menahan pundak Dayu, sehingga wanita itu tidak bisa mendekat ke arahnya.
"Dayu, awal kehamilan masih riskan untuk kita berbuat sesuatu yang diinginkan. Tahan dulu, ya?" Lian mengiba seperti memberi pengertian pada seorang anak.
Memandang wajah Lian yang memelas, Dayu mengambrukkan badannya ke kasur kapuk dan tertawa. "Koko … Koko, lucu sekali wajahnya!"
Yu Lian mengernyit, mendapati tawa Dayu memenuhi ruang tidur mereka yang dulunya adalah kamar tidur Dewi Andayu semasa lajang.
"Dayu, aku serius! Aku benar-benar ingin menjaga kamu dan janin yang ada di kandunganmu," ucap Lian dengan sedikit nada yang tidak nyaman.
"Aku tahu, Ko! Aku juga tidak akan gegabah—"
"Bagaimana aku tidak cemas, caramu berbaring saja dengan membanting badan." Lian mendesah panjang melihat istrinya yang terpaut 6 tahun lebih muda.
Dayu menarik kedua bibirnya lebar, membentuk lengkungan senyum manis di wajahnya. "Sini Ko, tidur sebelahku." Dayu menepuk kasur di sebelah paha Lian.
Yu Lian memerosotkan badannya sehingga dirinya berbaring di sebelah Dayu. Mereka berbaring miring saling berhadapan.
"Ko, aku ingin makan mangga muda."
"Hati-hati apa yang kamu makan, Dayu. Kamu bisa sakit perut." Lian mengingatkan.
Dayu mencebikkan bibir hingga maju ke depan beberapa senti. "Hati-hati anaknya ngileran kalau ngidam tidak dituruti loh, Ko."
"Oh, ya?" Mata Yu Lian yang sipit membelalak seketika. "Ludah bayi semakin banyak sewaktu giginya akan tumbuh. Sudah pasti akan ngileran." Yu Lian mengernyit, mengingat apa yang didapat sewaktu mempelajari ilmu kedokteran.
"Ah, Koko! Katakan saja tidak mau mencarikan!" Dayu berpura-pura merajuk karena permintaannya ditolak. Wanita itu membalikkan badan, membelakangi Lian, menghadap tembok yang kini dindingnya sudah kusam.
"Dayu, aku carikan saja mangga matang, ya? Aku bisa membeli di pasar Pengging besok," tawar Lian.
"Tidak mau! Aku dan bayiku ingin makan mangga muda, Ko! Yang dipanjat penuh cinta oleh ayah bayiku. Tapi kalau terpaksa dan Koko tidak mau mencari, biar besok aku minta tolong Panji—"
Lian menggeram mendengar nama Panji Samudera disebut oleh Dewi Andayu. "Iya, besok aku carikan."
"Aku ikut ya, Ko!" Dayu segera berbalik dengan semangat menghadap Lian. "Aku bosan di rumah."
Yu Lian tersenyum, menyibakkan anak rambut Dayu yang sudah semakin panjang. "Kamu ingin menempel bersamaku terus, Dayu?"
"Lantas, kalau tidak menempel suamiku, aku mau menempel sama siapa? Pan—"
KAMU SEDANG MEMBACA
MENUR (Completed)
Historical FictionSequel Peony Yu Lian dan Dewi Andayu sudah terbebas dari masa perburuan ketika Jepang telah menyerah kalah kepada Sekutu dan kemerdekaan Indonesia telah diproklamirkan. Namun sifat terlalu melindungi dari Lian justru membuat Dayu merasa dikekang. Sa...