Bel sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Sedangkan Kristal dan Sheera baru saja keluar dari kelasnya. Sepanjang perjalanan Sheera menggerutu kesal karena sesi makan siangnya yang sempat terganggu.
"Udah, Ra. Telinga gue sakit denger lo ngoceh terus." Sheera mengangguk lesu. Memilih tak kembali bersuara lagi.
"Ra." Kristal menepuk bahu Sheera sedikit kencang, membuat sang empunya menepis kasar.
"Tadi katanya suruh diem." Kristal menyengir mendengar gerutuan sahabatnya itu.
"Itu Sesa?" Mendengar nama Sesa, Sheera langsung mengikuti arah tunjukkan Kristal.
"Kok sendiri?" Kristal mengernyit, lalu beralih menatap Sheera.
"Kalau dipikir-pikir kayaknya Sesa enggak punya temen, deh."
"Tau dari mana kamu?" Kristal menggeleng menjawab pertanyaan Sheera.
"Tapi iya juga, sih."
"Tuhkan."
"Tapi dia punya Guna. Guna itu lebih dari segalanya." Mendengar ucapan Sheera Kristal memutar bola matanya malas.
"Lo mau kayak Sesa?" Sheera langsung mengangguk semangat mendengar pertanyaan dari Kristal. Sedangkan Kristal sudah berdecak sebal karena hal itu.
"Lo itu perlu ke dokter."
"Sheera enggak sakit," timpal Sheera cepat.
"Serah." Kristal mengibaskan tangannya, melangkah terlebih dahulu dari Sheera.
Sebelum pergi Sheera membenarkan letak bandana polkadotnya. Tak mau jika terlihat berantakan jika di depan Guna nanti. Walau ia tau itu sama sekali tak berguna bagi Guna.
"Mau pesen apa?" Sheera mengetuk jarinya di dagu. Sebenarnya bingung ingin memakan apa siang ini.
"Samain aja," balasnya sambil menyengir karena melihat Kristal menatapnya tajam.
"Guna mana, ya?" Sheera mengedarkan pandangannya. Namun, tak kunjung menemui Guna di penjuru kantin.
"Mungkin di kelas," ucapnya sambil mengedikkan bahu.
Tak lama dari itu Kristal datang membawa nampan berisi makanan serta minuman. Sheera bersorak senang, lalu membantu Kristal meletakkan semua itu di meja mereka.
"Kristal terbaik." Tak mau membuang waktu Sheera langsung melahap bakso yang baru saja Kristal bawa. Kan lumayan tinggal duduk pesanan datang.
"Pelan-pelan, Ra," peringat Kristal sambil menggelengkan kepala. Sheera mengangguk dan tetap melahap dengan cepat.
"Waktu kita udah enggak banyak," ucap Sheera setelah menelan makanannya.
"Lo mau mati?!" Kristal menatap Sheera tak percaya. Bahkan mengabaikan baksonya yang sudah mulai mendingin.
"Ih, entar lagi masuk." Mendengar jawaban Sheera Kristal kembali melahap baksonya.
"Kiwrain," ujar Kristal tak jelas.
"Cepet," titah Sheera menyuruh agar Kristal tak kembali bersuara. Kristal menurut, memilih menghabiskan makanannya.
***
Hancur sudah ekspetasi Guna tentang hari tenangnya hari ini. Karena pagi-pagi sekali gadis berbandana polkadot itu sudah berada di dalam kelasnya, tak lupa membawakan bekal makanan untuk Guna. Walau tau jika Guna tetap tidak pernah akan memakannya.
"Pagi," sapa Sheera dengan senyum lebar. Gadis itu kali ini memakai bandana hitam polkadot, tak lupa rambutnya yang terurai rapih.
"Selamat makan, Guna." Tak ada respons. Guna hanya menatap datar kotak bekal berwarna biru yang berada di atas mejanya.
"Ayo makan," titah Sheera semakin menggeser kotak bekalnya mendekat ke Guna.
"Guna!" geram Sheera karena sama sekali tak direspons Guna. Guna mengangkat kepalanya, menatap gadis di depannya itu dengan tajam.
"Lebih baik lo pergi!" Sheera menggeleng keras.
"Lo bisa gak sih tau malu sedikit aja?" Mendengar nada sinis nan tajam dari Guna membuat Sheera menundukkan kepalanya. Perlahan menggelengkan kepalanya pelan.
"Gue benci tau gak liat muka lo." Sheera langsung meremas roknya kuat. Entah kenapa kata-kata Guna langsung membuat hatinya nyeri.
"Pergi!" usir Guna sambil menunjuk pintu dengan dagunya.
Sheera mengangkat kepalanya, menatap Guna dengan senyum tipis. "Guna bisa enggak hargain Sheera, sedikit aja." Guna memalingkan wajahnya sambil tersenyum sinis mendengar pertanyaan Sheera.
"Berapa?"
"Hah?" Sheera menatap Guna bingung. Tak paham apa yang dimaksud Guna.
"Berapa harga diri lo?"
Plak
Sheera menatap Guna dan telapak tangannya bergantian. Mata bulatnya berkaca-kaca, antara tak percaya dengan ucapan Guna dan menyesal telah menampar Guna.
"Maaf." Sheera berlari pergi ke luar dari kelas Guna. Sheera meruntuki dirinya sendiri. Untung saja kelas Guna tak ada orang selain ia dan Guna, jika ada mungkin sudah habislah dia sekarang.
"Sheera bodoh," makinya sambil memukul kepalanya sendiri.
Sheera menarik bandananya hingga terlepas. Sheera yakin terlalu banyak memakai bandana membuat otaknya tertekan. Sheera meremas bandananya, mengacak rambutnya kesal. Hingga orang-orang menatapnya penasaran.
"Ah bodoh!" makinya sambil mengetuk dahinya.
"Tapi, ucapan Guna udah kelewatan." Tak tau apa yang harus dibenarkan. Jujur saja mendengar kata-kata itu keluar dari bibir Guna membuat hati Sheera tersentil. Namun, Sheera juga menyesal telah menampar Guna. Mau bagaimana pun ini juga salahnya yang telah mengejar Guna, yang sudah jelas-jelas tak menyukainya.
"Guna maaf," lirihnya. Sheera nanti akan menemui Guna untuk minta maaf. Mau bagaimana pun dia juga salah telah mengganggu Guna.
Pendek
Huwa acak-acakan. Aku lagi ngebut nyelesain semuanya.
Mohon dukungannya, ya.
See you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gunadhya
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! LENGKAP Baca sebelum dihapus!! Seseorang yang kau anggap pengganggu suatu saat nanti akan menjadi seseorang yang paling kamu rindukan kehadirannya.