Bagian 1 (tak berjudul)

45 3 0
                                    

Tepat pukul 12 siang, Nenek Bedeledug melewati jalanan yang biasanya dilewati anak sekolah dasar di daerah Papanmas, Tambun, Bekasi. Sudah tidak asing bagi anak-anak sekolah tersebut untuk melihat tingkah lagu nenek itu. Sembari menyisir rambutnya yang awut-awutan, si nenek berbicara sendirian.

"Aku cantik, aku cantik.... Yeeeeee." Begitulah setiap hari yang diucapkan oleh Nenek Bedeledug.

"Cemong, cemong, cemong, huuuuuu!" Anak sekolah dasar yang melewati nenek itu menyoraki sang nenek.

"Apa lu? Apa lu? Weeee..." Sang Nenek tak mau kalah dengan bocah kecil yang tengah berada di hadapannya.

"Nenek, nggak cape apa? Kunciran melulu.... Huh." Datang seorang anak perempuan sekolah dasar yang kira-kira sudah duduk di kelas enam. Tampak agak sedih di sudut matanya.

"Moniq, nenek kan cantik, ya?" Tanya nenek itu lagi.

"Iya, Nek. Nenek cantik, ayo kita pulang."

Anak-anak lainnya yang sedari tadi menonton aksi si nenek akhirnya ikut bersorak.

"Huuuuuuuuuuu!!"

"Huuuuu! Dasar nenek gila! Berisik banget tiap hari." Salah satu anak ikut menimpali.

"Ayo, Nek. Kita pulang, ya?" Ajak perempuan yang bernama Moniq itu.

"Iya, aku mau sisir rambutku dulu."

"Di rumah aja, ya?"

Dan akhirnya si nenek mengikuti Moniq, pulang menuju rumah mereka. Moniq merasa sangat sedih dengan keadaan si Nenek.

Dulu nenek itu sehat, namun setelah suaminya pergi meninggalkannya dan anak-anaknya juga pergi meninggalkan si nenek, bertambah lah beban pikiran si Nenek. Hanya Moniq lah satu-satunya cucu kandung yang masih mau mengurus Nenek Bedeledug.

Moniq berjualan kue di sekolah, dan setelah pulang sekolah pun masih menjajakan kuenya keliling kampung dimana ia dan neneknya tinggal. Keuntungannya bisa dipakai untuk bayar SPP dan makan sehari-hari. Mereka sudah tidak bayar kontrakan lagi, karena ada peninggalan rumah dari mantan suaminya, namun terkadang hanya untuk makan saja sulit.

Sesampainya di rumah, Moniq menyiapkan makan siang untuk sang nenek yang disayanginya. Moniq sangat perhatian sama neneknya. Moniq merasa suatu saat nanti pasti neneknya akan sembuh.

"Ya, Tuhan, berikan mukjizat untuk nenekku. Amin."

Itulah doa yang selalu Moniq panjatkan sebelum berangkat ke sekolah maupun hendak tidur di malam hari. Moniq selalu menjaga neneknya dengan kasih sayang yang penuh.

Nenek Moniq memang sangat cantik pada masa mudanya, sehingga banyak pria dulunya naksir terhadapnya. Sampai akhirnya nenek itu memutuskan untuk menikah dengan Kakek Mustofa, ketua karang taruna di desa Setia Mekar pada masanya.

Nenek Bedeledug memiliki 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Semuanya pergi meninggalkan nenek ini karena menganggap ibu mereka gila, dan tak sanggup mengurus ibu mereka beserta menahan malu diledek tetangga kampungnya.

Selama mengurus si nenek, Moniq terkadang minta tolong sama tetangga dekat yang menurut Moniq baik dan mau menerima nenek.

Enam tahun kemudian, Moniq lulus SMA dan langsung bekerja di perusahaan elektronik di kawasan industri daerah Cikarang. Moniq membuat neneknya bahagia sedikit demi sedikit, mengajak neneknya jalan-jalan untuk refreshing. Sang nenek mengalami perubahan yang meningkat. Depresi yang dialaminya berkurang lambat laun.

Sampai suatu hari, ada pemuda yang peduli dan menaruh perhatian pada Moniq, menawarkan diri untuk mengantarkan nenek teraphy di salah satu psikiater di daerah Bekasi. Enam bulan si nenek ikut terapi sampai akhirnya sembuh total dan hidup normal kembali.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

NENEK BEDELEDUGWhere stories live. Discover now