CHAPTER 1

48 10 0
                                    

Berlatar belakang di dalam kelas XII IPA 4. Ini masih jam sepuluh pagi dan Ayumi harus mati-matian menahan kekesalan yang sebentar lagi meledak di karenakan seseorang di depannya ini
"Ayumi, jadi pacarku ya?"
Ini adalah pertanyaan ke tujuh belas kalinya yang dilakukan seorang Dimas dalam satu bulan ini. Ayumi masih memfokuskan pandangan pada temannya yang ada disebelah kirinya, ia mencoba mengabaikan Dimas.
"Pleaselah Ayumi" Dimas memohon dengan wajah melas, sayangnya Ayumi tidak memperdulikannya.
"Ayumi"
"Pleaselah Dim, lo gak ada capek-capeknya gue tolak" Ayumi sambil menatap Dimas dengan wajah yang sangat kesal. Acara diskusinya jadi terganggu.
"Oh ya tentu tidak dong. Pangeran Dimas Mahendra tidak akan menyerah sebelum mendapatkan hati tuan putri Ayumi Anjas Sari". Dimas berkata dengan bangga sambil menepuk-nepuk dadanya.
Ayumi menatap Dimas terasa jijik sambil berkata.
"Dih, dasar bucin lo"
"Jadi gimana Ayumi? Gue di terima gak nih? Capek juga tauk di gantungin terus tanpa ada kepastian yang jelas.
"Ya ampun Dim, sudah gue tolak dan lo masih bilang itu digantung? Sini lo gue gantung di pohon beringin".
Dimas nyengir "Hehehe, sebelum pertanyaan gue dibales iya, gue anggap lo masih gantungin".
Ayumi langsung badmood "Terserah"
Kemudian Ayumi membereskan buku dan beranjak menuju ke kantin, meninggalkan Dimas yang sedang berada di bangku kelas sambil menelungkupkan kepala dimejanya.
Sekembalinya Ayumi dari kantin, ia mendekati beberapa anak sudah di kelas termasuk Dimas yang sepertinya tidak merubah posisi hampir setengah jam yang lalu.
Ayumi menghampiri bangkunya dan meletakkan sebungkus roti seribuan. Dimas langsung menegakkan kepala karena ia merasa pujaan hatinya sedang berdiri didekatnya.
"Makan tuh. Gue gak tega lihat wajah gembelmu" walaupun kata-kata yang ditujukan kepadanya penuh akan hinaan, tapi Dimas tau kok sebenarnya Ayumi itu perhatian dan peduli.
"Gak papa, bucin bebas".

Butuh WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang