[2]

317 40 10
                                    

Matahari mulai tumbang, seakan ikut menyerah atas apa yang terjadi pada Bumi. Bersembunyi di bawah kaki langit, memancarkan semburat oranye yang menyiratkan kesenduan.

Indah, namun, tidak dengan keadaannya sekarang.

Hari mulai gelap. Masih tak tahu apa yang harus dilakukan dalam keadaan seperti ini.

Ingin bersembunyi, lari, mengamankan diri. Tapi, jika pada akhirnya akan tetap sendiri,

Untuk apa melindungi diri?







"Senja, kapan semua ini akan berakhir?"

Suara ombak yang menabrak karang bak melodi menenangkan yang merasuk pendengaran. Tak ada yang lain. Hanya ombak, semilir angin, dan bisikan seorang yang putus asa.

"Aku.., kehilangan arah. Kota ini sudah hancur lebur. Aku sendirian. Adhit, Erpan, Zen, mama-papa, cece, bahkan semua orang, mereka menghilang, tak tahu ke mana," menenggelamkan wajah dalam lipatan kaki yang dipeluk dengan kedua tangan. Menahan sakit serta tangis yang muncul di waktu bersamaan.

"Kalau saja aku tahu," menangis dalam kesunyian. Hanya bisikan dan isakan kecil yang terdengar. "--petunjuk tentang semua ini. Pasti aku tahu. Di mana semua orang berada?"

"Sungguh, aku merindukan mama papa. Yang akan membuka tangan untuk menarikku dalam dekapan hangat,"

"Merindukan kedua cece, yang akan berusaha menghiburku dengan cara terbaik mereka,"

"Aku..," tak sanggup menahan lagi. Air mata terjun dengan derasnya dari manik hitam itu. Berusaha mengeluarkan semua masalah, amarah, kesedihan, bahkan ketakutannya. "Merindukan sahabatku."

Lagi-lagi. Suara ombak yang mengikis karang putih di hadapannya; bak alunan melodi dari per tuts piano yang ditekan dengan indahnya. Semilir angin laut, bak gesekan senar pada biola yang membentuk harmoni dengan suara piano.

Serta suara isakan, bak vokalis utama dari rangkaian lagu penuh kesengsaraan.

"Senja," menelan ludah secara kasar, berusaha membasahi tenggorokannya yang kering. "Kalau akhirnya kau harus pergi, tolong, sampaikan ke pada sang rembulan."

"Jangan putus asa untuk tersenyum dan memancarkan sinarmu. Walau tempat ini hancur, walau mungkin tak ada insan di sini yang akan melihat betapa memesonanya dirimu," mengusap wajah, berusaha memberhentikan air mata yang terus lolos menuruni pipinya. "Tolong, hanya kau yang menemaniku sekarang."

"Cukup aku saja yang putus asa,"










Cake ; BeaconCream.
25/1/2020

Tbc.

Cake [BeaconCream ft. 4Bro] (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang