INI BUMI [1/1]

93 12 9
                                    

Cuma cerita pendek --banget--  dan sederhana, untuk bisa mengisi ruang putih yang kosong :v yaudah diisi aja, selamat membaca

*** 


"Api! Api!"

Tubuhku terbakar hebat. Tak bisa kurasakan dimana rasa sakit itu tepat berada, karena aku merasakannya diseluruh tubuh. Teriakan makhluk-makhluk disekelilingku membuat suasana makin mencekam. Mereka mungkin bisa lari, menyelamatkan diri, jika bertemu manusia pasti hampiri, diberi makan, difoto, lalu diunggah ke medsos mereka dengan memberinya caption, "Pity them."

"Cepat anak-anak! Lari! Lari!"

Induk rusa yang berada di paling depan itu mengaba-aba anak-anaknya dibelakang, yang berlarian tak tentu arah mengikuti induknya yang berlari tak tentu arah pula. Tak hanya induk rusa dan anak-anaknya, semua. Semua yang dulu aman tenteram bersamaku, kini tak ada yang peduli. Padahal, aku yang paling merakasan kehancuran. Semua lari, mencari celah paling aman untuk hunian baru. Yang lebih layak, tentunya lebih baik dariku saat ini.

Bayi-bayi orangutan menangis pilu, rambut mereka yang awalnya merah menjadi hitam pekat sekejap. Panas. Membakar. Anala itu merusak segalanya. Merusak kehidupan yang sudah kami rancang se-asri mungkin. Untuk siapa? Untuk semua Makhluk Bumi yang masih membutuhkan oksigen disetiap deru nafasnya.

Harimau-harimau ganas itu ikut berlarian pontang-panting sambil mengaum. Bukan karena kelaparan dengan ambisi ingin memburu mangsa, tak ada kesempatan kali ini, tak ada yang sadar jika auman mereka menderu hingga mengetuk langit, memberitahu; ini, loh, di sini, sedang ada bahaya! Berharap para malaikat ikut turun serta membantu kami yang berada tepat di titik bahaya.

Satu anak gajah terpapar tak berdaya seraya terlilit semak belukar. Ia terjebak. Belum sempat selamat menyelamatkan dirinya sendiri dari lilitan semak-semak, anala lebih dulu melukai seluruh lapisan kulitnya. Membuatnya jatuh dalam sekejap tanpa lagi menghembuskan nafas.

Beberapa hari lagi jasad anak gajah itu dipastikan membusuk, atau bahkan lebur menjadi abu.

Aku tak sanggup melihat semua semenderita ini. Apakah detik ini para manusia secara bersamaan menebarkan berita tentang keadaan yang kami alami saat ini menggunakan kotak radiasi yang tak pernah bisa lepas dari tangan-tangan mereka? Pun jika iya, pastilah seluruh dunia tahu. Tapi untuk apa mereka jika hanya sekedar tahu? Hanya berkata "oh" lalu sudah begitu saja? Membiarkan kami tanpa ikut turun tangan, membiarkan anala yang berkobar itu menjalar hingga sampai ke rumah-rumah mereka? Menunggu mereka sadar?

Hei Tuan-Tuan! Ini kehidupan yang sudah kami buat se-aman mungkin. Yang sudah kami siapkan oksigen untuk kalian bernafas. Kamilah sang pembawa udara terbaik dibawah naungan atmosfer. Kamilah penyelamat dari semakin menipisnya ozon. Jika kami berusaha membangun semuanya, kenapa kalian malah berusaha merusaknya? Bukankah kalian yang seharusnya menjaga kami? Kenapa setega itu kalian menebas tubuhku dengan kapak-kapak tajam kalian hanya demi bejibun kertas nominal? Setidak berharga itukah aku?

Sampai kapan penderitaan kami berakhir? Sampai menunggu manusia-manusia itu sadar? Jika iya, kapan?

Tiba-tiba saja kurasakan dingin disekujur tubuhku. Kulihat ke atas, ada banyak burung besi berukuran kecil menjatuhkan rintik-rintik air diseluruh tubuhku. Itukah malaikat? Itukah sayap-sayap mereka, yang bisa menjatuhkan tetesan air dari setiap sudutnya?

Bukan-bukan.

Itu sekelompok manusia.

Para makhluk yang terpilih untuk menyelamatkan kelangsungan hidup kami.

Mereka tak akan pergi sebelum anala yang menggerogotiku benar-benar lenyap.

Tiba saatnya, tubuhku stabil kembali. Anala itu telah tiada. Terimakasih, Tuhan. Manusia-manusia itu perantaraMu untuk menyelamatkan kami. Meski penanganan mereka sedikit terlambat. Mereka datang setelah banyak organisme disekelilingku mati. Mereka datang ketika tubuhku telah hancur berkeping-keping.

Siapa sebenarnya biang kerok semua ini?

Aku yang seharusnya memberi oksigen, malah memberi asap tebal. Aku yang seharusnya menyelamatkan paru-paru manusia, malah mencemarinya.

Jika aku telah merusak paru-paru manusia, masihkah aku pantas disebut paru-paru dunia?

***

Namanya juga cerita pendekk banget :'


Ini BumiWhere stories live. Discover now