Title : If It was You
Length : One Shoot (Song Fict "If It was You / korean) + Extra Part
Genre : Romance, drama
Word count : 2.5k words
Author : @buretae
Mulmed : 너였다면 / If it was You - Produce 101 S2Enjoy reading :) Alafyu ♡
○○○
Jika itu kamu, memaksa diri untuk membenci apa yang kamu inginkan, apakah kamu akan sesakit ini?
Aku Type, aku bukan seseorang yang baik tapi aku juga bukan orang jahat --menurutku-- meskipun orang-orang selalu berkata aku bengis, ketus dan memiliki emosi yang sangat buruk. Aku adalah diri yang terbentuk dari bagaimana sebuah cerita pahit tertanam dalam perjalananku hingga mempengaruhi mental dan bawah sadarku. Terdengar mengerikan bukan?
Itu benar. Itu sangat mengerikan. Hidupku sudah rusak sejak aku bahkan belum mengerti apapun. Yang aku tahu, seseorang dengan kelainan seksual melakukan hal yang kejam padaku, membuatku mengalami mimpi buruk hampir sepanjang waktu, membuatku nyaris mati ketakutan. Itu sangat mengerikan.
Sejak saat itu, aku membenci gay dan apapun semacamnya.
Dan, tebak? Apa kabar buruknya? Kabar buruknya adalah aku memiliki roommate seorang gay. Benar, g-a-y, gay. Namanya adalah Tharn. Hubungan kami menjadi tidak baik sejak aku tahu jika dia adalah seorang gay.
Aku berkata pada Tharn, aku sangat membencinya, aku bahkan tidak ingin berbagi udara yang sama dengannya. Berada dekat dengan Tharn membuatku merasa gelisah sepanjang hari. Ketakutan seperti di waktu yang lalu seolah mencekik ku sampai aku sulit bernafas.
Kemudian orang-orang mulai menyebarkan rumor tentang Tharn menyukai ku, keadaan menjadi semakin buruk sekarang. Aku mulai khawatir. Apa yang dia fikirkan tentang menyukai ku? Mendapatkan tubuhku dan... arghh, aku tidak sanggup membayangkannya lebih jauh. Itu sangat mengerikan sampai membuat kepala ku berkedut sakit dan seluruh tubuhku gemetar.
"Shia, Type! Aku kasihan pada Tharn, kenapa dia harus menyukaimu!" Ujar Techno yang pagi itu melihatku membuang bubur yang sudah Tharn siapkan di atas meja.
"Aku tidak pernah meminta dia untuk menyukaiku," jawabku sambil berjalah ke arah kursi dan menyambar tas ranselku. "Kita harus segera pergi, No."
Techno berjalan di belakangku sambil terus mengomel sendiri, dia memang berisik, dia tidak berhenti berkicau seperti seekor burung. "Padahal itu adalah hal yang banyak terjadi di lingkungan kita sekarang. Kenapa kamu harus sebenci itu sih? Dan, argh, aku rasa Tharn itu sudah gila. Aku sudah mengatakan pada Tharn untuk tidak menyukai laki-laki batu sepertimu atau dia hanya akan kecewa. Tapi..."
Aku berhenti tepat di depan pintu dengan tangan kanan yang masih memegang knop pintu tanpa bergerak menarik pintunya. Aku berbalik untuk melihat pada si brengsek Techno dengan mulut sampahnya.
"Jadi kamu temanku atau teman Tharn?" Aku memotong.
Techno tersenyum -palsu- dengan lebar sampai sepasang matanya yang kecil tertutup. "Hey, teman. Tentu saja aku teman Tharn. Oho, bercanda. Aku temanmu, kamu tahu kan? Aku bahkan rela berbagi makanan dengan mu disaat aku tidak punya uang sama sekali."
"Itu omong kosong," sahutku. Aku menarik pintu lalu berjalan keluar sementara Techno masih berada di belakang memastikan pintu kamarku tertutup dengan benar.
"Geez, Type!! Dengarkan aku!!" Techno berteriak saat aku berjalan lebih dulu meninggalkan. Aku mendengar langkah Techno yang berjalan tergesa di belakangku.