We Are YSJ

Prolog

23 Januari 2020

Teruntuk semesta,

Terimakasih telah memberi kisah kehidupan dimana aku merasakan pahit dan manisnya hidup. Meskipun aku mengetahui akan dunia ini yang sifatnya sementara, tapi aku menikmatinya. Aku sebenarnya benci kejadian itu, tapi tidak bisa. Karena akan ada suatu hal baru yang terjadi membuatku tidak bisa membenci dengan kejadian itu. Semesta, salahkah dulu aku pernah berpikir untuk membencinya?

Dear YSJ,

Hingga detik ini, aku masih sangat ingat dengan jelas dimana dulu aku tidak sengaja menyaksikan kejadian yang tak pernah kuinginkan. Semuanya tersusun rapi dalam memori otakku. Rasanya, aku ingin mengalami amnesia saja. Biarlah aku mempunyai waktu untuk benar-benar melupakan. Bukan hanya sekadar lupa yang nantinya bisa kuingat kembali masa kelam itu.

Bagaimana bisa aku menyaksikan? Kenapa aku harus melihatnya? Aku benar-benar tak menginginkannya. Entahlah, aku tidak ingin membahasnya. Mungkin sekarang ini kamu bisa merasakan apa yang sedang kurasakan. Pokoknya, itu yang kurasakan.

Hei, apa kabarmu ketika membaca ini? Bagaimana kondisi hatimu? Aku harap baik-baik saja. Aku pernah dalam kondisi tidak baik dan itu menyakitkan. Makanya kamu jangan dalam kondisi seperti itu, okay? Aku tidak mau tau kondisimu menyakitkan. Apapun yang terjadi kamu harus kuat. Aku tau kamu tangguh.

Ah sudahlah, terlalu banyak pertanyaan, mungkin kamu juga tidak mengerti aku bicara apa tadi. Surat ini juga aku buat karena ternyata luka yang kamu berikan belum juga kering, belum sembuh, dan masih terasa baru. Karena ada yang mengganjal dalam lubuk hati yang membuat hidupku jadi resah. Aku jadi sering memikirkan hal itu, lantas ingin menyudahi semua pemikiran itu.

'menyudahi semua pemikiran itu' ?

Haha, kalimat itu sudah aku rencanakan sejak lama, namun tidak pernah terwujudkan.

|Jeffin Sandy Adijaya|

"Lagi nulis apa Jeff?"