BaB Two

430 9 0
                                    

                                       ~BAB Two~

Malam telah tiba, terlihat orang-orang sedang berlalu-lalang pulang sedari kerja dan ada yang pulang sedari sekolah dan sebagian dari less atau kuliah. Dan juga pergi mengunjungi teman atau pacar mereka masing-masing. Waktu telah menunjukan 19 lewat. Tapi tetap saja ia berani menjual sesuatu dari transaksi disebuah lorong atau gang buntu. Sesuatu yang dibukus dan disedorkan kearah depanya dan ia menyerahkan sesuatu yang berbentuk gulungan kertas kepada seorang pemuda yang berjas hitam atau jaket kain katun yang berkrudung. Setelah transaksi telah berlangsung khidmat dan puas dengan hasilnya, pemuda yang terlihat masih berumur 28 tahun itu terlihat pergi begitu saja sambil memasukan kedua tanganya kedalam saku celana panjang yang berbahan katun dan berjalan sambil berpura-pura tidak terjadi apapun dan setiap langkahnya diiringi siulanya yang asalan keluar dari bibirnya. Dan ketika menuju kamar kecil umum ia segera mengganti pakaiannya dan menyemprotkan wewangian dari parfum yang mahal. Pakaian yang tadi ia kenakan langsung ia cuci dilaundry koin dan setelah kering ia masukkan kedalam sebuah tas karton dan ia menentengnya sampai dijalanan raya dan ketika ia berjumpa dengan seorang pria kumuh pemuda itu menyerahkan bingkisanya kepada pria kumuh tersebut dan berjalan pergi tanpa melihat kearah belakang lagi.

                                                                     ******* ÷÷ *******

"Silakan duduk dan anggap saja dirumah sendiri" entah mengapa Mettha dengan begitu saja tergoyah akan ajakan dari teman SMA-nya dan disinilah dirinya diruangan yang luas dan bisa mengumpulkan beberapa orang untuk bersirahturahmi padahal ini baru saja ruang tamu, belum lagi kamar. Mettha pun duduk dikursi sofa dan kepalanya masih memutar kekanan dan kekiri dan keatas untuk melihat lampu hias yang indah dari kristal. Seakan isi rumah ini membuat dirinya takjub. 

" Wah ternyata kau telah menjadi sukses, ya" tanpa basa-basi lagi itulah kata yang dikeluarkan oleh Mettha. 

    " Yah seperti yang kau lihat" ucap Darren sambil membentangkan kedua tangannya seolah ia sedang memperkenalkan semua isi rumahnya kepada wanita itu yang sedang duduk disebrangnya sedangkan dirinya sedang duduk di meja counternya.

     " Dirumah ini hanya memiliki dua kamar tidur: satu adalah kamarku yang paling sudut dan kamar tamu terdapat beberapa jarak dari kamarku, hanya empat langkah dari kamarku." Mettha hanya memandang kearah Darren yang sedang berjalan kearahnya dan duduk disebrang wanita itu. Sambil berselonjor, Darren melanjutkan ceritanya." Jadi anggap saja dirumah sendiri. Dan apa rencana selanjutnya yang akan kau lakukan?" Tanya Darren sehingga membuat Mettha mengingat sesuatu yang tidak mengenak hati.  

" Aku baru saja mengundurkan diri dan setelah itu kontrakanku telah jatuh tempo." Ungkapnya sambil tersenyum kecut. 

     " Jadi intinya, kau adalah penghuni dirumah ini. Tanpa sadar kau telah dipilih oleh rumahku ini" kata-kata Darren entah mengapa membuat Mettha tertawa dan untunglah ia melupakan airmatanya yang hampir jatuh itu, Sedangkan Darren hanya tersenyum dan kemudian ia menjadi terbawa oleh Mettha dan ia pun tergelak.

                                                                         ******** ÷÷ ********

Sudah seminggu Mettha telah menjadi bagian rumah ini dan selalu melakukan seperti yang dilakukan oleh ibu rumahtangga pada umumnya dan pagi harini ia membuat sarapan berupa rotitelur dan kopi maupun susu. Dan tentu saja ia juga membuat makanan malam. Dan hariini Darren mengantar Mettha ketempat kerjanya.  

Setiba dilokasi, Darren tercengang dengan apa yang ia lihat. Sebuah rumah sakit yang begitu luas dan memiliki beberapa tingkat. Mobil Darren berhenti disebrang pagar rumahsakit tersebut. 

   " Kau kerja disini?" Tanya Darren sambil memandang rumahsakit itu lewat kaca depan mobilnya.

      "Emangnya aku kagak boleh berada dirumahsakit ini?" Dengan perasaan kesal, Darren pun memandang kearah Mettha.  

" Bukan begitu maksudku, Non. Tapi apa benar kau bekerja disini?" Dengan nada kesal Dareren bertanya lagi. Mettha memang bekerja disini tapi tanpa dibayar. Ia cuma mengajar, menemani dan bermain bersama anak-anak yang menderita jantung bawaan, leukemia dan tumor dan lainnya. 

    " Aku bukan bekerja, cuma mengajar." Jelas Mettha sambil keluar dari mobil Darren karena waktunya sudah telat. Sesampai didalam rumah sakit, Mettha telah ditunggu oleh anak-anak yang mungil sekitar lima atau enam tahunan. Mereka semua berada didalam ruang kaca seperti didalam rumah kaca. didalam ruangan ini telah terdapat dua guru lainya yang pamrih dan telah melangsungkan pelajaran matematikanya kepada anak-anak. Orangtua mereka hanya mengawasi dibalik luar kaca.

Didalam kantornya, Darren hanya tersenyum sendiri ketika ia sedang berada diruang rapat. Dan ketika seserang karyawanya sedang meminta pendapat Darren, ia malah tersenyum. Ia tersenyum karena ia mengikuti Mettha sampai kedalam rumahsakit karena ia dipicu dengan rasa penasaran yang begitu menghantui dirinya. Semua karyawanya menyenggol dan menyolek Darren dan akhirnya ia pun bangun dan mendapati seorang karyawan yang sedang menatapnya sambil menunggu Darren.  

"Maaf. Aku baru menghilang." Ucap Darren dan sambil melihat kelayar. " Bolehkah diulang lagi?" Dan karyawan itu pun mengulangi penjelasanya. 

     " Baiklah kalau semua telah setuju. Dan penjelasan mu dan karyamu juga keren dan sepertinya sesuai dengan para konsumen. Jadi aku akan menetapkan karya kamu dalam iklan makanan." Setelah semuanya telah selesai dan rapatpun telah bubar dan meninggalkan Darren sendirian diruang rapatnya.

Pagiharinya sewaktu makan pagi telah selesai Darren menuju keserambi untuk menikmati cuaca pagi yang indah. Diserambi itu terdapat kolam ikan koi dan dibuat air terjun buatan untuk menghisasi kolam ikan tersebut. Tanpa disadari oleh Darren, Mettha telah membawakan secangkir kopi panas dan meletakanya diatas meja kopi dan duduk disebelah kanan pria itu. Mereka hanya terdiam sambil menikmati alam disekitar mereka. Didalam benak Mettha ia teringat akan anak-anak yang ia didik dan membayangkan kalau ia memiliki anak. 

" Maukah kau membuat anak denganku?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja meluncur begitu saja dari mulut Mettha. Darren hanya terbengong dan tercengang dan menatap kearah Mettha. Merasa malu, Mettha melarikan diri meninggalkan Darren yang sedang tercengang akan lamaran Mettha. Ketika Mettha telah pergi barulah Darren mempertimbangkan lamaran yang tak langsung itu. Apakah ia akan menerima gagasan itu atau tidak, itulah yang ia pikirkan sekarang. Ia ingin menerima gagasan itu, tapi bagaimana caranya. Sebenarnya ia juga pingin merasakan memiliki seorang anak dan istri. Tapi ia menyadari sesuatu tentang kehidupanya, keadaan tubuhnya dan apalagi perasaan seseorang bila ditinggalkan.

Saat inilah ia akan memikirkan gagasan itu dan dengan segera ia akan melamar Mettha. Tapi hal pertama adalah mempertemukan Mettha dengan kedua orangtuanya Darren.

Two BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang