PERTAMA-

47 1 0
                                    


               Namaku Raina sadillah, panggil saja Raina atau Nana(khusus keluarga dan teman). Raina merupakan anak satu satunya di keluarga Evans Ramadhan Sansonto. Tentu saja ayah Raina bernama Evans dan ibu Raina bernama Adelia Guniawan. Ayah Raina merupakan bos di perusahaanya. Bagi Raina panutannya adalah orang tua bukan artis atau selebgram. Demikian pula bagi Raina, Evans itu pahlawan kesayangannya. Ketika Raina sedih karena di remehkan oleh teman sekolahnya, Evans selalu ada di pelukannya sedangkan ibunya juga selalu menjadikan tempat keluh kesahnya.

             Kenapa raina selalu di remehkan oleh teman-temannya? Bukan karena kebodohan di otaknya tapi teman sekolahnya saja yang iri dengannya dengan begitu Raina selalu di remehkan apalagi teman sekolahnya mudah membuat Raina sedih karena penampilan yang culunnya bisa jadikan bahan bercandaan di kelas, sungguh kejam teman kelasnya sampai seluruh sekolah Raina tau bahwa dia Culun.

Memang Raina bernampilan culun tapi bagi dirinya itu salah satu menjaga diri dari laki-laki berhidung belang. Dia sangat trauma sampai sekarang, dia tidak tau bagaimana cara menghilangkan ketraumaanya yang membuat dia tidak mau berdekatan dengan pria manapun.

-Bangsa National school-

         Raina sekolah di SMA favorite terbilang nomor 1 meski sekolahnya bukan negeri tapi Swasta, memang sengaja Evans memasukan Raina di sekolah ini karena Evans mau Raina bisa meneruskan perusahaan miliknya. Di tahun ini Raina sudah Kelas 12 dia sudah cukup dewasa di usia 18 tahunnya, tapi tidak dengan penampilannya. Penampilan Raina masih sama seperti dulu. Maka dari itu dia tetap aman dengan berpenampilan seperti ini karena sampai sekarang cowo pun tidak mau berdekatan dengan Raina.

Kini Raina berada di kantin bersama teman sekelasnya yaitu Natalia nopandi. Dia merupakan teman sohibnya, Lia tau apa yang di rasakan Raina saat sedih atau susah. Sebaliknya pun bila Lia merasakan sedih atau susah sekalipun Raina selalu di sampingnya.

Lia berada di sebelah kanan Raina, dia sedang menyantap soto yang di beli dari warung pa wawan sedangkan Raina hanya menyeruput es teh yang di pesan dari warung yang sama Lia beli soto

Obrolan pun di mulai...

"Na, kamu ga nyoba ikut olympiade matematika dari bu ane tadi pagi?"

"Sebenarnya aku mau li tapi aku tidak yakin menang atau tidaknya"

"Ya udah coba dulu aja. Soal menang atau tidaknya itu belangkangan, namanya juga lagi berkompetisi pasti ada menang atau kalah bukan" apa yang dikatakan lia benar. Kalau bukan kompetisi mana ada kemenangan atau kekalahan.

"Benar juga apa yang kamu katakan, kalau begitu aku coba ikut deh, nanti sepulang sekolah aku ke ruang guru menemui bu ane"

"Nah gitu dong" Ekspresi Lia begitu senang mendengar Raina menyetui olympiade matematika.

           Sehabis itu, Lia dan Raina kembali ke kelas. Jam ke 10 adalah jam terakhir dengan mata pelajaran fisikia yang membuat Raina mengantuk. Meski dia juara kelas tapi soal fisika dia tidak menyukai sampai dia pernah mendapatkan 0 untungnya Raina bisa memperbaiki nilainya menjadi 72 meski itu masih pas KKM tapi bagi Raina dia bersyukur mendapatkan nilai itu.

Bel berbunyi. Raina menempati janjinya untuk menemui Bu Ane sebelum Bu Ane pulang. Raina sudah berada di depan pintu ruang guru. Entah mengapa jantungnya begitu cepat, sampai-sampai kacamata yang bertengger di hidung seketika merosot. Dengan keberanian penuh dia membuka pintu dan menuju meja Bu ane.

"Permisi bu"

"Ya ada apa Raina?"

"Ibu saya ingin mengikuti olympiade itu, apa masih bisa bu?"

"Masih bisa dong. Untungnya ada juga yang mau mengikuti olympiade matematika ini. Kalau tidak ibu malu dengan pak Haryo- Guru fisika yang memiliki 1 murid yang bersedia mengikuti olympiade Fisika. Dan kini ibu tidak malu lagi dengan pak Haryo karena kamu mau mengikuti olympiade itu."

Aku hanya mendengarkan Bu Ane saja tanpa berkomentar,,,,,,

"Jadi kalau begitu kamu mengisi formulir ini dulu ya" Bu Ane langsung menyerahkan surat formulir berwarna putih itu kepada arah Raina.

Setelah mengisi aku di perbolehkan pulang...

Raina sudah berada di halaman sekolah, ternyata pak Samsudin sudah berada di halaman sekolah menunggu Raina keluar. Dengan tertatih-tatih Raina segera menuju mobil ALPHARD berwarna hitam di depan mata.

"Maaf menunggu lama, Pak"

"Ga papa neng. Ini juga baru 5 menit kok"

Pak Samsudin langsung mengegas supaya mobil ini bisa berlaju.

Sesampainya di rumah, Raina di sambut oleh adelia alias ibunya. Ritual saat Raina sudah masuk dan bertemu ibunya adalah mencium dan memeluk dengan hangat dan kasih sayang.

Pelukan satu sama lain melonggar. Adelia pergi ke dapur untuk menyiapkan susu putih kesukaan anaknya. Sedangkan Raina sedang berganti pakaian di kamar.

Adelia sudah duduk di depan televisi, Raina juga sudah berganti baju lalu menghampiri ibunya yang sedang duduk sambil menatap televisi.

"Ma, Susu Raina?"

"Di meja makan sayang" Benar bukan, pasti Raina menanyakan susu kesukaannya, tentunya adelia pengertian dengan putri satu-satunya itu.

Raina kembali ke Adelia yang masih betah di depan televisi.

Raina sedikit mengganggu ibunya yang sedang serius melihat film yang berada di televisi "Ma Raina ingin kasih tau"

"Apaan tuh?" Adelia spontan menatap Raina.

"Raina di suruh ikut Olympiade sama Bu Ane"

"Terus kamu setuju?"

"Tadinya sih tidak tapi di pikir pikir lagi boleh juga ikut olympiade, sudah lama juga kan ma Nans ga ikut olympiade lagi semenjak smp terakhir kali."

"Bagus deh kalau begitu. Papa udah tau?"

Raina menggeleng. Gelas berisi susu sudah di teguknya, lalu Raina menyimpan gelas itu di tempat cucian.

"Ma Raina mau ke Beranda dulu ingin melihat langit biru dan menghirup udara segar" Adelia mengiyakan. Kemudian Raina langsung menuju Beranda di rumahnya di lantai 3.

              Raina sudah berada di beranda. Raina melihat langit biru dan tepatnya dia menyaksikan matahari terbenam. Sedang menikmati langit sore dan kesegaraan menghirup udara, spontan ia memalingkan mata kearah bawah yang terdengar suara grasak-grusuk. Ternyata ada orang sedang memindahkan barang ke dalam rumah, pastinya mereka warga baru. Raina melihat ada suami istri serta anak-anaknya, satu laki laki satunya lagi perempuan. Mungkin usia laki-lakinya sekitar 20 tahuan.

           Raina masih tetap setia melihat mereka, mereka mungkin menjadi tetangga di sebelah rumah Raina. Terus terusan melihat, tak sengaja seorang pria- anak suami istri tersebut melihat ke atas, tepatnya melihat Raina yang sedang melihat kebawah sambil berdiam diri. Raina yang ketauan dia hanya kaku seketika, tubuhnya seakan-akan tidak bisa bergerak.

Masing-masing mengupat di dalam hati.

Shit! Cantik.

Ya ampun apa yang harus lakukan sekarang.

Karena sudah ketauan dan merasa malu, Raina langsung masuk dan berlari ke kamar tidurnya. Di dalam kamar dia masih berkomat-kamit sebab dia malu sekali sebegitu intensnya melihat keluarga sang pria tersebut dan apalagi dia bertatap muka tanpa berkedip membuat pipi Raina seketikaa pink ke merah-merahan.

Malam harinya, Raina,Adelia serta Evans duduk di meja makan sambil menyantap makan dan sesekali berbincang tentang anaknya adelia ataupun evans sedikit masalah di perusahaan akhir-akhir ini. Sungguh membuat Evans lelah dengan anak buahnya semakin hari semakin tidak becus kerjanya.

Adelia yang mendengar keluh kesah sang suami hanya bisa memberikan dukungan serta mendamping suaminya di kala susah maupun senang. Raina bangga memiliki orang tua seperti mereka. Selalu romantis.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 24, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love NeighborWhere stories live. Discover now