Uno

26 2 2
                                    

Siang ketiga,
aku bertemu nya, lagi, di kantin. Sama saja seperti hari pertama dan kedua, membuat nafsu makan ku kembali tidak enak. Perut dan telinga ku beradu untuk mengalahkan logika ku. Perut ku berkata, "Sudah makan saja! Aku sudah kosong dari kemarin, Laoryn!" dan telinga ku memekak saat Tarisha berteriak, "Laoryn! Lama banget sih, mikirnya! Buruan dong, gue laper, gue mau makan! Tau sendiri kan bel istirahat sekolah cepet banget bunyinya!" sedangkan logika ku? Ah, entahlah, sebenarnya aku tak suka bermain logika.
"Lo makan aja deh, Tar. Gue tunggu di meja pojok." Aku beranjak dari kantin langganan Tarisha, Kantin Mama Mia, ke meja pojok. Ya, disitu lah biasanya aku menghindarkan diri dari Tarisha walaupun dia tetap akan tahu dimana keberadaanku.

Sudah hari ketiga aku bertemu dengan Tarisha, gadis yang kemarin lusa sok akrab dan sok kenal denganku. Bahkan aku masih tidak tahu darimana anak itu berasal.
"Harusnya sekarang gue lagi nikmatin mi ayam nya Bang Bot." dengusku sambil memalingkan wajah ketika Tarisha mendekat sambil membawa nampan semangkuk tekwan dan es teh yang tentu nya sangat membuatku lapar. "Ryn, tadi lo kenapa sih, biasanya kalau gue teriak-teriak, lo bales nya ngegas juga?"
"Eh, denger ya, jangan kira kalau tadi gue ga ngegas artinya gue ga lagi kesel. Udah, ah, buruan makan, bentar lagi bel masuk bunyi. Gue gamau telat dateng ke kelas cuma gara-gara nungguin lo makan." "Yaelah, lo masih marah, Ryn, sama gue gara-gara kemarin lusa? tanya Tarisha dengan tatapan sok polos. "Lo pikir gara-gara kemarin lusa gue sendirian kayak anak nolep, gue gaada temen gitu? Ya ada lah, lagian gue bukan anak nolep kali, cuman gue suka aja gitu di kantin, bisa buat gue kenyang cuma dengan cara natapin satu-satu makanan yang ada di warung." jawab ku dengan sedikit ngegas. Ku akui, Tarisha memang kelihatan polos dan juga anak manja. Lihat saja, kuah tekwan tumpah cukup banyak di meja. Benar-benar manja.
Akhirnya ia menyadari bahwa aku memperhatikan kuah-kuah yang jatuh dari suapan nya.
"Lo yakin mau nungguin gue? Gue masih lama loh." Tarisha memindahkan kursi nya ke sebelahku karena meja tempatnya makan sudah basah kuyup.
"Dari tadi kek bilangnya, yaudah, gue ke kelas duluan. Lo gausah ngikutin gue ke kelas lagi kayak kemaren." aku beranjak pergi dan melepas earphone.

Kelas gue berada di depan lapangan basket. Dan, tadi itu istirahat terakhir sebelum jam pulang. Biasanya, jika sudah dekat-dekat jam pulang, banyak anak ekskul basket yang sudah ngetem di lapangan basket, yah sekedar sparing biasanya.
Tiba-tiba, langkah ku terhenti karena ada bola basket yang berhenti di ujung kaki ku.
"Woy, lo yang pake seragam unggul, pake earphone! Balikin bola gue!" aku menoleh ke sumber teriakan. Oh, itu kan wakil ketua osis? Anak basket juga dia?
"Ah, maaf kak, tadi bola kakak kebetulan berhenti di depan saya. Ini saya balikin." kataku berusaha santun. "Gue kayak pernah liat lo. Lo yang sering mojok di kantin kan?" Aku pun bergeming. Hah? Kok dia tau gue, biasanya kan kalo mojok gue pake masker. "Ah enggak kok, saya ga pernah mojok di kantin, ngapain." aku mulai berancang-ancang berlari, lalu kembali di tahan. "Oh, kayaknya gue salah orang. Ok, makasih ya, udah balikin bola gue." balas kakak yang bernama Kevin itu. Aku segera berlari karena bel masuk sudah berbunyi.

Tbc.

---
Kependekan? Iyaa taaauuu, lagi buntu ide banget, klo gmau vote gpp deh tau koo pendek, part besok dipanjangin deh.

More Than You KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang