il

92 9 1
                                    

"Coba inget lagi, masa hilang sih?" ucap mami.

Hari ini, aku mulai bekerja di salah satu SMA Negeri di kotaku. Menyenangkan memang, sampai malapetaka datang di hadapan ku.

Coba tebak, apa itu?

Name tag yang satu set dengan seragam ku hilang entah kemana. Itu sebabnya mami mengomel sepanjang aku mencari name tag ku.

Tolong deh, Mam. Aku juga sekarang lagi nyari.

Pasti muka ku sudah berkeringat dan riasan ku berantakan. Ah, masa bodoh, yang penting name tag ku ketemu.

Mami sekarang sudah pergi ke meja makan. Mungkin sudah jengah melihat aku yang dari tadi jungkir balik nyari name tag.

"Mbak, kok name tag Mba Rere ada di lemari ku?" ucap seorang laki-laki di belakang ku.

Aku menoleh, terlihat adik ku sedang memperlihatkan name tag ku. "Astaga Lintang, itu kan yang dari tadi aku cari. Kok ga bilang sih?" ucap ku sambil merebut name tag yang berada di genggaman Lintang.

"Lah, kan Mbak ga nanya ke aku," ucapnya.

Persetan! aku harus berangkat ke tempat aku bekerja. Buru-buru aku mengambil kunci motor dan memakai helm.

"Mami, mbak berangkat ya." ucap ku setelah mengecup pipi mami.

"Udah ketemu name tag nya?" tanya mami.

"Udah," setelah itu aku langsung bergegas menaiki motor dan tancap gas sebelum bel masuk berbunyi. Setidaknya aku masih punya waktu 10 menit sebelum bel.


Tepat sebelum bel berbunyi, aku telah sampai disana. Mengingat kehebohan tadi pagi, aku merapikan rambut ku dan mengecek apakah ada yang aneh di wajah ku sambil berjalan menuju ruang guru.

Setelah melihat pintu ruangannya, aku membuka pintu dengan pelan. Huh! semoga aja aku gak langsung di cap jelek gara-gara hampir telat.

"Guru baru ya? Saya Abinaya," Ucap seseorang yang aku yakin guru juga.

Aku mendongak, maklum, dia punya tubuh yang tinggi. Meskipun aku terbilang punya tubuh yang tinggi, yang pasti dia punya tubuh yang lebih tinggi dari pada aku.

"Iya pak," ucap ku sambil tersenyum kecil.

Dia senyum. Aku meleleh. Ganteng banget tolong!

"Mejanya disana, Bu," ucapnya.

"Makasih, Pak," aku berjalan ke tempat yang dia tunjuk. Ga disangka-sangka, dia malah ngikutin aku.

"Ada perlu apa ya, Pak?" ucapku.

"Semoga cepet betah disini," dia senyum lagi.

"Saya harap juga begitu,"

"Harapan ya? eum–harapan saya sih, bisa ketemu ibu tiap hari," ucap dia sambil senyum, tapi sekarang senyumnya lebih lebar lagi.

HEYYY TOLONG, ADA YANG MELELEH DISINI.

"Hah? Gimana pak?" aku bingung, baru hari pertama udah ada yang ngalusin aja.

"Oh iya, ngomong-ngomong saya belum tau nama ibu." Dia menyisir rambutnya kebelakang. "Saya Abinaya Seung Woolan, kalau ibu?" ucap dia sambil mengulurkan tangan, ngode minta salaman.

"Saya Sore Aqila," ya aku mau gak mau harua nyambut uluran tangannya.

"Saya biasanya dipanggil Pak Seungwoo sama anak-anak." ucap dia setelah ngelepas jabatan tangan sama aku.

"Saya biasa di panggil sama anak-anak Bu—"

"Tapi kalau ibu mau panggil Abi juga gapapa kok, biar lucu gitu, Abi-Umi."

HAH?! MAKSUDNYA?!

Gak lama setelah upacara, aku ikut briefing sama guru-guru lainnya, kalau kata Pak Seungwoo, yang sebenernya maksa di panggil Abi sepanjang jalannya upacara, briefing ini udah jadi kegiatan wajib bin kudu tiap hari senin.

Disana aku di perkenalkan oleh kepsek ke guru-guru. Aku gugup sih pasti, apalagi di liatin sama guru-guru yang notabenenya senior dibidang pendidikan gini. Duh aku mah apa, cuma debu.

Setelah briefing selesai, wakasek ngajak aku ke ruangannya buat ngasih jadwal, buku nilai, dan silabus yang bakal kepake disemester ini.

Sampai tahap ini sih, aku belum kesusahan atau apapun itu. Aku juga pede-pede aja kalau masuk kelas nanti. Bisa dibilang aku ini sudah berpengalaman ngajar di tempat yang isinya anak nakal. Jadi, kalau di suruh ngajar di tempat yang isinya anak baik, aku fine-fine aja.

Setelah dijelaskan beberapa hal, aku langsung menuju kelas yang pertama. Di jadwal sih tertera kelas XI MIPA 3, tapi kok yang aku lihat, disana ada guru yang ngajar?

Setelah dilihat lagi, ternyata yang sedang ada di kelas itu Pak seungwoo.

Karena ingin melaksanakan amanah, aku tak segan mengetuk pintu kelas. Pak Seungwoo menoleh, "nah ini guru baru yang bakal ngajarin kalian biologi," ucapnya tiba-tiba.

Karena sudah disebut, aku masuk dengan membawa beberapa barang yang aku siapkan untuk mengajar.

"Selamat pagi, saya Sore Aqila," ucapku setelah berdiri di depan kelas. Terlihat, semua murid antusias dengan ku. Entah apa yang Pak Seungwoo bicarakan sebelumnya sampai semua murid melihat dengan mata kagum kearah ku.

Ku lirik Pak Seungwoo yang sedang menatapku dari meja guru. "Mohon maaf , Pak, saya mau ngajar dulu," ucapku.

"Okay, saya pergi dulu." ucapnya. "Anak-anak, saya tinggal dulu ya, mau ngajar di kelas sebelah. Oh iya, saya sangat percaya dengan doa anak-anak, jadi doakan saya biar Bu Rere bisa jadi jodoh saya ya," sambungnya.

"AWWW SO SWEET," kelas pun riuh akibat ucapan Pak Seungwoo.

"Di tinggal dulu ya, calon jodohku," ucap dia sambil menatapku dengan penuh senyuman.

Gila, ga waras, masa baru hari pertama aku udah di modusin?!

✨✨✨

Hai guys, sudah lama ga menyapa lewat story gini.
karena kangen nulis akhirnya aku bikin series -beda- lagi.
ya walaupun udah mepet-mepet un, utbk, dll.
gimana nih, suka ga?
jangan lupa vote dan komen ya

gimana nih, suka ga?jangan lupa vote dan komen ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Hangyul
as
Hang Yulintang Mentari

rapsodi; han seungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang