Kayaknya udah seminggu sejak kejadian bocor-di-depan-pak-seungwoo. Dan selama itu juga aku udah jaga jarak sama Pak Seungwoo. Rasanya malu banget kalo ketemu Pak Seungwoo. Bukan malu karena kejadian itu juga, tapi karena tiap ketemu, Pak Seungwoo selalu nanya perihal bulananku.
"Bu Sore gimana bulanannya? Sudah selesai belum?" gitu katanya.
YA TERUS KALO UDAH SELESAI MAU NGAPAIN????
Aku diem aja kalo Pak Seungwoo nanya-nanya gitu. Bikin malu iya, bikin kesel juga iya. Dari pada cape gara-gara nanggepin Pak Seungwoo yang rasa pedenya melebihi jumlah aliran darah manusia, aku mending diem aja sambil pura-pura sibuk.
Sekarang udah jam 4 sore, yang artinya sudah waktunya pulang. Belakangan ini badan ku sering pegal-pegal, efek bulanan, kayaknya.
Tapi aku yakin, aku sering pegal-pegal gara-gara sering di suruh balik sendiri. Ya siapa lagi pelakunya kalau bukan Lintang. Mentang-mentang motornya lagi servis, dia sering pinjem motor.
Modusnya kerja kelompok, aslinya nongkrong!
"Mbak, aku mau pinjem motornya," ucap Lintang.
Aku menggeleng, "gak! Mbak mau pulang. Kalo mau pinjem motor, kamu balik dulu," Lintang sedikit cemberut. "Lagian motormu kenapa sih? udah seminggu ga sembuh-sembuh," sambungku.
"Ah, kok malah bawa-bawa motorku sih? Lagian kan itu motor tua, kalo motor mbak kan motor baru," ucap Lintang.
Aku mendengus kesal. Lagian apa susahnya sih balik dulu, kan bisa makan dalu sebelum kerja kelompok.
Aku hampir menyerahkan kunci motorku, sebagai kakak harus ngalah kan?
Bukannya jatuh ke tangan Lintang, tapi malah jatuh ke tangan orang yang tiba-tiba ada di belakangku. "Rebutan motor?" ucapnya.
pls muka ku mau di taruh dimana ini. MASALAHNYA DI BELAKANGKU ITU PAK SEUNGWOO:(((
Dengan cepat, aku narik kunci motor yang ada di tangannya. "Nih, pokoknya jangan sampe kemaleman!" ucapku seraya memberikan kunci motor ke Lintang.
Lintang cengengesan, "makasih mbak, duluan ya," ucap Lintang lalu mengecup puncak kepalaku. HHHHH PLS DEH INI MASIH DI SEKOLAH.
"Jadi kamu balik naik apa?" tiba-tiba aja Pak Seungwoo bersuara. Aku sama sekali ga lupa kalau dia masih di deket ku, cuma suara beratnya itu loh, NGAGETIN.
Jelas aku kikuk, mau kabur aja rasanya. Masih kerasa malu gara-gara insiden minggu kemarin.
"Saya duluan," ucapku singkat.
Tapi tangannya malah narik aku, "Mas Abi anterin aja ya?" ucapnya.
CRINGE BANGETTTTTT
"Gausah pak, makasih tawarannya," aku berusaha narik tanganku.
"Rumah mu di komplek nuansa kan? Bareng aja,"
Bisa aja sih kalau aku ngeiyain, cuma kan aku masih malu. Masalahnya dia masih baik bahkan setelah aku ngomel-ngomel.
Aku diem aja, bingung mau jawab apa. "Kalau diem, saya anggap iya," ucap dia seraya genggam tangan ku buat jalan ke mobilnya.
Tapi btw dia lebay banget, masa ke sekolah doang, yang bahkan jaraknya ga sampe 1 kilo, pake mobil? Kan pakek motor juga bisa.
Aku kayaknya kebanyakan ngelamun, sampai ga sadar kalau aku udah masuk ke mobil Pak Seungwoo. Dia udah mulai nyalain mesinnya dan jalan pelan keluar sekolah.
Sumpah, aku kehabisan kata-kata banget. Ga berani ngomong sama sekali, serius.
Dia fokus sama jalanan, aku fokus ngelamun ga jelas.
"Mau makan dulu?" tanya Pak Seungwoo. Aku ngegeleng. Gila aja, udah di tebengin, mau ditraktir pula.
"Saya makan di rumah aja,"
"Atau mau main ke rumah saya dulu aja? Sekalian masakin, di rumah ga ada siapa-siapa," aku diem aja dengerin dia.
Tapi bukannya kalo cewe cowo ada di rumah yang kosong bisa aja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kan?
GILA AKU MIKIR APAAN SIH
"Saya bukan cowo mesum kok," ucap Pak Seungwoo.
"Enggak pak, saya mau pulang aja," ucapku. Dia ngangguk paham.
Aku curi-curi pandang ke Pak Seungwoo. Dari seminggu pengamatan ku, dia tipikal cowo yang ga suka sepik sana sini. Maksudku, dia lebih suka ngobrol seperlunya.
Tapi kenapa kalo ke aku selalu sepik sih?
Terus juga, kalau di lihat dari fisiknya, dia itu ganteng banget, badannya bagus, tinggi, rambutnya wangi, bahkan kuku-kukunya juga keliatan banget kalo dia perawatan.
Terus kenapa Pak Seungwoo belum punya istri? Kenapa Pak Seungwoo ngebet banget jadiin aku istrinya?
ET ET ET
Aku ga baper kok, cuma ya aneh aja gitu.
Gak kerasa, sekarang aku udah sampe rumah. Kok Pak Seungwoo tau rumah ku?
"Saya pernah nganterin Hangyul pas dia cedera main basket, makanya saya tau rumah kamu," ucap dia.
Btw si Lintang lebih di kenal Hangyul di sekolah. Katanya, itu nama kerennya. Padahal namaku lebih keren dari pada dia.
Aku melepas seatbelt. Aku pikir bakal gampang melepas seatbelt milik mobil Pak Seungwoo, tapi kenyataannya, MACET TOTAL. Sama sekali ga bisa di lepasin. TOLONG:((((
"Maaf, Bu. Seatbeltnya emang suka macet gitu," ucap Pak Seungwoo sambil bantuin aku ngelepas seatbelt.
Tahan teman-teman, cuma bantuin kok. Aku juga ga berharap ada drama bantuin-lepasin-seatbelt. Ewh, no!
"Bapak mau mampir dulu? Sekalian bungkusin makanan buat bapak, katanya ga ada orang di rumah? Anggap aja ucapan terimakasih," ucapku setelah berhasil melepas seatbelt sialan itu.
Pak Seungwoo menimang ucapanku, "boleh deh," ucapnya.
Akhirnya aku turun dari mobil pajero hitam miliknya. Gak lupa, Pak Seungwoo juga ikut turun buat mampir.
"Mami, mbak pulang nih," ucapku saat membuka gerbang rumah. Terlihat mami dengan santainya sedang merawat tumbuhan-tumbuhan kecil di halaman rumah.
Mami melihat seseorang di belakang ku. "Ah iya, ini guru di sekolah juga, namanya Pak Seungwoo," aku mempersilahkan Pak Seungwoo untuk berkenalan dengan mami. "Tadi di anter sama dia," sambungku.
"Saya Abinaya Seung Woolan, calon suaminya Bu Sore Aqila," ucap Pak Seungwoo dengan santainya sambil berjabat tangan dengan mami.
GILA
AKU SAMA MAMI BENGEK BERJAMAAH
TOLONG GUYS
✨✨✨
mas abi gasnya ga pernah kendor ya guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
rapsodi; han seungwoo
Fanfiction[lokal] Bahagia hingga sang bumi enggan berputar lagi [non-baku] start: 25 jan 2020