who?

10 3 0
                                    

Hii, oke jdi ini first time aku bikin ff fantasy. Gatau kenapa bisa nulis ini cerita hehe, ini pure dari imajinasi aku sendiri yaa. Jadi kalau misalnya aneh atau gimana, maaf aku masi pemula T_T. Soo semoga kalian bisa enjoy bacanyaa. Happy reading dan jangan lupa vote dan commentnya yaa. Wufyuuu

.
.
.
.
.
🌙
.
.
.
.
.

.
.
.

Deras hujan tak menghalangi acara pemakaman nyonya besar dengan marga Jeon itu. Beberapa orang terlihat resah ingin segera pulang dan beristirahat, serta berhenti berpura-pura seakan tengah berkabung. Pakaian serba hitam menghiasi pekarangan yang penuh dengan nisan, semakin menambah kesan haru yang mendalam.

Entah ekspresi seperti apa yang harus diperlihatkan oleh seorang gadis yang saat ini terdiam seakan terpaku oleh derasnya hujan. Ya, karena hujan jadi ia tidak bisa kemana-mana, bukan karena seseorang yang kini telah menjadi satu oleh tanah dibawah sana. Seharusnya seorang anak akan menangis dan menjerit tatkala ditinggal sang ibu. Belum lagi mulai detik ini dan seterusnya ia akan dicap sebagai anak yatim piatu. Wajar, bahkan sangat wajar apabila anak tersebut menangis dan meminta pada Tuhan agar orangtuanya kembali dibangkitkan. Namun rasanya itu hanya sebuah dongeng penenang. Seseorang yang telah meninggalkan kita memang kenyataannya harus diterima dan diikhlaskan.

Setelah acara pemakaman selesai, gadis itu segera pergi meninggalkan kenangan buruk dirinya dan sang ibu yang terkubur selamanya disana. Serta mengucapkan selamat tinggal dan 'have a good day, semoga malaikat bersikap baik padamu'. Katakanlah gadis ini laknat, tapi ya memang kenyataannya begitu.

--

Rupanya hujan masih betah membasih salah satu wilayah bumi. Meingingat malam semakin larut, serta bulan purnama kali ini terlihat sangat jelas entah apa alasannya. Kakinya bergerak kesana kemari mencari sebuah ketenangan, entah tenang bagaimana yang dimaksud, namun sejak acara pemakaman itu selesai seperti ada yang mengganjal hatinya. Menyuruhnya untuk melakukan sesuatu namun tak ada petunjuk sedikipun.

Ia memutuskan kembali meneguk wine yang ia beli cukup mahal, memposisikan tubuhnya bertengger pada balkon pent house. Sial, rasa kantuk tidak kunjung menghampiri. Angin malam dengan tenangnya menyapa tubuh gadis dengan balutan piyama tipis tersebut, tidak terlihat gerik yang kedinginan ataupun lelah berdiri. Ia biarkan pikirannya menyatu dengan hirup piruk kota yang nyatanya masih ramai walaupun hari sudah menjelang pagi. Pada saat-saat seperti inilah dirinya selalu saja dibawa menyelam pada masa lalu, mengenang masa kecil, mengenang seluruh memori yang sudah tertoreh jelas dalam benaknya. Senyum tipis kini terpantri pada wajah yang sedari tadi terlihat muram.

Entah mungkin ini keanehan dirinya atau bagaimana, namun jikala ia melamun ataupun merenung, ia akan secara spontan mengingat hal-hal kecil. Contohnya saat ini, ia seakan ditayangkan adengan masa lalu saat ibunya menjahit sebuah mantel biru untuk dirinya, lalu tanpa sengaja ia tertusuk jarum dan menghabiskan dua lembar tissue untuk mengelap darahnya. Kejadian itu terjadi seusai makan malam, yang mana lauk makan malamnya adalah bubur abalon dengan seledri diatasnya. Sejujurnya ia tidak mengharapkan itu terjadi, karena terkadang hal-hal buruk pada masa lalu kerap kali terlintas.

Ah sial, ia rindu. Ia rindu kedua orangtuanya. Bohong apabila ia tidak kesepian, bohong bila ia tak ingin kembali merasakan kehangatan bersama orang-orang terkasih. Namun seakan semuanya sudah berbeda, dirinya dipaksa menelan mentah-mentah garis takdir yang diberikan tanpa sebuah kompromi. Menjalani kehidupan yang kini kelewat dingin, bahkan mungkin nyaris membeku.

Sejemang ia meremas gelas wine yang ia pegang, memejam mata guna menyelarskan pikiran. Tidak, tidak boleh seperti ini. Kau harus kuat. Pikir gadis itu dalam benak berkali-kali. Berusaha tegar demi melanjutkan kehidupan. Setelah mengehela nafas cukup panjang, ia berniat untuk kembali ke ranjang, masa bodo ia akan tertidur atau tidak, yang penting ia sudah mengajak raganya untuk istirahat walau tidak dengan otaknya. Baru empat langkah menjauhi balkon, dirinya dikejutkan oleh suara gaduh berbenturan oleh pintu kaca yang menghubungkan kamarnya dengan balkon. Dengan gercap dirinya berbalik dan berlari kecil guna melihat benda apa yang baru saja jatuh itu. Pikirannya sudah melayang aneh, bagaimana jika itu bom? Paket narkoba? Atau sebuah benda yang kalau dipegang akan menyebabkan kematian. Hei bodoh mana ada benda seperti itu? Dengan cepat ia menggeleng dan mengenyahkan pikiran anehnya.

Matanya terbelalak ketika menemukan seekor burung merpati jatuh tak berdaya tepat di hadapannya. Dengan gerakan penuh hati-hati gadis itu merengkuh sang burung. Namun dirinya kembali dibuat terkejut tatkala burung tersebut tiba-tiba saja kembali mengepakan sayap seakan tak terjadi apapun. Hewan ini terlihat aneh. Secara logika burung ini pasti akan terbang menjauh dan kembali ke tempat asalnya. Namun tidak dengan yang satu ini, ia malah terbang seakan melayang di hadapan sang gadis,menatap lekat seakan ingin menghipnotis. Ia kembali dibuat heran sekaligus terkejut manakala secarik kertas kecil terjatuh dari cengkraman sang burung. Dengan senang hati tangannya menyambut kertas tersebut dan membuka lipatan kertas yang begitu rapih.

"Aturan pertama, percaya padaku jika ingin mengetahui kebenaran."

Dahinya berkerut seketika. Tidak paham. Apa maksud semua ini? Dan siapa yang mengirimnya?. Masih adakah manusia abad ini yang menggunakan burung merpati sebagai perantara?. Dirinya terdiam memandangi kalimat yang kesekian kalinya sudah ia baca. Maksudnya kebenaran seperti apa?, dan kepada siapa ia harus percaya. Ini benar-benar tidak masuk akal, dari burung merpati sampai kertas ini pun tak ada yang logis. Gadis itu lebih memilih mengabaikannya dan kembali ke ranjang untuk tidur sembari menenggelamkan semua beban pikiran. Lalu keesokan paginya ia akan kembali ditampar oleh dinginnya kehidupan.

'Well siapapun dirimu jika mampu membuatku kembali merasakan kebahagiaan, aku akan mempercayaimu'

Ucapnya dalam hati sebelum benar-benar terlelap.

.
.

TBC
.
.

Segini dulu yeps bagian 1 nyaa, jangan lupa vote komennya ya gaiseu. See you next part

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang