"Galant! bangun!"
terdengar samar samar suara mama dari lantai bawah.
seorang pria 17 tahun dengan baju yang kusut juga kamar berantakan mengerjap satu dua kali mencoba untuk bangun.
ia beranjak duduk sembari merentangkan kedua tangannya. menyapa dunia untuk kembali memulai aktivitas seperti biasanya.
seakan masih belum sepenuhnya mengumpulkan nyawa,
Galant melihat sekitar dengan kondisi mata masih mengantuk belum sepenuhnya terbuka. terdengar mama nya terus memanggil dari lantai bawah membuat galant enggan untuk kembali merajut mimpi semalam."Galant!" suara mama terdengar khas memasuki ruangan. lambat laun galant berjalan gontai menuju lantai bawah. Setelah merapikan selimutnya yang kucel dan melipatnya
"Iya ma! aku turun!" ucapnya dengan senyuman lebar
Dengan sigap galant pun berlari menyusuri tangga,
melihat setiap batas tembok dan barang barang yang masih terjajar rapi milik papa.
papa galant sering mengoleksi hiasan hiasan meja. dia adalah pecinta seni. dia juga banyak mengoleksi lukisan- lukisan mahal yang entah menurut galant itu hanya lukisan abstrak tak berbentuk.mamanya dirumah, mengurus setiap inci tugas dari seorang ibu. Mengepel, mencuci baju, memasak, juga memarahi bang jargev.
Bang jargev adalah Abang laki laki galant. Seakan akan perang dunia ketiga dimulai ketika dua pria ini saling bertemu pandang. Memperebutkan segala sesuatu sampai potongan roti terakhir sekalipun. Mama yang sering menjadi titik tengah antara perdebatan dua anak nya itu menanam kesabaran tiada batas. salut kepada seluruh mama di negara ini.
beralih ke kegiatan rutin.
sudah jelas tentang sekolah bersama sang kekasihnya si tugas. bahkan orang paling rajin pun akan memilih bermain ke taman kota daripada mengerjakan tugas tugas membosankan itu.
susah meluangkan waktu satu menit untuk mengerjakan tugas dengan kesulitan level dewa.Galant mempunyai prinsip bahwa dia memang tidak bodoh, hanya sekedar malas.
Bahkan untuk ulangan harian saja, galant menganut sistem kebut semalam. masih dengan ketidakseriusan disertai rasa kantuk.
kata cllea, tak ada orang sukses yang menghabiskan waktunya dengan bermalas malasan.tentu galant tak peduli dengan hal itu.
—
"GALANT!"
suara teriakan dari luar membuyarkan lamunan galant yang terpatri pada nasi goreng buatan mama, cukup dengan suaranya bahkan galant sudah langsung tau siapa mereka.
bergegas ke pintu depan. Galant berlari membawa sepotong roti yang belum habis terkunyah sedari tadi. mengambil tas usang tak lupa menghampiri mama didapur yang sibuk memasak untuk bang jargev . diduga oknum tersebut akan berangkat kuliah jam 9 pagi nanti.
"ma, aku berangkat! " ucapnya mencium punggung tangan mama.
"hati hati, habiskan rotimu itu" balas mama tersenyum melihat tingkah galant yang tergesa gesa sembari mencuci piring yang dipakai papa tadi pagi.
papanya memang sering berangkat lebih awal. sebelum galant bangun sekitar jam setengah 6. urusan kantornya bahkan lebih cepat berharga daripada makan bersama dirumah.
tapi tak apa. Galant sangat mengerti pekerjaan papanya. tanpanya mungkin tak ada roti selai yang tersaji setiap hari di meja.
Galant balas tersenyum dan berbalik menuju pintu depan menemui Cllea dan Aaron. meraih jam tangan yang tergeletak dimeja dan membenarkan dasi abu abu berdebu.
mereka berdiri tepat didepan pintu galant dengan wajah berseri.
"kita jalan lagi?" Celetuk Aaron membuka pembicaraan sembari membetulkan tasnya yang belum tertutup rapat