"It's not really 'Dad' actually, have just made it up so that i could addopt you."
"Uhm, maaf jadi-"
"Ah iya maaf, kalau bisa panggil aku kakak atau semacamnya saja, ya?"
Jeongin pun sedikit heran dengan orang yang sedang menyetir di sebelahnya ini, ingin bertanya banyak hal, tetapi takut ia terlalu lancang dan dianggap tidak menghargai orang yang lebih tua. Baiklah, dia akan tetap diam saja selama perjalanan menuju, err.. entahlah kemana.
"cHRISTOPHER BAAAAANNGGGG"
"Hei, sejak kapan aku membiarkanmu memanggil namaku seperti itu hah?" ucap lelaki yang baru saja dipanggil Christopher oleh seorang anak berambut pirang tersebut sembari menjitak kepala anak itu pelan.
"Auw, tapi kan aku diatasmu," ucap anak itu sembari meringis kecil.
'lebay,' pikir jeongin.
"Ah, iya, lix. Ini adala--"
"yANG JEONGIN KAN? aHAHAHAHA SUDAH KUDUGA KAU AKAN MEMBAWANYA KESINI! Oh anyway, I'm Felix, Lee," ucap Felix lalu tersenyum dan mengulurkan tangan kanannya.
Ya Tuhan, tempat apa lagi ini?
"Aku tahu pasti," Felix melihat ke arah Bang Chan, "Kak Chan akan berhasil membawamu kemari. Jadi, ini kamarmu, Jeongin!" ucap Felix kembali seraya membuka sebuah pintu kamar.
"Oh, tolong jangan takut J, we don't bite like Chan's dog. Lmao, kidding."
"Uhm, terimakasih?"
"Jangan sungkan. Sekarang kau beristirahatlah. Kami akan menjelaskan segalanya besok," ucap Chan sebelum Felix mulai berceloteh tentang hal yang tidak penting lagi.
"Selamat beristirahat J! Aku akan ada di ruangan dengan televisi besar itu sampai sekitar jam sembilan jika kau membutuhkanku."
"Pergilah lix, biarkan Jeongin sendirian. Oh ya Jeongin, I know you're kinda confused but I hope you'll understand when we talk tomorrow. See ya!"
Chan pun menutup pintu kamar, dan meninggalkan Jeongin sendirian di kamar yang -setelah Jeongin sadari- cukup besar tersebut. Jeongin memiringkan kepalanya kecil, bingung harus melakukan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
not perfect
RandomHarapan tidak akan pernah seindah kenyataan. Mungkin sebagian dari mereka bisa terwujud. Tetapi tidak semuanya. .