Markas 01

27 5 0
                                    

Suara motor mengisi halaman rumah besar ber cat putih tersebut, kendaraan mereka yang telah sampai dirumah itu diparkirkan digaransi, halaman dan sisanya dilapangan basket depan rumah tersebut. Satu per satu dari mereka masuk kedalam rumah itu. Rumah itu megah, ruang tamu dibiarkan menyatu dengan ruang keluarga tanpa sekat dan yang membuat rumah ini semakin terlihat luas adalah parabotan yang hanya diisi 2 guci dipintu masuk, sofa dan televisi diruang keluarga, tak ada meja makan khusus hanya mini bar.

“SEMUANYA! OBATI LUKA MASING-MASING. SALAH SATU DARI UNIT KESEHATAN AMBIL P3K DAN BUAT YANG TERLUKA PARAH BISA BILANG BIAR LANGSUNG MANGGIL DOKTER ATAU DIBAWA KERUMAH SAKIT!”perintah sang ketua langsung diangguki oleh anggota.

Laki-laki itu duduk disofa ruang tv, menghela nafas sebentar lalu mengusap wajahnya lelah. Hari ini akan ada hal yang bisa mengancam syailen. Pembubaran. Geng yang dipertahankan keutuhannya bisa terancam bubar dalam waktu yang bisa dibilang cepat. Ia telah menanggung syailen dan amanah yang diberikan oleh ketua yang terdahulu. Ini bukan hanya tentang syailen, tapi kekeluargaan yang tercipta diantara mereka.

“Gar, minum dulu.”ia menoleh dan menerima segelas air putih dari sahabatnya, Tama.

Dia adalah Garaniel Anthony, siketua syailen yang disegani siseluruh penjuru caklang.

Gara meminum air itu untuk menimalisir suatu hal yang bergemuru hebat dalam dirinya. Marah, takut, kecewa, gusar menyatu dalam dirinya. Tama yang melihat sahabatnya gelisah menepuk bahunya, “Gar, kenapa lo?”

“Gar gue sama yang lain pulang duluannya.”belum menjawab pertanyaan Tama sebuah suara mengintrupsinya untuk meneloh. Ada 10 anggota syailen yang mendatangi Gara untuk berpamitan.

“Iya, kalo ada apa-apa bilang aja.”mereka mengangguk lalu pergi menuju pintu rumah yang tertutup.

Meninggalkan sebagian anggota lain yang sedang mengobati lukannya, untung saja luka mereka tak terlalu parah dan tak perlu memanggil dokter kesini. “Panggil tim inti kesini, Tam. Ada yang mau gue bahas.”

Tama menurut memanggil tim inti yang terdiri dari 7 orang termasuk dirinya yang menjabat sebagai wakil ketua serta penasehat dan anggota lainnya yang menjadi ketua disetiap unit yang dibentuk khusus. Unit pertahanan yang ditugaskan untuk mengamankan keamanan syailen dan memberikan strategi dalam masalah pertempuran diketuai oleh Gamara Kenopati, unit kesehatan untuk memberikan layanan kesehatan jika ada sesuatu yang terjadi oleh anggota syailen yang kejadiannya masih berada dibawah syailen yang diketuai oleh Dino Gerlando.

Unit intelegent dan informasi memberikan informasi mengenai sesuatu hal yang menyangkut syailen dan bertugas untuk mengawasi musuh diketuai oleh si  anak olimpiade fisika dan juga ahli komputer Kevin Pratama, unit pengelolahan keuangan yang memiliki tugas hampir sama dengan bendahara biasa diketuaii oleh Arjuno Wijaya, unit keacaraan memiki tugas dalam mengatur keberlangsungan acara syailen yang biasa terjadi saat satu tahun sekali atau saat pengangkatan ketua dan pengurusnya serta pemberhenttiannya diketuai oleh Cakra Handritama, unit penyelenggaraan demokrasi yaitu mengambil keputusan dalam masalah yang terjadi kepada syailen diketuai oleh Yodha Evano.

Semuanya telah berkumpul, duduk melingkar di sofa ruang tv. Gara diam sebentar memikirkan tentang keputusan yang ia buat. Anggota tim inti memandangi ketuanya lama menunggu sang ketua memberikan titah. Sebagai ketua banyak hal yang harus dipikirkan dalam mengambil keputusan maka dari itu Gara membuat tim inti yang akan membantunya dalam mengambil keputuasan atau sekiranya mereka bisa memberikan masukan dan menginggatkan jika ia melakukan kesalahan dalam hal yang menyankut syailen.

“Okeh, kali ini akan ada hal yang bisa mengancam syailen. Ada orang yang tahu kita tawuran. Kevin lo cari siapa dia. Karena lo nggak sore ini lo bisa tanya kesemua anggota. Yang pasti tuh cewek anak caklang. Cari informasinya secepet mungkin kalo bisa malem ini bisa ketemu.”

“Siap, bos.”Kevin mengambil laptop yang ada didalam tas ransel yang sejak datang kesini bertenger dibahu kanannya. Ini adalah pekerjaan mudah baginya, ia ahli dalam bidang komputer jadi bukan hal sulit menemukan orang apalagi dijaman yang sudah canggih ini. Ia bisa memanfaatkan itu, entah itu media sosial atau web sekolah. Dalam hitungan jampun dia bisa mengetahui siapa cewek itu.

“Gue minta anggota yang lukanya emang parah nggak usah berangkat selama 3 hari ,sembuhin luka mereka dulu jangan sampe pas berangkat kita ketahuan Cuma gara-gara ada salah satu diantara kita bonyok dan buat anggota syailen yang punya luka nggak terlalu parah bisa berangkat sekolah dan pastiin untuk kali ini jangan ada yang buat masalah sekecil apapun. Entah itu terlambat, bolos atau nyebat gue nggak mau ada anggota syailen yang ketahuan masuk bk. Jangan bikin mereka curiga dan pastiin nggak ada berita yang menyangkut tentang kita. Yodha, Dino, Juno kalian berangkat besok. Kalian pasti tahukan wajah tuh cewek?awasin tuh cewek jangan sampe kalian lenggah. Kalo bisa kalian juga jangan terlalu mencurigakan. Bersikap biasa aja.”

“Siap, bos!”jawab mereka bertiga dalam posisi hormat pada Gara.

“Tam, lo juga berangkat gue nggak mau lo absen Cuma gara-gara ini. Lo waketos, posisi lo penting dan sangat amat terlihat kehadiran lo. Guru-guru bakalan curiga kalo lo tiba-tiba absen tanpa alasan yang jelas. Gue nggak tuh guru-guru bakalan ngecurigain kita lagi dan untuk kali ini gue minta lo gunain jabatan lo buat bantu Kevin dalam hal ini. Gue pengin masalah ini cepet-cepet selesai.”Tama yang duduk disamping Gara menganggukan kepala mengerti.

“Vin, lo juga jangan absen. Lo ada bimbingan olim. Nggak usah terkecoh dengan masalah ini. Lo fokus aja buat olimpiade, masalah bantu kita semua lo udah cukup membantu dengan keahlian lo. Gama lo nggak usah berangkat dulu. Luka loh paling parah disini.”Gama memang yang paling brutal jika itu urusan baku hantam. Dia hanya mengangguk.

“Lah Gar, lo mah gausah nyuruh si Gama buat nggak berangkat. Gak disuruh tuh orang juga nggak bakal berangkat. Dia alergi sama yang namanya sekolah kalo lo belum tahu”komentar Yodha yang mendapatkan geplakan dari Gama yang kebetulan duduk disampingnya.

“Bisa diem nggak sih lo,Yod?”Juno mendesis sebal. Ia tahu sahabatnya ini memang selalu bercanda dan bermain-main, tapi dalam situasi seperti ini dia berharap Yodha bisa normal sebentar.

“Serius amat sih, Jun. Tumben bener lo bener Jun?sakit lo?”tanya Yodha guyon, “Cak periksa tuh dahinya si Juno. Sakit kayaknya tuh anak.”

“Gue ini lebih waras dari lo yah. ”bela Juno.

Stop!nggak usah berantem. Lanjut Gar.”tengah Tama.

“Cak, rumah lo dipake dulu kali ini. Jadi, lo terserah mau berangkat atau nggak.”

“Eh, Gar. Gue ingetin kalo lo lupa rumah gue udah lo jadiin markas 01, nyet.”Cakra menjawab dengan menekan kalimatnya. Gara tak perduli, rumah Cakra memang menjadi tempat kumpul syailen karena rumah besar ini terlalu luas jika hanya ada Cakra seorang didalamnya.

“Dih ngegas,”komentara Dino.

“Anak kecil nggak usah ikut-ikutan!”balas Cakra sengit. Dino memang yang termuda diantara mereka jadi mereka selalu mengangap Dino adalah adik mereka sendiri yang memang harus dijaga. Apalagi kemampuan bela dirinya yang masih belum terlalu lihai makanya Dino jarang ikut berkelahi atau terlibat perkelahian.

“Dih mainnya gituan.”Dino menatap sinis Cakra yang dibalas juluran lidah mengejek.

“Okeh, rapat selesai,”ujar Gara penuh penekanan sambil matanya menatap tajam orang-orang yang sudah ia anggap sahabat sendiri.

“Gar lo nggak obatin tuh luka?”tanya Yodha menatap ngeri bentuk muka Gara yang dipenuhi lebam kebiruan, “Serem gue liatnya. Bonyok bener muka lo deh.”

“Iye nanti. Gue cabut dulu.”Gara bangkit dari duduknya.

“Mau kemana lo?”tanya Cakra.

“Tidur,”jawab Gara singkat.

“ADUH!KO GUE BISA YAH PUNYA KETUA YANG DEMENYA MOLOR!” seru Carkra dengan suara keras.

Gara dan KaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang