Evil behind you

976 136 14
                                    

Don't forget to hit the and leave a comment.

Happy reading^^

Irene memijit pelipisnya, selama kurang lebih 30 menit membolak-balik lembaran buku tebal berbahasa Inggris berjudul 'Criminal Profiling' yang bahkan ia sangat asing dengan nama penulisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene memijit pelipisnya, selama kurang lebih 30 menit membolak-balik lembaran buku tebal berbahasa Inggris berjudul 'Criminal Profiling' yang bahkan ia sangat asing dengan nama penulisnya. "Au ah gue pusing."

"Ngapain sih kalian malah ngajak gue buat mikir yang beginian. Gua mana paham," dengusnya lagi.

Sementara kedua temannya masih terus fokus pada bukunya masing-masing. Jika dibandingkan dengan kedua temannya ini, Irene memang yang paling tidak tahu apa-apa. Jelas saja, bagaimana bisa ia dibandingkan dengan seseorang yang memiliki nilai IQ 148 dan seseorang yang bertahun-tahun tinggal di Kanada.

"Gue cabut lah. mau shopping." ucap Irene pada akhirnya sembari meraih tasnya dan berdiri.

"Iya, ati-ati. Pembunuh diluar berkeliaran." Kata Namjoon bermaksud menggoda Irene namun masih tetap fokus pada bukunya.

Gadis cantik itu menghentikan langkahnya lalu kembali ke tempat duduknya dengan cemberut. Senyum tipis di sudut bibir Wendy muncul saat melihat reaksi Irene.

Irene kembali meletakkan tas nya diatas meja. "Rese lu Joon."

Wendy mengedarkan pandangannya ke luar jendela perpustakaan, ini sudah seminggu semenjak kejadian bunuh diri itu. Kampusnya mulai terlihat normal kembali. Sudah tidak ada garis polisi dan detektif dimana-mana.

Bahkan yang lebih mengejutkan adalah ada rumor bahwa pihak Eunha meminta agar kasus di akhiri karena tak ingin membuat trauma berkepanjangan terhadap keluarganya. Dan benar saja, kasus itu ditutup. Pihak berwajib memutuskan kasus itu murni bunuh diri. Tidak ada penyelidikkan lebih lanjut karena kepolisian memang tidak menemukan apapun lagi.

Irene membuka mulutnya lagi dan bertanya, "Ngomong-ngomong si Yeri kaga pernah keliatan masuk semenjak hari itu ya Wen?"

"Coba lu tanya Joy, lu kan sekelas tuh sama dia."

"Udah sih, tapi nggak jelas jawabannya," Ujar Irene. "Katanya masih istirahat, nggak enak badan lah." Tambahnya.

"Yeri masih takut kali, apalagi setelah itu kan kita berspekulasi aneh tentang dia yang bikin dia jadi makin parno." Jelas Wendy yang saat itu juga sempat mengatakan pendapatnya kepada Yeri.

"Kenapa nggak lapor aja sih? Nomernya kan masih ada? Itu bisa dilacak kan?"

"Dia takut Rene, takut ke tuduh. Selain itu, cuma kita kita doang kan yang tau soal ini. Orang lain taunya ya cuma bunuh diri."

Irene meletakkan kepalanya diatas meja, "Padahal kan gue kalo  hangout sama dia mulu, hmm." Gumam Irene.

Pintu perpustakaan mendadak terbuka kencang, memunculkan sesosok pria dengan rambut berponi yang menutup sebelah alisnya.

Don't Look Back : PSYCHO 『bangtanvelvet 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang