1

4K 368 56
                                    

Botol kecap yang mereka pakai itu berputar ketika tangan letik Wendy bergerak dengan senyuman menantang, "let's see."

Semua antusias, mereka sedang bermain truth or dare. Bersorak gembira, malam minggu yang menyenangkan bermain bersama 4 sahabatnya, Irene pikir ini memang hal paling indah. Daripada ikut memenuhi jalanan, tidak tahu arah. Ya, pacar juga nggak ada, jadi memang enak seperti ini.

"Botolnya ngarah ke lo nih, kak. Sekarang pilih apa? Jangan truth mulu, cupuuu!"

Ucapan Joy diangguki oleh ke-3 teman lainnya.

Irene tersenyum, membenarkan kacamata bulatnya sambil berpikir apa resiko yang akan dia dapat ketika memilih salah satu diantaranya.

"Hmm.. yaudah, aku pilih dare aja." Sahut Irene yang dibalas teriakan bangga, dan Irene ikut tersenyum. Ini hanya permainan, jadi harus dibawa santai.

"Gue aja yang kasih, soalnya ada ide bagus nih!" Senyum Seulgi menjengkelkan Irene, dia was-was, sumpah dia sepertinya akan menyesal memilih pilihan itu alih-alih tidak mau disebut cupu dan kenyataan ini hanya permainan bisa menjadi sumur ular yang akan Irene tempati. "Sekarang telepon gebetan lo. Taehyung. Ajak jalan sama makan, minta dia jemput, bayarin, anterin pulang!"

Tuh,

Jelas? Irene ingin mengucap sumpah serapah. Demi apapun, dia menyesal. Mengingat bagaimana Taehyung di sekolah. Satu angkatan, pintar, cool, masuk dalam jajaran anak club basket terkenal, handal dalam vocal, sedikit tidak bersahabat atau bisa disebut sombong, dingin, dan menyeramkan. Bagaimana ke-4 kampret itu tertawa seperti iblis sekarang Irene ingin melempari mereka paku tajam besar. Memuakkan.

"Please. Taehyung udah punya gebetan, aku nggak enak. Bisa ganti nggak?" Irene memelas.

"Denger kak, itu masih gebetan, lagian gebetan kak Taehyung aja cuek sama kak Taehyung. Lo tau sendiri, 'kan? Apa salahnya nyoba? Lo ini dikasih kemajuan kenapa nggak mau, sih?"

Irene membatah ucapan Yeri. "Bukan gitu, maksud aku, mana mau Taehyung.."

Wendy angkat bicara, "Ini bisa jadi kesempatan lo buat deket. Nggak diem-diem ngeliatin, diem-diem senyum pas liat dia di lapangan, nggak diem-diem ngasih kotak bekal di lokernya, nggak diem-diem curi pandang di kelas, deekeeetin! Greget banget, gue liat lo di kelas sering perhatiin dia, lo tuh cantik, siapa yang nggak kenal Irene di sekolah? Cuma lo-nya aja yang pendiem, nggak mau kesentuh, nggak mau berbaur sama yang mau deketin lo. Nggak mau lirik ke yang lain, sibuk sama urusan sendiri. Gue yakin Taehyung mau, kalau nggak juga sih kenapa nggak nyoba lagian ini dare, lo harus tanggung."

Irene kicep.

Joy menyodorkan handphone. "Jadiiiiii, telepon dia sekarang. Ajak yang sesuai tadi."

Irene mengamit, lalu mencari kontak Taehyung. Diam sebentar, menghela nafas. Lalu menatap teman-temannya. "Oke,"

Setelah menekan tombol panggil, dia dengan kikuk menempelkan benda itu ke telinga. Suara dering bersautan membuat keadaan tegang. Apalagi Irene, dia takut. Menggigit kukunya dengan perasaan kalut. Dia sudah berpikir jauh, bagaimana kalau ia ditolak ini memalukan, melihat hari senin pasti dia bertemu, mereka satu kelas tidak mungkin tidak terlihat oleh satu sama lain. Kecuali kalau salah satu dari mereka tidak masuk. Ah, pasti canggung.

"Hallo?"

Deg.

Irene menjauhkan handphonennya. Dan menatap menatap gelisah pada teman-temannya. Dengan santai, Wendy menempelkan lagi handphone itu ke telinganya lalu menatap mantap sambil bibirnya bergerak mengatakan, jawab tanpa suara.

"Hallo, ini siapa?"

"Irene.."

"Ada apa?"

"Tae.. hmm— bisa nggak besok jemput aku di rumah.." Irene menahan nafasnya, mengatup bibir lalu menyakinkan hatinya. Permainan, hanya permainan, nanti bisa berteriak kalau ini hanya permainan. "—kita jalan.. makan, kamu bayarin aku, terus anter aku pulang lagi.."

"Hah?"

"Eh?"

Tut.

"Tae —hallo?"

Diputuskan secara sepihak.

"Liat, 'kan? Dia nggak mau. Aku malu banget pasti hari senin ketemu dia. Udah lancang gini, terus ini gimana coba?? Baaantuin!"

Wendy angkat suara. "Tell him. This's just a game. Gue anterin besok. Lo yang bilang."

Irene menghela nafasnya. Lalu mengangguk. "Oke."

Ting!






















Taehyung
Senloc, alamat lo dimana?











































Tbc

A DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang