4

2K 327 46
                                    

aku up dua kali nih mood aku bagus gara-gara concept photo ver 1 mots7 huhu ganteng kek ubin masjid adeeeeeem! T______T



***









"Oh, itu.. hehe." Irene menggaruk tengkuknya. Dia bingung harus menjawab apa, malu kalau menjabarkan kenyataannya dia tidak sanggup setelah apa yang Taehyung katakan kemarin, dengan begitu lantang. Ia tidak ada keberanian. Bahkan untuk duduk berhadapan begini. Rasanya ingin menghilang namun ingin bersama juga. Jadi bagaimana?

"Lo suka baca buku?"

Irene tersenyum. Ini seperti Taehyung yang memang berusaha mencari topik agar mereka bisa mengobrol terus.

"Nggak terlalu, cuma kalau bukunya menurut aku seru dan emang sesuai selera aku. Pasti ku baca terruuuss."

Taehyung mengangguk sambil cekikikan, lucu ketika Irene melafalkan kata 'terus'.

Tiba-tiba dering ponsel Taehyung berbunyi, segara mungkin dia jawab di hadapan Irene.

Awalnya Irene ingin fokus dengan bukunya lagi selagi Taehyung menjawab panggilan itu. Tapi hatinya malah tidak tenang setelah Taehyung menyebut nama, perempuan yang di ketahui seantero sekolah, ya gebetannya.

"Harus banget sekarang, Jen?"

Obrolan itu berakhir, ketika Taehyung mengangguk dan menaruh lagi ponsel ke saku. Irene termenung. Rasanya sesakit ini. Memang setelah kejadian kemarin, dan sekarang. Menumbuhkan sedikit harapan pada dirinya terhadap Taehyung. Namun ini tamparan keras, bahwa dirinya harus sadar diri. Padahal sudah temannya tekankan. Masih banyak peluang. Tapi Irene terlalu ciut. Tidak enak hati.

"Gue pergi dulu, sorry ganggu baca buku lo." Taehyung tertawa manis, dijawab senyuman Irene. Lalu pergi ketika Irene mengangguk.

Dia sudah menantapkan hatinya. Menganggumi itu boleh, tapi kalau begini saja dia sudah kewalahan menangani dirinya sendiri, mau tidak mau ia harus sadar kapan mengubah agar semuanya kembali semula. Bukan apa-apa, Irene tidak mau sakit hati terus menerus. Ya, bisa dibilang. Mengalah sebelum berperang.












***












Taehyung
Lo balik sama kak Seokjin?

Irene diam sesaat lalu memikirkan apa yang harus ia balas. Kedua kalinya Taehyung mengirimkan pesan kepadanya. Ini membuat senyumnya muncul.

Irene
Iya, tadi dia ngajak aku

Belum lama terkirim, ada balasan lain.

Taehyung
Gue jemput lo besok, boleh?

Sumpah Irene terlonjak, dia menjerit kecil. Membuat orang yang sedang mengemudi itu terheran. Seokjin menatap Irene, lalu tersenyum. "Kenapa? Kaget nih."

Irene menggigit bibir bawahnya. Lalu menggeleng kuat. "Nggak kak, aku nggak apa-apa."

Seokjin mengangguk, dia penasaran namun harus tahu batasan. Irene tidak mau berbagi, ya tidak apa-apa. Ia harus usaha juga, dan ini adalah kemajuan pesat. Walaupun sempat sedikit memaksa dan membohong kalau jalur mereka searah, kenyataannya ia harus balik arah lebih jauh lagi. Ini adalah perjuangan.

Bahkan Seokjin sudah tahu letak rumahnya ketika membajak handphone Taehyung dalam insiden Irene menelepon dan mengajak Taehyung keluar, sedikit membuatnya geram. Karena itu mereka saling melontarkan makian satu sama lain hanya karena Seokjin cemburu dan Taehyung yang ingin berdua saja dengan Irene, Seokjin tidak menyerah sampai ia mengiyakan paksaan Seokjin agar Irene bergabung di warkopnya.

Taehyung tidak terima, dia marah. Dan itu malah jadi candaan teman-temannya, karena tontonan seru. Taehyung pergi meninggalkan handphonenya, dan itu menjadi kesempatan Seokjin untuk membajak lalu mengirim pesan 'senloc, alamat lo dimana?' Lalu mengancam Taehyung melaporkan pada Jennie, agar benar dia membawa Irene. Seokjin mengakui dosanya, namun kembali lagi. Ini adalah perjuangan.

Akibatnya, Irene yang kena pelampiasan moodnya jelek di keesokan hari. Taehyung kekanakan, begitu pula Seokjin. Tidak ingat umur sepertinya.

"Habis ini kemana?"

"Mmmm.. lurus aja kak, terus ada pertigaan belok kanan, masuk ke perumahan indah, di blok ke 1. Nanti ku kasih tau lagi deh, kalau udah deket, hehe."

Seokjin membanting stir, tersenyum gemas.

Setelah sampai, Irene menoleh pada Seokjin. "Kak makasih banyak ya. Jadi ngerepotin, oh ya rumah kakak dimananya?"

"Nggak apa-apa, sekalian juga. Itu tinggal keluar perumahan ini terus lurus sedikit." Padahal, jauuuuuh.  Ingat, perjuangan.

"Aku keluar dulu, ya? Hati-hati."

"Irene. Besok aku jemput, mau?"

Irene tersenyum kikuk. "Nggak, kak. Makasih banyak tawarannya, aku dianter papah."

Tentu saja dia bohong. Dan tentu saja Irene telah mengiyakan tawaran Taehyung.

"Oke."

Nggak apa-apa Seokjin. Nggak apa-apa.

A DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang