Pintu coklat itu terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya yang nampak membawa nampan berisi makanan dan minuman. Ia lalu menutup kasar pintu itu dengan menggunakan kakinya. Dengan langkah tegas, wanita berpenampilan nyentrik itu menghampiri gadis yang tengah terlelap diatas tikar lusuh.Tak!
Wanita itu menaruh nampan itu dimeja, ia mendengus kala mendapati gadis merah muda itu masih terlelap disaat matahari sudah menampakkan sinarnya.
Duk!
"Bangunlah! Dasar babi!" Cerca wanita itu sambil menendang lengan gadis yang ia gunakan sebagai bantalan.
Gadis itu tersentak, ia perlahan membuka matanya. Mendapati sosok yang sangat tidak asing kini berdiri sambil mengetuk-ngetuk heelsnya dengan tatapan tajam.
"Apa ini?!" Tanya wanita itu seraya menunjuk nampan yang berada didekat gadis itu. Nampan yang kemarin malam pelayan rumah besar itu berikan pada gadis itu.
"Kau tak memakan makanan mu! Kau pikir makanan ini dibuat tak pakai uang!!"
Wanita itu menatap gadis itu sinis.
Prang!
Kaki wanita itu menendang nampan dibawahnya. Menyebabkan makanan yang menginap semalaman itu tumpah berserakan. "Kenapa sih aku masih mau merawat mu! Kau benar-benar tidak berguna! Aku menyesal kau pernah berada dirahimku!!!" Hina wanita itu.
Ia lalu berbalik keluar menuju pintu. Menutup pintu dengan keras, lalu kembali mengunci pintu itu. Meninggalkan gadis yang notabenya adalah putrinya sendiri.
Gadis itu, Haruno Sakura hanya menatap datar makanan yang kini berserakan dihadapannya. Ia sudah sangat malas meladeni Nyonya besar Rumahnya sendiri, walau itu adalah ibu kandungnya.
Ia muak dengan perilaku ibunya yang terus saja menganggap dirinya sebagai aib. Ia tak menyangka kalau ibunya akan berubah menjadi ular berbisa. Sakura sadar jika perilaku wanita itu sejak ia masih kecil sangatlah kasar. Padanya, atau pun pada kakaknya. Hanya ayahnya lah yang dulu begitu peduli padanya.
Ceklek!
Pintu kembali terbuka, menampakkan gadis berambut ungu dengan mata lavender yang kini berjalan berjingkat-jingkat mendekati dirinya.
Sakura memutar mata malas ketika melihat reaksi terkejut gadis itu saat mendapati makanan yang nampak berserakan.
"Astaga! Kakak, ada apa?!" Pekik gadis itu.
Gadis dengan gaun selutut itu tanpa ragu langsung membungkuk, memunguti makanan yang berserakan dengan tangan halusnya. Ia bahkan tak peduli jika gaun baru dari ibunya itu kotor terkena sisa-sisa makanan.
"Kakak, kau baik-baik saja?" Tanyanya dengan raut wajah khawatir. Mata lavender gadis itu menatap lembut Sakura, berbeda dengan Sakura yang menatap datar gadis didepannya.
"Berhentilah cari muka dihadapanku, Hinata!" Cerca Sakura.
Hinata tersentak, air mata mulai memenuhi kedua kelopak matanya ketika seseorang yang sudah ia anggap kakak itu membentaknya.
Sakura berdecih, menghunus gadis didepannya dengan tatapan tajam bak pedang samurai.
"Kakak, sampai kapan kakak begini? Aku sangat menyayangimu, berhentilah bersikap seperti ini." Ucapnya disertai air mata yang mulai meleleh.
Sakura menatap Hinata sinis, ia tersenyum miring. Kehadiran sosok Hinata yang seolah ingin menggantikan sosok kakaknya membuat ia muak.
Perselingkuhan yang ibunya lakukan bertahun-tahun lalu menghancurkan seluruh harapannya. Bahkan dari perselingkuhan itu, Neji dan Hinata, saudara kembar berbeda gender itu lahir sebagai bukti hubungan ibunya dengan pria Hyuga yang kini berstatus sebagai ayah tirinya. Memikirkan dirinya hidup dalam kepalsuan selama belasan tahun membuat ia menyesal pernah dilahirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who am I?
FanfictionHidup seperti hewan peliharaan yang terkucilkan sudah biasa untuk seorang Haruno Sakura. Kehilangan seorang kakak yang selama ini menjadi pilar dalam hidupnya berhasil membuat ia menjadi seorang dengan kepribadian tertutup Lahir dan hidup dengan ke...