Chapter 2

437 57 16
                                    


This is a new story.

Dont forget to vote and comment this story

***

Satu tahun terkurung sendirian membuat Sakura tak takut pada apapun. Ia sudah sangat terbiasa pada tempat gelap dan juga rasa kesepian tiap hari. Namun walau begitu, semakin lama ia semakin tak tahan dengan nasib yang ia alami. Ia ingin pergi, bebas memilih dan menjalankan hidupnya sendiri.

Maka dari itu, ketika ia mendapat kabar bahwa keluarga Hyuga akan berlibur ke Hawai, ia tak menyianyiakan kesempatan untuk kabur dari penjara itu. Ia sudah menyiapkan semuanya, termasuk tempat dimana ia tinggal nanti.

Dan kini, dengan berbekalan dan niat yang bulat, ia mulai membuka jendela yang ada dikamarnya. Jendela itu terbuka dengan mudah. Memang, seharusnya Sakura sudah bisa kabur sebelumnya tanpa menunggu keluarga itu berlibur. Namun, banyaknya CCTV, pelayan dan penjaga di Rumah itu membuat ia berkali-kali membatalkan niatnya.

Saat itu jam menunjukkan angka 11 malam. Para pelayan dan penjaga sudah tampak mulai lelah. Jendela itu sudah terbuka lebar. Sakura berjalan pelan, mengintip pos penjaga dari balkon kamarnya dilantai dua. Pos penjaga sepi, mungkin para penjaga sudah tidur mengingat malam ini awan sedikit mendung dan juga berangin.

Dengan kain panjang yang ia siapkan, ia bersiap menuruni balkon. Ia tak peduli pada kamera CCTV yang akan menangkap gerak-geriknya. Malah, saat ia sudah mendarat ditanah, ia dengan sengaja menatap tajam CCTV yang menyorot dirinya, ia lalu melambaikan tangan dan menyeringai seolah menantang penjaga yang kini tengah menatapanya lewat monitor.

Mengabaikan para penjaga yang mulai memergokinya, ia tetap melambai beberapa detik hingga akhirnya ia memilih lari. Berusaha menghindari para penjaga yang mulai berlarian mengejarnya.

Sakura terengah, berhenti sambil menatap gerbang besi dihadapannya. Tujuannya untuk kabur sudah sedekat ini, ia tak akan menyerah karena apapun.

Ia lalu melempar kedua bonekannya keluar gerbang, ia pun tanpa ragu segera memanjat gerbang, tak peduli dengan dressnya yang tersingkap memperlihatkan paha putihnya.

***

Sakura terengah, ia menyederkan tubuhnya pada salah satu sisi tembok. Kini, ia bersembuyi disalah satu gang sempit yang berada dikompleks Rumahnya. Suara gerbang terbuka terdengar menyapa indra pendengarnya. Ia tahu, para penjaga itu barusaja membuka gerbang Rumahnya dan mulai mengejar dirinya.

Sakura kembali berlari, kakinya seolah tak ingin berhenti mencapai kebebasannya. Sebenarnya ia tak terlalu dibutuhkan di Rumah itu. Hanya tanda tangannya lah yang berharga untuk surat pengalihan harta warisan. Tapi, ia tak akan pernah melakukan hal itu. Ia tidak akan membuat hidup keluarga Hyuga itu bahagia, termasuk ibunya sendiri.

20 menit berlari tanpa henti membuat dada Sakura terasa sakit. Para penjaga itu juga sudah tidak nampak. Sakura menghela nafas lega. Ia pun memilih untuk berjalan dengan tenang sambil menggendong dua boneka perempuannya.

Jam hampir menunjukkan pukul 12 malam ketika Sakura melewati sebuah gereja. Jam besar didepan gereja itu berdentum ketika waktu menunjukkan tengah malam.

Sakura menghela nafas, menoleh kesana kemari mencari taksi atau setidaknya tumpangan. Namun ia sadar, tidak ada kendaraan yang berlalu lalang ditengah malam seperti ini. Apalagi malam itu juga mulai gerimis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang