#1

14 3 0
                                    

Kamis, 24 September 2015

Hari ini dia muncul lagi.

Entahlah, aku juga bingung. Ini tak seperti yang kuharapkan. Kehadirannya membuat kehidupanku seolah transparan.

Hari demi hari.

Sudah 2 tahun sejak dia pertama kali muncul di pesta itu.

Dan sampai sekarang, ia masih meninggalkan ku jejak.

Seolah mengingatkan bahwa 'dirinya' masih ada disisiku.

Andai saja saat itu aku tidak————

Ara menghembuskan nafasnya kasar.

Ia tak mengira akan melakukan hal ini lagi.

Laptopnya mati.

Dan ia pun baru sadar kalau hari itu mati lampu.

Sial sekali.

Perempuan manis yang akrab di sapa 'mbak kura-kura' itu beranjak dari kasurnya menuju dapur.

"Ahh laper," Ara membuka tudung saji berharap ada sesuatu yang bisa dimakan, namun nihil.

"Bang, ara mau ke depan bentarrr!!!!" teriaknya.

"..."

"Abangggg!!!"

"..."

Ara menyerah. Ia pun pergi ke kamar seseorang yang dipanggil 'abang' itu.

"Bang, ara mau per—"

"Yaelahh pantesan gak nyaut dari tadi dipanggilin juga, masih ngebo ternyata."

"Yaudah bang duitnya aku pinjem dulu ya." "Ambil aja semuanya ra, hihi" ia menirukan suara abangnya sambil terkekeh perlahan.

Dasar adik nakal :v

Sesaat kemudian, ara pun melesat menuju warung yang berjarak sekitar 6 rumah dari tempatnya.

Ditemani sandal swallow kesayangannya, Ara menyusuri jalan sembari bergumam ceria.

Baru saja ingin berbelok arah ke tujuan, sebuah motor vario tiba-tiba lewat di depannya. Ia pun kaget dan tersungkur ke belakang.

"Aw!!"

Sikutnya perih. Bajunya kotor.

Ara mendengus kesal. "Anjir ah, kotor semua kan."

Dengan rasa emosi, Ara pun menghampiri sang penabrak yang juga tersungkur ke semak-semak.

"Woi! Bisa bawa motor gak sih?!"

Orang itu melepaskan helm dan mengangkat motor yang menimpanya.

"Liat nih baju gue kotor semu—" ucapannya terhenti saat melihat wajah di balik helm itu.

Ara mematung.

"Yaampun mbak maaf ya saya yang salah. Maklum saya belum terlalu hafal daerah sini jadi masih...ya begitulah. Maaf ya mbak sekali lagi. Saya janji akan tanggung jawab. Mbaknya gak papa?"

"..."

"Mbak?"

Sentuhan di pundak ara menyadarkannya, "eh—iy—iyaudah gapapa mas. Saya juga yang salah kok, nyebrang gak liat-liat."

"Nama saya Dion. Ini nomor saya. Hubungi saja kalau ada sesuatu. Saya buru-buru, sekali lagi maaf ya mbak."

Ara mengambil kertas itu dan tak sadar menganggukkan kepalanya.

Cowok itu mengendarai motornya lagi dan pergi menjauhinya.

Ini aneh. Ia merasa ada yang ganjal. Seolah de'javu akan sesuatu. Tapi————

————apa?


^~^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

H I'M Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang