"Gimana-gimana? Hyunjin dateng, kan?"
Gadis berambut ombre highlight biru sepunggung itu menjatuhkan tubuh di sofa kulit keluarga Na. Jelas membuat si empunya rumah meredupkan senyum lebar yang refleks ia pasang, menyambut sosok yang baru tiba sesaat lalu. Bagaimanapun, jika dilihat dari tingkah lakunya, Jaemin yakin sepupu perempuannya ini sedang dalam suasana hati yang buruk. Lebih parah lagi, patah hati.
Tangan mungil si gadis bergerak meraih tas punggung yang tadi dilempar tak jauh dari kaki sofa dengan enggan. Menghela nafas panjang sebelum kembali merogoh tak sabar sesuatu di dalamnya hingga dapat ia temukan.
Jaemin dengan sigap menangkap sebuah benda yang baru saja dilempar ke arahnya tanpa aba-aba.
"Loh ini-,"
"Ambil lagi, Jaem. Aku capek.
Kayaknya,
sepupu tololmu ini musti berhenti sekarang."
Tak menunggu jawaban dari lelaki tampan dalam ruangan itu lagi, gadis bermarga Shin segera menyeret kedua kaki yang kian terasa berat. Matanya berembun, tapi dirinya bukan gadis lemah. Begitu sang ayah selalu berpesan agar ia tumbuh menjadi seseorang yang kuat, yang mampu melindungi diri sendiri.
Tepat saat jari kaki hampir menyentuh anak tangga pertama, gadis itu berpesan tanpa perlu berbalik menghadap lawan bicara terlebih dulu.
"Aku tidur disini, tolong jangan ganggu aku."
Bahkan setelah punggung sempit si gadis menghilang dibalik pintu kamar pun Jaemin masih enggan menanggapi. Ia jelas menangkap getaran yang cukup kentara dalam kalimatnya, sebab ruang keluarga tengah sepi malam itu. Jaemin tahu betul apa yang sedang dirasakan sepupunya dan berpikir mungkin waktu sendiri bisa sedikit banyak menenangkan pikiran.
Kedua manik mata coklat gelap itu kembali menatap nanar lembaran kertas rekat mini dalam genggaman tangan kanan tanpa minat.
Itu sticky note pemberiannya. Alasan sepupunya berani mengambil resiko. Juga masih sticky note yang sama, yang jadi alasan kali pertama ia bisa melihat bagian lain sepupunya kini.
Karena bukan sebuah kebanggaan bagi Jaemin ketika berhasil mengetahui sisi rapuh orang lain.
"Lu gagal ya, Jin."
Kalimat yang sama sekali tak terdengar sebagai pertanyaan itu sukses mengalun lirih, hanya mampu ia dengar seorang diri.
'Aku capek, aku bener-bener pengen berhenti, Kak.'
°°°
Hyunjin menapaki trotoar jalan menuju rumahnya. Siapapun juga pasti tahu jika pikiran lelaki tampan ini sedang melayang. Tingkah Ryujin dianggapnya begitu janggal. Mengapa ia tak menyadari jika ternyata, selama ini ia berhasil dikerjai oleh sahabatnya sendiri lewat semua pesan berantai itu. Hyunjin yakin, ia pasti terlihat amat konyol tiap kali Ryujin mendapati dirinya tersenyum-senyum bodoh dengan lembar sticky note di sela telunjuk dan ibu jari.
Tapi alasan Ryujin sudi membuang-buang waktu dengan menjahilinya, mungkin hal ini yang menjadi pertanyaan tanpa jawaban Hyunjin. Penyebab lelaki Hwang tak dapat berhenti berfikir hingga saat ini.
Ryujin bukan tipe gadis yang dengan senang hati melakukan hal-hal konyol. Seperti gadis itu tengah memiliki masalah namun tak mampu menceritakannya pada siapapun, hingga ia menuangkan rasa jenuh yang dirasakan lewat pesan-pesan aneh yang diterima Hyunjin. Tapi itu bukan Ryujin sekali.
"Masa iya dah, si Ryujin lagi suka orang?
Bisa jadi itu anak sengaja ngirim sticky note cuma buat ngelihat reaksi cowok kalau punya penggemar rahasia."
Bagai muncul lampu bohlam disertai nyala kuning hangat diatas kepala, Hyunjin tersenyum penuh makna.
Kaki jenjangnya kembali dijejakkan makin cepat, berharap segera membawanya sampai di rumah.
Hyunjin tak sabar menunggu esok hari guna membagi kesimpulan yang ia peroleh pada si tokoh utama.
'Awas aja Ryujin. Udah dewasa ternyataa kamu sekarang, berani naksir cowok tapi gak mau cerita sama sahabat sendiri.'
°°°
26/01/20

KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth | HHJ
FanfictionSequel from sticky note, hyunjin。 by @delchips Ryujin masih enggan buka suara. Pun hingga Hyunjinnya berubah.