Prelude

382 26 3
                                    

"Kamu di mana? Aku udah sampai pintu 9 JCC Senayan ini," suara yang aku sukai terdengar di telingaku.

Ribet memegang handphone dan helm dalam kondisi motor berhenti, aku lekas merespon pemilik suara itu.

"Iya aku balik lagi ke sana. Tadi aku nunggu kamu lama banget, aku kira kamu gak jadi jemput," kataku.

Aku meminta pengemudi ojek online berbalik kembali dari stasiun Karet menuju JCC Senayan.

Hari ini hari terakhir tugasku di JCC Senayan. Setahun sekali, perusahaan di mana aku bekerja selalu berpartisipasi dalam sebuah event pameran di bidang peternakan.

Samar-samar aku melihat motor R15 dan lelaki tinggi semampai berdiri di pintu keluar JCC Senayan.

Pengemudi ojek menerima helm yang aku serahkan. "Terima kasih, bang," ucapku.

Langkah kakiku refleks berlari kecil menghampiri lelaki itu yang sudah menungguku. Dia melihatku berjalan menuju ke arahnya.

Ternyata dalam bersamaan dia menuntun motornya ke arahku. Perasaanku benar-benar campur aduk.

Mataku menangkap rambutnya yang acak-acakan, namun lihat dia masih sangat sangat ganteng. Berani taruhan dia belum mandi, karena sepulang kerja dari langsung menjemputku dari kawasan Cibitung ke Senayan!

"Kamu sungguh datang," kataku pelan. Masih mencoba mengontrol perasaanku yang membuncah, bercampur rasa senang dan tiga tega melihatnya kecapekan.

"Kamu main pergi ke stasiun aja. Lain kali jangan ke mana-mana dan tetap tunggu aku sampai datang," tegasnya.

Aku selalu bahagia dengan ketegasannya ini.

Aku hanya menggangguk. Perasaanku saat ini antara terharu sekaligus malu karena sempat tidak mempercayainya.

"Ayo naik," perintahnya.

Motornya melaju pelan menuju jalanan macet di kawasan Gatot Subroto. Mataku tak lepas memandangi punggungnya.

Saking fokus menatap punggungnya, aku sedikit terkejut ketika di balik helmnya Aldi berteriak.

"Peluk aku, Ra," pintanya.

Kedua tanganku terulur melingkari pinggangnya, mendekap erat menembus malam.

---
Note:

Hei, kamu yang mampir membaca cerita saya, terima kasih banyak. Pada bagian prelude ini saya sisipkan lagu dari Coldplay "Something Just Like This". Bahwa saya tidak perlu superhero, namun seseorang yang ajaib hadir 'mencium' luka-luka saya hingga lebur menjadi indah.

Halo, takdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang