Prolog

3.1K 244 8
                                    

Seketika kepalaku pening, dengan mata yang tertutup oleh kain dikedua mataku dan mulut yang masih tertutup dengan lakban.

Aku mencoba untuk membuka kain dari mataku atau lakban dari mulutku. Tapi kedua tangan dan kakiku pun terikat dengan kursi yang aku duduki sekarang.

Mencoba kembali bergerak dan menjerit dengan cukup keras.
"Hmm!"

Tetap masih tidak bisa.

"Tolong aku!"

Teriak wanita yang sepertinya diam tidak jauh dariku.

"Tolong.." teriaknya lagi.

Aku kembali bergerak. Mencoba menarik tanganku yang terikat dari tali itu. Tapi sayangnya tali itu terlalu kuat untuk diikat pada tanganku.

"Hmm"

Aku kembali berteriak pada wanita itu. Untuk memberi tahunya bahwa dia tidak sendirian disini.

Suara pintu yang terbuka. Dengan langkah kaki perlahan, membawa benda yang terseret pada lantai sepertinya besi dan menimbulkan suara yang nyaring.

Seseorang itu berhenti. Ia menepuk pundak kananku. Aku yang cukup kaget kembali memberontak untuk memintanya membuka mata atau mulutku.

"Sttss" ucapan seseorang itu.

Langkah sepatu yang ia pakai terdengar dengan sangat jelas. Mengelilingi tempat dudukku dan berhenti di depanku dengan memegang kedua pundakku.

Kain penutup pada mataku seketika terbuka. Aku membuka mataku dan pertama kulihat seorang lelaki yang tidak terlalu tua tersenyum padaku. Matanya yang sedikit memerah terus terfokus menatapku.

Aku hendak memberontak kembali tak sengaja melihat seorang wanita sudah terkapar memiring, tangan dan kaki yang sudah terikat di belakan punggungnya. Rambut yang sudah terlihat berantakan dengan luka lebam disekitar muka, dengan getaran yang menandakan dia sangat ketakutan.

Aku memberontak dengan menatap seseorang dihadapaku dengan sangat marah. Dia tidak takut sama sekali, bahkan dia hanya tersenyum seperti bangga akan hasil perbuatannya.

Ia mendekatkan mulutnya pada telingaku. "Kau seharusnya menangkap dan menghukum dia, bukan adikku!" Ucapnya yang tampak tenang, tetapi penuh penekanan di akhir kalimat.

Setelah mendengan ucapan itu aku cukup bingung. Kembali memutar otak dan mencari kasus tentang anak yang pernah ku tangkap sebelumnya.

'Adik? Adik yang mana?' Batinku bertanya dengan bingung.

Dia kembali menatapku. "Dia tak pantas hidup!" Tunjuk pada seorang wanita dihadapanku.

Ia berdiri. Dan menguatkan pegangan pada besi panjang itu. Ia tersenyum padaku sebelum berjalan menunuju wanita itu.

Ia mengangkat besi itu. Aku yang melihatnya kembali memberontak dengan menjerit sebisaku agar lelaki itu berhenti untuk melukai wanita itu. Lelaki itu menghiraukan jeritanku dan terus melakukan aksinya dihadapanku.

Wanita itu meronta kesakitan dengan menjerit. Ia tidak bisa kabur dengan keadaan terikat seperti itu. Ia pasrah akan hidupnya.

Lelaki itu menatapku.

"Dendamnya sudah tercapai. Ia sudah bisa tenang disana!" Ucapnya dengan memukul wanita itu untuk terakhir kalinya.

Dia melempar benda besi itu sembarang tempat. Ia tersenyum puas bahkan tertawa dengan sangat kencang. Ia berjalan kearahku dan kembali berdiri dihadapanku.

Kepalaku sedikit demi sedikit mendongkak untuk melihat kembali dengan jelas siapa lelaki itu. Aku takut. Ia tiba-tiba menangis dan tertawa dengan bersamaan. Ia membuka lakban pada mulutku. Tapi setelah itu aku merasakan sakit pada perutku. Lelaki itu memukul kepalaku hingga aku terjatuh kesamping. Kesadaranku melemah dan seketika mataku kembali menghitam.

Aku kembali membuka mataku. Aku panik. Aku menarik napasku panjang-panjang. Entah sejak kapan aku sudah dipasangakan infusan pada mulut dan hidungku.

Seseorang datang dan menanyakan apa aku baik-baik saja. Aku yang cukup sadar membuka infusan itu dan beranjak untuk duduk. Tapi seketika perutku sakit. Dan aku kembali berbaring.

"Kau jangan memaksakan untuk bangun. Sudah tidur saja dulu. Kau baru saja tertikam dan kau banyak mengeluarkan banyak darah. Lelaki itu sedang dicari. Kau jangan khawatir."

Penuturan Jae Mi. Sahabatku.

Tunggu!

Jadi siapa lelaki yang tega membunuh wanita itu? Dan tega untuk menikamku?

MISTAKES [SEVENTEEN IMAGINE] REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang