Chapter 2

27.6K 79 0
                                    


Setelah mengikat kedua orang yang tertangkap tadi, salah seorang siswa membawa sebuah ember berisi air dan menyiramkan ke tubuh kedua orang tersebut.

Sontak mereka pun bangun dari pingsannya dan terkejut, karena sudah dikelilingi banyak orang. Tiba-tiba ada siswa yang hendak memukuli mereka, tapi semua di tangkis oleh Yanuar.

"Sudah cukup.. Percuma kalian pukul mereka, biarkan hukum yang bicara. Ayo sekarang kita bawa ke kantor satpam."

Yanuar mencoba meredakan amarah siswa dan mengajak mereka ke kantor satpam. Setelah sampai di sana terlihat seseorang siswi ditemani teman-temannya dan duduk lemas di sofa, yaitu cewek yang tadi hampir di perkosa.

Lalu Yanuar perlahan menghampirinya dan memegang dagu cewek tersebut hingga mendongak keatas mempertemukan mata mereka.

"Kamu baik-baik saja kan?" tanya Yanuar.

Cewek tersebut bukannya menjawab tapi malah berdiri dan memeluknya. Masih sedikit terdengar sesenggukan tangis di telinganya.

"Maka..sihh..ya mas.."

Akhirnya cewek tersebut mau bicara setelah sekian menit memeluk dan menangis, mencoba menenangkan diri.

"Iya sama-sama mbak.. kalau boleh tau, nama kamu siapa?"

Tanya Yanuar mencoba mencairkan suasana yang masih tegang di hati cewek tersebut.

"Emm, aku Sinta.. Kalau mas sendiri siapa?"

Jawabnya sambil balik bertanya.

"Aku Yanuar, salam kenal ya.. Oh iya, memang gimana sih ceritanya tadi itu?"

Tanya Yanuar lagi sambil menjulurkan tangan memegang tangan Sinta.

"Tadi itu aku pergi fotocopy pas jam pelajaran, di suruh pak Edi, terus di jalan ketemu sama mereka dan aku di ikuti lalu di cegat dekat sekolah, mereka berusaha meminta dan merebut uang yang aku bawa. Tapi aku berhasil menghindar dan lari ke dalam sekolah. Sempat aku tengok, dan yang gemuk tadi mengacungkan kepalan tangan kearahku."

Sinta menjelaskan secara detail kepada Yanuar. Dan Yanuar pun lansung paham garis besar permasalahannya.

"Oh begitu, berarti mereka dendam sama kamu ya? Pasti nggak cuma tadi saja kan mereka minta uang kamu? Jawab saja jujur, nggak apa-apa kok."

Yanuar pun melanjutkan interograsi selayaknya detektif saja.

"Iya mas, betul... Beberapa hari sebelumnya juga pernah, sewaktu aku lewat, cowok yang jangkung itu sempat meremas pantat, spontan aku tampar dan lari ke dalam sekolah." Lanjut Sinta menjelaskan.

"Wah menang banyak tuh orang" pikir Yanuar.

"Terus tadi kamu di lantai 2 sedang apa, kok mereka tau kamu disana." Tanya Yanuar.

"Tadi itu aku dibawa ke lantai 2 dengan paksa oleh mereka yang muncul dari belakang mas, dengan di ancam pakai pisau." Jawabnya singkat.

"Siplah, makasih ya infonya, sekarang tenang saja ya kamu."

Ucap Yanuar sambil mengambil HP dari sakunya. Dan menelepon 2 orang sahabatnya.

"Bro nanti malam kita rapat yuk.. Ada yang berusaha berulah di daerah punyaku"

"Oke Yan.. Dimana?" jawab Ipul.

"Di rumah kamu saja Pul" sambung Priyo.

"Boleh juga tuh, baiklah sampai ketemu nanti"

Yanuar menyetujuinya, lalu menutup telepon, secara kan mahal kalau telepon lama-lama pada tahun tersebut, dan punya HP yang bisa sms saja sudah istimewa.

"Kamu telepon siapa mas?" tanya Sinta.

"Oh tadi, teman sekolah aku sih" jawabnya singkat.

Dan tidak sadar kedua tangan mereka masih saling menggenggam sambil melihat kedua orang tadi di interograsi satpam, menunggu polisi datang menjemput orang-orang tersebut.

"Ciye.. Sepertinya ada yang lagi kasmaran nih?"

Reno tiba-tiba nongol, lalu menyindir Yanuar dan Sinta, karena melihat tangan mereka yang saling genggam.

"Eh, kok bisa..." bantah Yanuar.

"Lha itu tangan kalian nggak bisa bohong"

Jawab Reno terang-terangan. Yanuar dan Sinta pun saling pandang.

"Hahaha.. Aamiin deh"

Yanuar malah mensyukurinya, wajah Sinta pun mulai memerah tersipu malu, dan menundukkan kepalanya. Lalu mencoba melepaskan genggaman tangannya, tapi tidak bisa. Karena Yanuar malah lebih erat menggenggamnya.

**********************************

Beberapa jam kemudian datanglah beberapa polisi ke sekolah tersebut. Dan di saat mengorek info dari korban, Yanuar selalu mendampingi Sinta, masih selalu genggam tangannya.

Setelah proses pemeriksaan berjalan 2 jam, polisi akhirnya membawa tersangka ke kantor polisi dan meminta nomor telepon Sinta, tapi tidak punya. Jadi sebagai gantinya pakai nomor HP Yanuar.

Karena hari sudah sore sekali, sebagian murid yang ekstrakulikuler sudah pulang. Dan Sinta meminta ijin kepada Yanuar untuk berbenah barang-barang di kelas, di temani beberapa teman ceweknya. Lalu Yanuar pun mengijinkan, dengan syarat nanti pulang dia harus ikut dan mengantarkannya sampai rumah. Supaya Yanuar yakin, sudah benar-benar aman.

Lagi asyik-asyiknya melamun sambil menghisap rokok. Sinta datang dan mengagetkan Yanuar dari belakang.

"Hayo, lagi mikir apa mas?"

"Eh, kamu toh.. Gimana sudah siap pulang?"

Tanya Yanuar sambil berusaha menenangkan hatinya, karena sebenarnya tadi dia kaget sekali sampai rokoknya saja terlempar terbuang.

"Sudah mas, yuk pulang sekarang" jawab Sinta.

"Oke ayo... Loh kita cuma berdua nih? Yang lain kemana?"

Tanya Yanuar heran, karena tinggal mereka berdua di situ dan mulai salah tingkah garuk-garuk kepala, padahal nggak gatal sih kepalanya.

"Sudah pada pulang semua mas. Tadi sih kamu melamun jadi nggak sadar deh." jelas Sinta.

"Waduh, iya yuk buruan pulang, keburu gelap." ajak Yanuar.

Tapi belum sempat Yanuar berdiri dari duduknya, Sinta mendekatkan wajahnya ke wajah Yanuar dan bibir mereka pun saling bertemu.

"Mmm..mm..muachh..mmm"

Terdengar suara lirih bibir mereka yang saling beradu.

"Busyet, pintar sekali ini cewek." pikir Yanuar

Setelah beberapa menit, barulah Yanuar menghentikan ciuman dengan memegang wajah Sinta. Yang akhirnya mengubah ekspresi wajah Sinta menjadi merah malu.

"Mm.. Maaf mas, refleks tadi.. Anggap saja ucapan terima kasih dariku" jelasnya gugup.

"Nggak apa-apa kok Sin, malah itu sudah lebih dari cukup untuk ucapan terima kasih dari wanita secantik kamu." rayu Yanuar.

"Ahh kamu itu bisa saja mas, aku jelek kok..." lanjut Sinta sambil tersipu.

"Ya sudah ayo pulang, nggak enak juga sama pak Satpam yang lagi nungguin di gerbang"

Ajak Yanuar, karena melihat 2 orang satpam menunggu mereja di gerbang.

"Kami pulang dulu ya pak, terima kasih bantuannya" pamit Yanuar saat keluar gerbang.

"Siap den, hati-hati di jalan, jagain itu tuan putrinya"

Sahut salah satu satpam sambil bercanda. Dan Yanuar cuma menjawab dengan mengangkat tangan tanpa menoleh, maupun bicara. Karena dia berusaha tetap tampil cool di hadapan Sinta dan sukses.


(Ahaiyy cerita plus-plusnya mengalir romantis nih ye di awalan.. Tetap stay dan tunggu kejutan dari author)

Nafsu Preman SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang