Chapter 3

23.7K 65 2
                                    

Mereka berdua berjalan santai menuju jalan raya, karena sekolah Sinta terletak jauh dari jalan raya, kira-kira 300 meter. Sejak keluar dari gerbang sekolah, Sinta memeluk erat lengan Yanuar. Karena masih trauma oleh kejadian yang baru saja di alami. Begitu pula dengan Yanuar, dia lebih ekstra waspada karena cuma berdua menyusuri jalanan yang sepi tersebut.

Setelah lolos dari suasana mencekam, akhirnya mereka sampai di jalan raya, lalu naik angkot menuju tempat tinggal Sinta. Ya, tidak terlalu jauh sih.

Sampainya di daerah Sinta tinggal, angkot pun berhenti. Lalu mereka lanjut berjalan menuju sebuah rumah yang mirip kos-kos_an.

"Kamu nggak mau masuk dulu mas?"

Ajak Sinta setelah sampai depan rumah tersebut.

"Nggak dulu deh Sin, kan aku ada janji sama kawan malam ini. Maaf lain kali saja ya?"

Yanuar menolak ajakan singgah dari Sinta, karena ada urusan yang lebih penting dari itu.

"Ya deh nggak apa-apa, mas hati-hati ya pulangnya"

"Muuachh..."

Ucap Sinta dan mencium pipi sebelum Yanuar beranjak pergi meninggalkannya.

"Siap tuan putri... "

Balas Yanuar sambil membungkukkan badannya sedikit dan memberi hormat layaknya pangeran kepada putri suatu kerajaan.

Setelah dia bergegas membalikkan badan dan berjalan menghilang perlahan dari pandangan Sinta di dalam gelapnya malam.

*********************************

Pukul 19.00

Tidak terasa hampir 30 menit Yanuar berjalan di jalan raya. Dia berpikir bagaimana cara atasi masalah ini, karena 2 preman kampus tadi belum tertangkap, dan itu berbahaya untuk Sinta.

Tidak mau membuang waktu, dia lansung cari ojek dan meluncur kerumah Ipul. Setelah sampai, ternyata disana cuma ada Ipul yang lagi duduk santai di teras rumah, sedangkan Priyo belum datang.

"Helo sob... "

Sapa Ipul, dan menghampiri Yanuar yang masih melepaskan sepatu di depannya. Lalu mereka pun berjabat tangan.

"Priyo belum datang ya?" tanya Yanuar.

"Belum, biasa... Dia kan tukang karet ban" jawab Ipul.

"Maksudnya jual karet ban gitu?" tanya Yanuar lagi.

"Nggak, maksudnya itu selalu telat dalam hal apa pun itu, hahaha."

Ipul menjelaskan candaannya, dan mereka berdua tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha, Oh ya Pul, numpang mandi dong.. Penat seharian ini aku"

"Boleh kok.. Silahkan, terus handuknya ada di kamar, ambil saja"

"Siap..".

Tanpa berlama-lama ngobrol. Yanuar pun bergegas mandi. Disaat itu datanglah Priyo.

" Bro, Yanuar dimana?" tanya Priyo.

"Ada, itu lagi mandi, mau nyusul kah? Hahaha" cibir Ipul

"Idih, kagaklah.. Memangnya aku lelaki apa_an?" jawab Priyo.

"Hahaha, ya sudah... Tunggu disini, aku buat minum dulu buat kalian"

Ipul segera bergegas ke dapur untuk membuat 3 gelas kopi.

"Pul, aku ke warung sebentar, mau beli rokok!" teriak Priyo.

"Oke..! Titip mie rebus dan telur 3 ya, nanti aku ganti" jawab Ipul.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nafsu Preman SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang