15- [ MANA TAHAN? ]

1K 83 26
                                    

Gosah ngejauh, makin lo jauh makin dia deket.

!

!

!
                                              
                                             

Bagaimana perasaanmu saat kamu disuruh untuk menjauh dari orang yang kamu suka? Sanggupkah? Atau sulit?

Begitupun yang seorang Sabnaya Athalla rasakan.

Naya benar-benar menuruti keinginan Dewi untuk menjauhi Satya. Rasanya sangat sulit, sudah seminggu lamanya dia menghindar dari Satya. Tidak ada sapaan, tidak ada obrolan, bahkan sekedar menatap pun tidak. Melirik tak termasuk hitungan melihat, kan?

Dan selama seminggu itu pula dia uring-uringan tak jelas. Kadang menjerit tanpa alasan, marah pada siapa pun yang berbicara padanya, bahkan tak segan dia menyalurkan emosinya dengan seseorang. Semua pasti bergidik ngeri melihat dia yang sangat cepat berubah mood.

Contohnya?

"NAY. UDAH KALI, SAKIT, BEGO!" umpat Amzar dengan berteriak karena dia sekarang menjadi korban keganasan Naya. Niat awal hanya ingin meminjam buku catatan Ipa saja, tapi beginilah nasib akhir dirinya. Harus rela mendapat cubitan yang bahkan dari apa yang tidak ia lakukan, memang apa salahnya coba?

"BERHENTI GAK, SAKIT KALI, NAY." Sekali lagi Amzar memekik kala Naya mencubit tanpa perasaan membuat lengannya panas dan perih. Yang di kelas hanya mampu menggeleng kepala melihat itu.

Siapa suruh membangunkan ayam tidur? Beginikan hasil patokannya.

"Argh...." Amzar berusaha meredam jeritannya saat Naya menggigit bahunya sebagai akhir kegiatannya.

Gadis itu menatap korbannya dengan wajah tak berdosa seolah tidak melakukan apa-apa.

"Makasih ya, Zar, karena udah mau jadi pelampiasan emosi gue. Lo baik deh."

"Astaghfirullah! Kira-kira kek kalau cari korban, lo pikir gak sakit apa? Lo cewek, bukan?"

Naya mengerucutkan bibirnya dan mencebik. "Gitu doang aja sakit, cowok, bukan?" timpal Naya membalikkan pertanyaan Amzar.

"Mau cowok atau cewek namanya juga manusia. Pasti sakit lah kalau diginiin." Decak Amzar.

"Heleh, besok juga sembuh. Maap deh!"

Amzar menyentil dahi Naya membuatnya mengaduh kesakitan. "Jadi cewek anggun dikit kek, bar-bar banget."

Naya tak menggubris dan menjulurkan lidahnya yang membuat Amzar semakin ingin menggiling teman tak warasnya itu.

"Udah sih kalian, berantem mulu. Balik sini, Zar, gue kasih pinjam catatannya," sahut Dewi yang langsung dituruti Amzar. Semudah itu dia menurut? Tentu saja iya karena Dewi adalah orang yang ... arghh, sudahlah biar itu menjadi rahasia mereka.

Mata hazel indah milik Amzar tak lepas menatap tajam Naya yang hanya dibalas dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Dasar lo tuh ya--" Amzar yang hendak menjitak Naya urung karena tangannya ditarik oleh Dewi.

"Udah diem!! Bentar lagi guru dateng, lo juga Zar biarin aja sih Naya itu, udah tau dia lagi galau." Amzar menghembuskan napas lalu duduk kembali.

"Dengerin noh masa depan ngomong," ejek Naya yang justru membuat sudut bibir Amzar terangkat. Tangan kirinya merangkul bahu Dewi dan menatap Naya dengan pandangan iba yang justru terlihat menjengkelkan.

NAYA [TAMAT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang