Ranya tengah memainkan boneka Barbie dengan senyum yang tercetak di bibir manisnya. Ranya yang berusia 8 tahun itu, asik dengan dunia nya sendiri.
"Boneka Barbie cantik cantik. Mereka juga punya segalanya. Bisa gak ya aku jadi Barbie?" Ranya kecil bermonolog.
Ia pun kembali melanjutkan bermain boneka Barbie nya. Namun, tiba-tiba mama nya masuk ke kamar nya dengan tergesa-gesa.
"Ma? Ada apa?" Tanya Ranya kecil seraya menghampiri mamanya.
Mama nya mengunci pintu, lalu berjongkok menghadap buah hatinya itu.
"Nak, kamu ngumpet ya? Kita main petak umpet, bagaimana?" Tanya mamanya. Tentu, Ranya mengangguk senang.
"Oke, nanti mama cari aku ya?"
"Pasti, nak."
Mamanya membelakangi Ranya. Ranya pun mulai mencari tempat persembunyian, dan tempat persembunyiannya adalah keranjang mainan. Ia mengumpat disitu. Berharap, si mama tak akan menemukan nya.
BRAK
Suara dobrakan pintu terdengar. Tak lama terdengar beberapa derap langkah. Ranya yang berumur 8 tahun pada saat itu tidak mengerti apa yang terjadi. Ia hanya bisa menajamkan pendengarannya.
"IKUT SAYA, ATAU, SAYA BUNUH!"
"TIDAK AKAN!"
"WANITA JALANG!"
Dor
Dor
Terdengar suara tembakan dari arah depan pintu. Detak jantung Ranya beradu cepat. Terdengar derap langkah menghampiri Ranya. Pintu lemari mainan terbuka, memperlihatkan sesosok dua laki-laki paruh baya dan...
Mamanya.
Mamanya tergeletak lemas bersimbah darah. Laki-laki itu mendekati Ranya, dengan satu bogeman, Ranya pun jatuh tidak sadarkan diri.
***
"Nanti, kamu papa kenalin sama anaknya sahabat papa. Namanya Ranya," ucap Marcel, papa Marvel. Marvel kecil hanya mengangguk. Ia penasaran bagaimana paras Ranya. Papa nya bilang, Ranya sangat manis dan cantik. Kini, mereka tengah berada di perjalanan menuju rumah Ranya, sebab Marcel mempunyai pekerjaan untuk memeriksa kondisi mama Ranya. Mama Ranya–Resa tengah mengandung. Bisa kalian tebak, pekerjaan Marcel kan?
Mereka memarkirkan mobil mereka tepat di teras rumah megah Ranya. Aneh, biasanya gerbangnya selalu dikunci. Marcel berniat untuk menyapa pak Hendro, satpam rumah Ranya. Namun, alangkah terkejutnya Marcel mendapati Pak Hendro tergeletak bersimbah darah segar. Marcel bergegas mengecek Pak Hendro. Untunglah, Pak Hendro masih hidup. Marcel pun segera bergegas masuk ke rumah sahabat nya itu, dan ia mendapati pintu rumah Ranya tidak terkunci. Ia membuka pintu tersebut, dan sesosok laki-laki tergeletak tepat didepan pintu masuk dengan beberapa luka tusuk.
"FERDIAN!"
Marcel mengecek Ferdian, apakah ia masih hidup atau tidak. Mukanya berubah masam, Marvel mengerti apa yang telah terjadi. Jadi, keluarga nya Ranya dirampok?
"Papa, kita harus cari keberadaan Ranya sama Tante Resa dulu Pa!" Ucap Marvel mengingatkan. Lantas, Marcel segera menaiki tangga menuju lantai atas dan mendapati Resa sudah tidak bernyawa, begitu juga bayinya.
"Papa harus telfon polisi. Papa yakin, nanti, perampok itu minta tebusan untuk menebus Ranya," ucap Marcel yang mulai mengutak-atik ponselnya, "Kamu pulang aja ya, papa telfonin Mang Nurdin ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker Boy
Teen FictionSiapa sih yang enggak kenal sama seorang Marvelino Argawijaya? Cowok dengan tinggi badan hampir 190 CM, memiliki wajah yang rupawan bak dewa Yunani, prestasi dimana-mana, Tajir tujuh turunan, dan yang paling penting ia adalah seorang anggota geng mo...