5 Bulan setelah masuk SMA
"Nya, Nya liat noh si Marvel ganteng banget anjir!" Heboh Riva, sahabat Ranya. Ranya hanya tersenyum tipis melihat kehebohan Riva. Kini, ia tengah di tribun bersama Riva untuk menonton anak kelas 10 IPA 1 dan IPA 2 bertanding basket. Tentu, Riva sendiri sudah heboh meneriakkan kelas 10 IPA 1, kelasnya.
"AYO DONG IPA 1 JANGAN BONTO APA! MARVEL AYO ABISIN!"
Ranya yang melihat kelakuan Riva hanya bisa mengelus dada dan menghela nafas. Sepertinya, ia sudah tergila-gila dengan sosok Marvel. Riva belum tahu saja bagaimana Marvel dirumah. Tak lama pertandingan selesai, Ranya melirik ke arah botol air mineral yang sempat ia beli dikantin.
"Kasih gak ya?"
Ia pun mendapat kan ide yang bagus.
"Riv, lo mau ga deket deket ama Marvel?" Tanya Ranya. Riva mengangguk cepat.
"Nih, kasih Marvel." Ranya menyodorkan sebuah botol air mineral.
"Tau aja gue mau pdkt an."
Riva segera menghampiri geng Marvel untuk memberikan minum.
"Marvel, ini," Riva menyodorkan minum. Marvel terlihat kebingungan. Ia melihat ke arah tribun, lalu menangkap sesosok cewek berambut sepinggang. Marvel yakin pasti air tersebut dari Ranya. Ia menerima nya, dan lantas berterima kasih kepada Riva.
"Makasih," ucap Marvel. Bagaimana dengan Riva? Sepertinya ia sudah kena shock teraphy. Ia kembali ke tribun dengan senyum lebar.
"Nya, botol gue diterima Nya!" Teriak nya senang. Ranya tersenyum menyunggingkan bibir manisnya.
***
Bel pulang berbunyi, Ranya berjalan menuju halte bus. Meski Ranya dan Marvel satu rumah, tetapi mereka selalu pulang sendiri sendiri sejak masuk SMA.
Marvel juga sekarang jarang menghabiskan waktu bersama Ranya. Dulu, biasanya Ranya seringkali menghabiskan waktu bersama Marvel. Entah pergi ke Dufan atau sekedar jalan-jalan. Ranya tahu, Marvel punya kesibukan sendiri. Apalagi, Marvel sekarang adalah bagian geng motor paling berpengaruh di Bandung. Andai, waktu bisa diulang kembali. Ia akan menikmati waktu bersama Marvel.
"Ranya!" Panggil seseorang. Ranya menoleh.
"Loh, Marvel? Kok belum pulang? Nanti Bunda nyariin kamu," ucap Ranya.
"Makasih buat minumnya tadi."
Ranya menyunggingkan senyum.
"Besok-besok gak usah kasih gue minum. Gak guna," kata Marvel.
"Lah?"
"Mending lo beliin gue teajus madu daripada air mineral kayak gitu. Gak ada rasanya," tambah Marvel. Ranya jadi gemas dengan Marvel.
"Kamu kan habis olahraga, suhu tubuh kamu meningkat, jadi–"
"Bacot lo Nya. Lo pulang gih!" Suruh Marvel seraya mendorong Ranya.
"Gak ada niatan pulang bareng gitu?" Tanya Ranya.
"Gue mau nongkrong dulu nya. Lo bisa kan pulang sendiri? Kan udah gede," ucap Marvel.
Ranya mengangguk. Ia membalikkan badannya laku mulai berjalan. Entah mengapa hati nya mencelos mendengar Marvel tak mau mengantarkannya pulang.
"Eh, Ranya!" Panggil Marvel. Ranya pun membalikkan badannya. Sedetik kemudian, Marvel melempar jaket kebanggaannya kepada Ranya. Jaket itu adalah jaket keanggotaan Arkhanzo. Geng Marvel.
"Loh, kok jaket nya dikasih ke aku?" Tanya Ranya.
"Biar aman sampe rumah. Hampir semua preman tau itu jaket Arkhanzo. Jadi gak ada yang berani macem-macem sama lo."
Hati Ranya berdesir hangat kala mendengar Marvel berkata seperti itu. Rasanya ada kupu-kupu berterbangan diperutnya.
"Makasih Vel, nanti aku sekalian cuci dirumah."
Ranya lantas berlari kecil menjauh dari tempat itu, sebab semakin lama ia berdiam disana bisa saja ia jadi punya penyakit jantung. Setelah dirasa cukup jauh, ia mendekap jaket tersebut. Mencium aroma maskulin Marvel.
"Andai kamu tahu Vel."
***
Gimana gimana chapter 1 untuk cerita ini? Jangan lupa votment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker Boy
Teen FictionSiapa sih yang enggak kenal sama seorang Marvelino Argawijaya? Cowok dengan tinggi badan hampir 190 CM, memiliki wajah yang rupawan bak dewa Yunani, prestasi dimana-mana, Tajir tujuh turunan, dan yang paling penting ia adalah seorang anggota geng mo...