[ 2 ]

14 2 2
                                    

.
.
.

"SALYRA!!"

Suara panggilan yang di hasilkan oleh seorang guru yang tengah mengajar di kelas XII A 2 itu menggema di setiap sudut ruangan.

Hal itu di sebabkan karena salah satu murid yang membuatnya menunggu untuk maju ke depan mengerjakan salah satu soal matematika.

Tapi sang murid tidak kunjung berdiri dan maju untuk mengerjakannya, malah mengajaknya berdebat.

"Lyra! sampai kapan kamu akan berdebat dengan saya!"

"Loh, saya nggak ada ngajak ibu debat kok. saya kan cuma menyuarakan otak saya, bu.."

"Alasan! sudah ayo maju dan kerjakan."

"Tapi bu, ini soal no.33 sedangkan saya dapat giliran no.34.."

Memang pengerjaan soal sesuai dengan nomor urut tempat duduk murid, dan Lyra mendapatkan no.34. Jelas saja kalau Lyra sangat kesal jika harus mengerjakan soal no.33 itu.

"Terus apa bedanya Lyra. Ayo cepat"

"Bedanya saya nggak tau bu. ini saja syukur no.34 contohnya ada di buku.."

Lyra tampak frustasi saat menjawab pertanyaan gurunya itu, karena memang dia tidak mengerti bagaimana pengerjaan soal no.33 tersebut.

Bukan Lyra saja, semua murid dan guru yang mengajar pun ikut mendesah kesal karena sikap Lyra yang seperti itu.

Pikir mereka kan Lyra bisa saja maju dan jika tidak bisa pasti akan di bantu oleh guru itu.

Tapi sayang, Lyra tidak akan seperti yang teman-temannya pikirkan. Karena kalau memang sudah tidak bisa, tubuhnya tidak akan bergerak melangkah. Ya, semacam perintah otomatis otak yang menyuruhnya berhenti.

*****

Bel tanda jam istirahat pun bergema di setiap sudut gedung sekolah. Para murid dan guru pun segera mengistirahatkan diri masing-masing.

Ada yang pergi ke kantin, perpustakaan, musholla, taman sekolah, lapangan bahkan tempat-tempat lainnya yang bisa mereka gunakan untuk istirahat dan berkumpul bersama.

Dan Lyra masuk dalam golongan yang pergi ke perpustakaan sekolah. selain mendengarkan musik, Lyra juga suka membaca nover dengan berbagai macam genre.

Langkah demi langkah kaki nya membawa pada pintu perpustakaan, memasuki dan mulai mencari novel yang menurutnya sangat pas untuk di baca.

Setelah beberapa lama, akhirnya dia pun menemukan novel yang dia inginkan. Waktunya mencari tempat duduk yang agak sepi, karena dia tidak suka keramaian walaupun di dalam perpustakaan yang sepi itu.

Namun, saat baru memulai untuk membaca bagian pertama, ada seorang yang menghampiri nya dan ternyata itu adalah seorang guru yang mengajar biologi di sekolahnya tapi bukan di kelasnya.

"Lyra, kamu kelas XII A 2 kan? Teman sekelas Gilang Pradja"

"Iya bu, ada apa ya? ada yang bisa saya bantu bu?" Lyra memang agak bebal tapi dia sangat baik dan ramah pada semua orang, terutama orang yang baik padanya, eh?

"Bisa tolong panggilkan Gilang? suruh menemui saya di perpustakaan."

"Baik bu, saya permisi.."

Lyra pun mencari keberadaan Gilang. Lyra tidak perlu susah-susah mencarinya kemana-mana, Karena dia sudah sangat hafal dimana tempat yang biasa Gilang kunjungi. taman belakang sekolah.

Langkahnya perlahan membawa nya menuju taman belakang sekolah dan saat telah sampai, dia tidak membutuhkan waktu lama untuk mencari sosok Gilang.

Karena, saat ini Gilang duduk di salah satu bangku taman yang tersedia disana yang sedang membaca salah satu komik kesukaannya.

S a l y r a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang