[ 5 ]

5 2 0
                                    

.
.
.

Rumah berpagar besi yang berdiri sekitar dua meter itu tidak bisa menyembunyikan keasrian dalam rumah.

Rumah dengan cat perpaduan warna antara abu-abu gelap dan terang itu tampak tenang karena memang masih pagi. Di kompleks perumahan ini masih sedikit orang yang beraktivitas.

Di depan pagar rumah abu-abu sudah berdiri seorang gadis berambut sepunggung yang nampaknya melongokkan kepalanya hanya untuk memastikan orang yang di nantikannya itu keluar dari balik pintu rumah.

Gadis itu adalah Lyra. Dan bisa di tebak rumah siapa yang dia tapaki saat ini. Ya, itu rumah Gilang.

Lima menit berlalu tapi tidak ada tanda-tanda seseorang akan keluar dari balik pintu rumah. jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 06.25 yang artinya tiga puluh lima menit lagi bel masuk.

Lama-lama tampaknya dia bosan menunggu salah satu pemilik rumah tersebut. saat hendak berbalik dan melangkah, terdengar bunyi pintu terbuka.

Tak ingin berlama-lama kini dia sudah mengintip dan memposisikan kepalanya di antara sisi pagar yang berlubang.

Tapi sayang, bukan orang yang dia tunggu yang keluar melainkan wanita paruh baya dan seorang anak lelaki tampan yang mungkin berumur sekitar 14 tahun.

Itu tante Ariana-mama Gilang dan adiknya Genta. tentu saja membuat gadis itu cemberut tapi dia tidak mau melewatkan untuk tidak menyapa calon mertua yang belum jadi nya itu.

"Pagi tante, pagi Genta.."

Yang di sapa pun terlihat berjengit kaget karena suara yang tiba-tiba menyapa mereka, terlebih Genta. melihat ekspresi nya yang menampilkan mimik jelek namun tampan. karena shock, dan Lyra tau bahwa Genta kaget setengah mati. Oh lihat lah muka tampannya yang pucat itu.

"Loh, nak Lyra? belum berangkat?"

Si tersangka yang membuat kaget itu hanya menyengir malu, mungkin pikir calon mertua yang belum jadinya itu kalau Lyra tidak lebih rajin dari anaknya, Gilang.

Bahkan sekarang sudah menunjukkan pukul 06.30.

Tak mau membuat calon mertua yang belum jadi itu menunggu akhirnya Lyra menjawab dengan polosnya.

"Aku lagi nungguin Gilang tante, Gilangnya masih lama ya di dalem?"

Ariana-mama Gilang itu pun kaget mendengar jawaban dari Lyra.

"Loh, Gilang sudah berangkat dari sepuluh menit yang lalu. Duh Gilang nggak nungguin kamu? Kamu sudah memberi kabar Gilang kalau mau berangkat bareng?" Tanya Ariana beruntun karena tak enak hati.

Hal itu membuat Lyra tak enak hati dan segera menjawab dengan mimik menyesalnya yang membuat mukanya yang jelek tambah terlihat jelek.

"Iya tante, Gilang nggak nungguin malah nolak buat berangkat bareng. hiks!"

"Eh? nggak tante, aku cuma kebetulan baru berangkat tante. cuma sekalian gitu bareng Gilang, eh Gilangnya duluan.." Lyra menyempatkan membasahi bibirnya yang kering.

"Nggak apa-apa kok tante, Lyra pamit dulu yaa.. Assalamu'alaikum" Calon mertua belum jadi. batin Lyra menambahi perkataannya. Dan terdengar jawaban dari lawan bicaranya itu.

"Wa'alaikumsalam nak Lyra. hati-hati.."

Kini Lyra sudah berjalan menjauh dari rumah calon pujaan hatinya yang entah mungkin tidak pernah kesampaian.

Lyra terlihat kuyu karena Gilang memang benar-benar dengan penolakannya semalam. Argh!

*****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S a l y r a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang