part 2

1 0 0
                                    

Lima tahun kemudian

Tahun demi tahun telah berlalu, banyak kejadian yang membuat senja menjadi lebih kuat.

Empat tahun lalu satu bulan setelah pertengkaran kedua orang tuanya. Ayahnya meninggal karena serangan jantung setelah di tuduh korupsi di perusahan tempatnya berkerja.

Di hari yang sama saat ayahnya meninggal senja mendapat kabar jika ibunya mengalami kecelakaan mobil di perjalanan pulang dari berbelanja, senja benar-benar terpuruk saat itu. Dia kehilangan ayahnya dan ibunya hanya terbaring koma di rumah sakit.

Senja tak memiliki orang untuk bersandar, ia melewati semua cobaan itu sendirian.

Menangis tiap malam melihat ibunya hanya terbaring dengan alat-alat penunjang hidup.

Namun tuhan tak sejahat itu kepada umatnya, senja mendapat beasiswa penuh di universitas seni di jakarta, Fakultas seni rupa dan desain jurusan seni rupa murni.

Hubungannya degan bayu sempat terputus selama dua tahun, bayu pindah ke jogja saat mereka kelas 2 SMA.

Namun mereka di pertemukan lagi saat menjadi mahasiswa baru di universitas seni, hanya saja berbeda fakultas, senja mengambil fakultas seni rupa dan desain  bayu mengambil jurusan film dan pertelevisian.

Senja tengah berada di rumah sakit dimana ibunya di rawat, senja masuk ke kamar ibunya.

Begitu sunyi hanya ada suara alat penunjang hidup yang terpasang di seluruh tubuh ibu senja.

“Apa kabar ibu, senja kangen” bisik senja air matanya tak dapat keluar, ia lelah menangisi ibunya selama 4 tahun.

“Ibu sekarang senja udah masuk semester 3” kata senja sambil menggengam tangan ibunya yang semakin hari semakin kurus

“ibu harus datang saat senja wisuda, okey. Aku mau liat ibu tersenyum saat senja pakai toga” kata senja dengan suara bergetar.

“Senja nggak nangis kok bu, senja nggak akan nangis lagi di depan ibu” bisik senja di telinga ibunya

“senja pulang ke asrama dulu ya bu, udah sore” lanjutnya lalu mengecup kening ibunya.

•••

Asrama begitu tenang pada malam hari, senja kembali ke asrama bajunya sedikit basah karena hujan menguyur kota jakarta malam ini.

“Aku benci hujan” gerutu senja saat memasuki kamarnya

Sarah teman sekamarnya tengah membaca buku berisi note-note balok yang tak di mengerti senja di meja belajarnya.

“Di luar Hujan ?” Tanya sarah tanpa megalihkan pandangannya dari buku tersebut

“Menurutmu, gimana aku bisa basah?” Tanya senja sedikit sinis

“jatuh ke got” jawab sarah sekenanya, yang membuat senja sedikit kesal
Mereka bukan sahabat yang selalu bercanda satu sama lain.

Mereka hanya dua mahasiswi berbeda jurusan yang menjadi teman satu kamar, berbagi kamar tanpa berbagi cerita.

Bagi senja, sarah adalah gadis bule yang cantik dengan rambut pirangnya tanpa tau sarah berasal dari negara mana.

Begitu pula sarah, baginya senja gadis jawa yang jauh dari kesan kejawaan, lembut.

Cantik dengan rambut hitam sebahunya, kulit kuning langsatnya dan satu lagi yang sarah yakin ia pandai melukis, karena beberapa hasil karya seninya menghiasi dinding kamar mereka.

Satu hal yang sarah lihat dari senja, ia begitu kesepian.

“Kemana?” Tanya senja saat sarah memakai jaketnya

senja dan hujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang