Chapter 2: Maniak yang Menyebalkan Part 1

12K 483 35
                                    

Pagi yang indah. Udara saat ini terasa begitu segar. Jelas saja, di jam-jam sekarang tidak banyak alat transportasi melintas dan meninggalkan asap penyesak dada. Meskipun begitu, sejak kemarin, keindahan semacam ini tidak bisa dihayati oleh seorang siswa SMA bernama Ramon.

“Jadi, begitu lah. Aku datang ke sana. Dan kau tau apa yang terjadi? Kemudian itu terjadi dan menyebabkan ini. Benar-benar keren!”

Uji ketahanan mental tengah dijalani Ramon. Pemuda berperawakan layaknya murid SMA biasa itu berjalan dengan lesu. Terus ia dengarkan ocehan-ocehan gadis melayang yang berada di sampingnya. Ah, sebut saja gadis itu Tuan Hantu. Sang hantu terlihat bahagia hari ini. Sangat berlawanan dengan si lawan bicara.

“Anu, Tuan Hantu. Bisakah kau hentikan ocehanmu? Jika aku menegur lebih keras lagi, orang sekitar akan berpikiran aneh.”

“Berpikiran aneh? Ah, ayolah, kau tinggal mendengarkan saja, kan.”

“Bukan itu masalahnya. Huft ... aku sudah cukup lelah untuk mengembalikan persepsi teman sekelasku kemarin. Dan aku ingin kau tidak mengacaukannya.”

“Mengacaukannya? Apaan? Sudahlah, jangan murung seperti itu. Optimis saja. Optimis! Hahaah!!”

Tuan Hantu menyampaikan semacam nasihat diiringi tawa lepas. Membuat semburat urat kecil muncul di dahi kiri Ramon.

Sudah kubilang! Diam! Dasar hantu bodoh! Itulah yang ingin Ramon katakan. Tetapi, bisa kembali hancur ia bila emosinya lepas di tempat yang dipenuhi murid SMA ini.

Ya, tepatnya mereka sekarang berada di lorong sekolah. Meskipun Ramon sadar masih ada beberapa murid yang menatapnya seolah-olah mengatakan ada-orang-gila.

“Oi, oi, Ramon. Apa kau sudah punya rencana untuk mengembalikan ingatanku?”

“Hn. Tentu saja. Ada seseorang yang akan aku temui.”

“Oh ya? Siapa?”

Ramon mengalihkan pandangannya ke samping bawah. Terlihat lebih depresi dari sebelumnya. “Seseorang yang paling tidak ingin kutemui di kelasku.”

Mendengarnya, Tuan Hantu memasang wajah bingung dan menggumamkan kata serupa hee dengan pelan.

Mereka akhirnya sampai di kelas yang dimaksud. Kelas 2-5. Kelas di mana Ramon ditempatkan untuk mengemban pendidikan di SMA. Si gadis hantu menatap Ramon yang sedang memandangi salah seorang laki-laki di sudut ruangan dengan ekspresi seakan berkata aku-tidak-ingin-ke-sana.

Dengan memasang mimik gelisah, Ramon mulai bergerak, berjalan mendekati lelaki yang dimaksud. Tak terasa ia telah berada di hadapan lelaki tersebut.

“Hn? Ada apa?”

“Anu ... Rico ... ada yang ingin ... aku bicarakan,” ujar Ramon dengan keringat dingin yang perlahan menetes dari pelipis.

“Ya? Apa? Apa?” balas lelaki yang dipanggil Rico tadi dengan antusias.

Terdengar Ramon menengguk liurnya dengan paksa. “Aku ... belakangan ini diganggu oleh h-h-ha-ha-ha-”

“Ha ... harimau? Hama? Halilintar? Halimun?”

“Ha-ha-ha-” Ramon nampak berusaha keras untuk mengucapkan kata selanjutnya. Keringat yang ia keluarkan kini semakin banyak. Dengan setengah berbisik, ia akhirnya berhasil melanjutkan. “-hantu.”

“Hantu, kau bilang?! Siapa namanya?! Mana dia?! Bagaimana rupanya?! Mengapa kau bisa bertemu dengannya?! Kapan hal itu terjadi? Apa dia mengerikan?!” kata Rico melontarkan 5W + 1H agak keras dan antusias, langsung berdiri dari tempat duduknya. Kedua matanya terlihat berbinar-binar. Dilihat dari manapun inilah yang dinamakan seorang otaku[1]  berat.

Lonely GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang