One More Day

594 26 0
                                    

            Seorang lelaki nampak menyenderkan kepalanya dengan nyaman ke sebuah bantal putih yang lembut dan empuk. Selang-selang infus menancap dipunggung tangannya yang terlihat kurus sehingga memperlihatkan tonjolan beberapa pembuluh darahnya. Namun demikian, senyum manisnya terus terhiaskan dibibirnya. Kedua mata sayunya menatap lurus pada sebuah jendela kaca lebar di samping kanannya, menatap langit biru nan luas. Pikirannya melayang, memikirkan masa depan yang mungkin tidak bisa ia rasakan. Doanya tidak pernah berhenti terpanjat, memohon agar Tuhan bisa memberikan waktu untuknya agar ia bisa merasakan keindahan dunia sedikit lebih lama. Tidak, ia hanya ingin menghabiskan waktunya sedikit lebih lama dengan wanita pujaannya. Meski dalam hati ia tak terlalu berharap lebih. Tak ada yang bisa menjamin doanya akan terkabul meski tiap kali berdoa ia tak pernah bisa menghentikan laju air matanya. Ia tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi setelah ini. Bisa saja detik selanjutnya ia mati dan mengubur dalam-dalam doanya itu.

Tiba-tiba pandangan matanya terhenti pada sebuah awan putih tak berbentuk. Ia mulai berkhayal diawan itu ada sebuah wajah yang sedang tersenyum dengan tulus padanya. Sebuah senyuman yang membuatnya bertahan hingga detik ini, sebuah senyuman dari seorang wanita yang ia cintai.

Dilain tempat, wanita pemilik senyuman itu berdiri dibalik pintu dan menatap lelaki yang paling dicintainya tersebut dengan nanar melalui sebuah kaca transparan yang terletak dibagian atas pintu. Sepasang mata indahnya mulai menjatuhkan bulir-bulir air mata yang hangat dan bening. Seketika senyuman tulus yang sudah ia siapkan untuk Sehun hilang seketika, justru kini ia sedang manahan suara tangisnya mati-matian. Kembali ia coba menarik kedua sudut bibirnya, memastikan bahwa senyum dibibirnya itulah yang setidaknya dapat menghibur hati kekasihnya tersebut. Lagi-lagi gagal, rasa sedih dan putus asa terlalu menguasai dirinya saat ini. Wanita itu tak tau apa yang harus dilakukannya untuk bisa tersenyum dan menatap dalam sepasang mata favoritnya itu. Tak pernah terbayangkan bahwa saat-saat ini datang begitu cepat. Rasa sakit dihatinya begitu dominan hingga tak tau harus bagaimana untuk menghibur kesedihannya sendiri. Melihat orang terkasihnya pada titik terendah seperti saat ini benar-benar menikamnya, hingga ia sendiri merasa akan mati secara perlahan. Namun satu hal yang paling ia kagumi dari sosok Oh Sehun, lelaki itu terus menghadapi penyakitnya dengan ikhlas dan tegar.

"Irene?" sebuah suara membangunkan lamunannya. Sesegera mungkin ia menghapus air mata yang sudah membasahi wajahnya. Wanita yang dipanggil Irene itu berbalik dan menemukan seorang wanita paruh baya berdiri dihadapannya.

"kau yakin tidak ingin bertemu dengan Sehun? Dia sangat merindukanmu.." kata-kata tersebut membuatnya semakin terluka dan menyesal. Ia terluka karena sejujurnya ia sangat amat merindukan Sehun melebihi apapun. Dan merasa menyesal karena ia sendiri tidak mampu untuk bertatapan langsung dengan sepasang mata lelaki tersebut.

"tentu aku ingin,bu. Aku ingin sekali bertemu dengannya. Tapi aku tidak mampu. Aku tidak tau harus berbuat apa..." sahutnya dengan suara bergetar. Wanita yang paruh baya dihadapannya itu langsung menarik tubuh Irene dalam pelukannya, membiarkan kekasih putranya itu menangis sejadi-jadinya. Irene menerima pelukan tersebut dan kembali menangis dengan pedih.

"kita hanya bisa berdoa. Semoga keajaiban akan datang pada kita semua" ucap ibu Sehun mencoba menenangkan Irene meski dirinya sendiri kesulitan untk mencoba tabah dan menerima keadaan. Irene balas mengangguk dan susah payah menghentikan laju air matanya.

"tapi ku mohon, buatlah dia bahagia di detik-detik terakhirnya ini" kedua bahu Irene diusap lembut oleh Ibu Sehun yang terlihat menjatuhkan beberapa titik air mata. Irene yang mulanya sudah sedikit tenang kembali terbawa suasana dan akhirnya menangis.

"apapun akan aku lakukan asalkan dia bahagia..." sahut Irene. Mereka pun larut dalam isak tangis dan suasana yang mengharu biru.

*

Oneshot FanfictionWhere stories live. Discover now