💞

16 3 6
                                    

Ini cerpen pertama ciptaan aku. Jadi mohon readers baik beri aku saran kira2 dibagian mana yang harus diperbaiki?
Dibagian mana yang terasa gak nyambung?
Kritik juga boleh kok. Asal dalam bahasa yang sopan.

Selamat membaca ...😊

Dia menatapku. Wajahnya tampan sih, walau ia disegani di kampus ini karna ketua sebuah genk motor 'berbahaya', tetap saja banyak cewek yang menyukainya dan dengan terang-terangan mengatakan cinta. Kecuali aku tentunya. Memang apa yang bisa dibanggakan dari bodyku yang tak seberapa ini? Lebih cantik para cewek itu. Jadi aku mundur dan berusaha memendam rasa ini selama tiga tahun lamanya.

Tapi seminggu ini dia jadi lebih sering memperhatikanku daripada biasanya yang hanya sesekali kulihat dia menatapku. Pasti karna perjodohan konyol yang dilakukan orangtua kita.

Di tempatnya yang terpisah tiga meja dari ku, Dia memiringkan kepala, menatapku lekat. Aku kan jadi gerogi. Ku tutup saja wajahku dengan buku, pura-pura membaca.

Kulirik dia dari mata yang menyembul diatas buku. Dia masih menatapku! Oh tuhan. Apa dia akan membuat perhitungan karna aku menyetujui perjodohan ini? Kan dia yang lebih dulu menyetujui. Aku cuma ikut-ikutan. Tapi dia jadi lebih sering memperhatikanku? Dia membuat jantungku gak sehat. Kata orang-orang kalo dia natap orang lebih dari 5 detik itu artinya dia akan berkelahi dengan orang itu. Aku sudah membuktikannya. Memang benar dia hanya akan menatap orang yang ia benci.

"Ri, ke perpus yuk." Aku menoleh, melihat Anisa sahabatku sedang membawa banyak buku.

Aku mengangguk lalu beranjak mengikuti langkah Anisa. Itu hal yang harus aku lakukan jika tidak mau dia membunuhku disini.

Gio. Nama cowok itu. Tadi di kafetaria kampus dia bersama teman-temannya. Banyak cewek cantik disana, tapi kenapa malah aku yang dia tatap? Kenapa bukan yang lain coba?

"Kamu kenapa sih bengong terus dari tadi?"

"Aku bingung ih sama si Gio. Kenapa sih liatin aku terus. Kenapa gak ngeliatin yang lain coba?"

"Hah?!!"

Aku membelalak. Jantungku langsung terpompa cepat. Astaga keceplosan. Aku membenamkan wajahku diantara tangan yang terlipat di meja. Kita sudah sampai perpustakaan dari tadi. Dan aku malah sibuk memikirkan Gio.

"Rina." Panggil Anisa.

"Hm." Aku berdehem dengan wajah yang masih terbenam ditangan.

"Gio katanya mau ngomong sama kamu." Tuh kan! Nyesek deh jadinya kalo Anisa tahu aku mikirin Gio dari tadi. Anisa pasti bakal ngeledekin aku terus.

"Ri, Gio nungguin nih." Duh, wajahku panas. Gio. Dengan napas terengah aku duduk tegap sambil memejamkan mata. Begitu mata terbuka, napasku tercekat. Gio. Dia duduk didepanku dengan senyuman manis dibibirnya.

"Hai." Sapa Gio.

"Ummh aku duluan ya Ri." Anisa beranjak pergi.

"Mau kemana Nis?" Tanyaku cepat. Gio pasti tau aku gerogi banget kedengeran kok dari kekehannya.

"Ke kelas duluan. Gak enakkan jadi obat nyamuk disini." Jawab Anisa dengan senyuman centilnya yang sumpah demi apa pengen banget aku lipstikin pake boncabe level 100.

Aku hanya melihat punggung Anisa menjauh.

"Merana banget ditinggal temennya." Suara Gio mengambil atensiku.

"Eng-gak kok."

Dia tersenyum lagi. Manis banget. "Pulang kuliah nanti bareng Gue ya."

"Hah?" Mendadak aku jadi orang bodoh. Saking gak percayanya sama pendengaranku sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Makasih GioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang