Jakarta, 2020
"ADUHHHHHH, MAMAH TUH PUSING SAMA KAMU, YA, NA. TIAP HARI KERJAANNYA REBAHAN TERUSSSS. REBAHAN TERUSSSSS. KAMU ITU UDAH SARJANA LHO, CARI KEK KERJA! DARIPADA GAK ADA KERJAAN BEGITU."
Aruna Puteri Pertiwi, yang biasa dipanggil Una, mendengus sebal saat lagi-lagi kalimat itu yang dilontarkan sang mama tiap pagi dan tiap ketemu anak pertamanya yang udah nganggur selama dua bulan setelah lulus kuliah dan menyandang gelar S1.
"Ya sabar dong, Ma. Nanti juga dipanggil interview kalau emang udah ada rejekinya," jawab Una yang lagi mantengin acara gosip di layar televisi tanpa menoleh ke arah mamanya yang hendak menyapu ruang keluarga.
"GIMANA MAU DAPET KERJA? KERJAANMU ITU DIEM TERUS DI RUMAH. GAK MAU GERAK, APA-APA TUH HARUS ADA USAHA DULU KALAU MAU DAPET SESUATU. BUKAN MALAH SANTAI-SANTAI GAK JELAS."
"Aduh, Ma, udah dong. Jangan ceramahin Una terus! Capek, Ma. Mama selama ini gak ngeliat yang Una lakuin di belakang mama. Yang mama liat cuma Una yang rebahannnn terusssss. Una ini juga usaha."
"Usaha apa kamu? Hah?"
"Una cari kerja lewat online. Una udah ngirim CV ke berbagai perusahaan besar. Gak cuma jobstreet aja yang Una pantengin. Tapi yang lain juga, Ma. Una udah pasang profil semenarik dan seciamik mungkin di Linkedin, Una rajin cari-cari info di instagram mengenai lowongan pekerjaan yang sesuai. Mama aja gak sabaran! Inget, Ma ... segala sesuatu gak ada yang instan. Butuh proses."
"Ya tapikan kamu sarjana, harusnya lebih mudah dapet kerja dong, Naaaa. Anaknya tetangga sebelah, Bu Jatmiko, cuma lulusan SMK. Tapi apa? Sekarang kerja enak dia di Astra, gaji gede, bisa kasih mamanya uang. Lah kamu? Malu, Na, maluuu!"
Una memutar bola matanya malas, kemudian memilih bangkit dari sofa dan pergi dari sana.
Udah, udah paling males dia kalau dibanding-bandingin sama anak tetangga. Gak cuma sekali dua kali, tapi hampir tiap hari dia denger mamanya bandingin sama yang lain. Gak anaknya Bu Jatmiko, anaknya Bu Theresia, duh plis, ya! Harga diri Una tuh jadi turun kalau mamanya banding-bandingin dia kaya gitu.
Una menghembuskan napas dan memilih untuk mengecek notifikasi email di ponsel untuk melihat apakah ada satu atau dua panggilan interview yang dia terima setelah menebar jaring CV pekerjaan di mana-mana.
Gadis yang kini berusia 25 tahun---dia gap year beberapa tahun lebih dulu karena sempat bekerja menjadi barista di salah satu kedai kopi---menghembuskan napas lelah saat tahu kalau tidak ada satupun panggilan interview datang padanya.
Kadang, Una stress dan rasanya pernah nekat mau kerja jadi baby sitter aja. Cuma sang mama melarang keras apa yang akan Una lakukan. Masalahnya, masa iya lulusan sarjana S1 malah berakhir jadi baby sitter? Mau ngomong apa nanti mamanya kalau ditanya sama teman-teman arisan?
Iya, sebegitu tingginya gengsi mama sampai gak mau kalah sama orang lain.
Sebetulnya, Una juga gitu, sih. Apa kata orang-orang nanti kalau seandainya mantan most wanted masa sekolah yang masuk ke dalam genk anak hits dan cantik ini jadi baby sitter? Duh, bisa-bisa orang-orang yang dulu dia tolak dan kata-katain ngetawain dia di barisan paling depan.
Astaga, rasanya kepala Una mau pecah karena mikirin soal pekerjaan.
Una mencoba untuk mengirim beberapa CV lagi ke email-email perusahaan yang sedang membutuhkan lowongan pekerjaan, sambil berdoa supaya jalannya dimudahkan untuk mendapat pekerjaan agar mama berhenti banding-bandingin Una sama anak tetangga!
Dia juga mulai ngontak di grup whatsapp genk hitz SMK-nya dulu buat nanyain kerjaan. Tapi mereka kompak bilang kalau mereka gak punya lowongan. Duh, emang ya kalau udah sukses lupa sama temen!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Mister!✔
ChickLit((BACA VERSI LENGKAPNYA DI APP DREAME : MIMIFAIRY, thanks)) "Kita sudah pernah ciuman sebelumnya, Na," ucap Jeka yang menatap gadis berambut sebahu itu. "Tidak cuma sekali." "Ya, gua tahu. Gua khilaf." "Kita juga sudah pernah tidur bersama, kamu t...